[UPDATE 2–3 CHP PERHARI]
Liu Xian, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil dirawat oleh Liu Long, pemimpin Sekte Naga Langit. Meski tidak memiliki bakat dalam kultivasi, Liu Xian menyimpan mimpi besar: menjadi seorang kultivator yang mampu membawa kedamaian bagi dunia.
Namun, kenyataan berkata lain. Semua orang percaya bahwa Liu Xian hanyalah pemuda biasa tanpa masa depan. Hingga suatu hari, ketika sedang menjalankan sebuah tugas sederhana di hutan, ia tanpa sengaja menemukan sebuah kristal misterius yang tiba-tiba menyatu dengan tubuhnya.
Apa sebenarnya benda itu? Dan jalan seperti apa yang akan terbentang bagi Liu Xian setelah pertemuan takdir tersebut?
Ikuti perjalanan Liu Xian menapaki jalannya menuju puncak kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Y. Septra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11: Melakukan Perjalanan
BAB 11: Melakukan Perjalanan
Benua Seribu Bintang adalah sebuah daratan luas yang terdiri dari berbagai macam kekaisaran yang menguasai bagian-bagian benua tersebut. Benua Seribu Bintang juga terbagi menjadi lima bagian yang disebut sebagai Bintang Barat, Bintang Timur, Bintang Utara, Bintang Selatan, dan terakhir Inti Benua Bintang.
Sedangkan untuk Liu Xian sendiri, saat ini ia berada di Bintang Utara. Di wilayah Bintang Utara hanya ada dua kekaisaran yang berkuasa, serta terdiri dari berbagai macam klan dan sekte, baik sekte aliran putih, netral, maupun hitam. Salah satunya adalah Sekte Naga Langit yang merupakan salah satu sekte aliran putih terkuat.
Selain Benua Bintang, ada beberapa tempat lain yang tidak diketahui oleh para orang awam ataupun kultivator di Benua Seribu Bintang. Tempat tersebut adalah Benua Dewa, disebut demikian karena daratan itu dihuni oleh orang-orang yang sangat kuat; bahkan yang terlemah di antara mereka berada di tahap Ascendant.
**
Kembali ke Sekte Naga Langit.
Saat ini Liu Xian tengah mencoba untuk meminta izin kepada ayahnya agar bisa berburu di hutan. Sebenarnya, ini semua adalah usulan dari Liu Yuan dan juga Qing Long agar tuan mereka bisa melatih kekuatan elemen kristalnya dengan bebas tanpa diketahui oleh ayahnya.
"Xian'er, kenapa kau harus berburu binatang buas di hutan? Bukankah sumber daya yang ayah berikan lebih dari cukup untukmu?" tanya Liu Long.
"Bukan begitu, Ayah. Hanya saja aku ingin melatih refleks dan juga instingku, karena hanya dengan bertarung melawan binatang buas aku bisa mempelajari itu semua," jawab Liu Xian.
"Itu memang benar, hanya saja mereka berbahaya. Belum lagi jika tiba-tiba muncul binatang buas tingkat tinggi."
"Ayah, percayalah pada putramu ini," ujar Liu Xian memotong ucapan ayahnya.
"Baiklah, Ayah izinkan kau pergi. Tapi ingat, kau harus berhati-hati," ucap Liu Long.
Dengan berat hati, Liu Long memberikan izin kepada putranya tersebut. Meskipun Liu Xian hanyalah anak angkatnya, namun kasih sayangnya pada Liu Xian tidak ubahnya seperti kepada anak kandungnya. Hal itulah yang membuatnya merasa tidak yakin untuk memberikan izin pada Liu Xian. Namun di sisi lain, dia juga menyadari satu hal, bahwa lambat laun Liu Xian kecilnya akan tumbuh menjadi dewasa, dan tentu ia tidak bisa menahannya untuk terus berada di sekte selamanya.
"Baik, Ayah. Kalau begitu aku permisi," ucap Liu Xian kemudian pergi dari tempat tersebut.
"Tidak kusangka tiga belas tahun telah berlalu, dan sekarang Liu Xian sudah jadi anak yang hebat. Bahkan mungkin dia adalah yang terkuat dibandingkan anak seusianya," gumam Liu Long sambil menatap kepergian anaknya.
Setelah berpamitan dengan ayahnya, Liu Xian kemudian kembali ke kediamannya untuk menyiapkan segala kebutuhannya selama berada di hutan. Ia berencana untuk menetap di sana selama beberapa hari. Setelah selesai menyiapkan perbekalan dan keperluan lainnya, Liu Xian kemudian pergi menuju ke ruangan khusus senjata.
Liu Xian disambut ramah oleh penjaga ruangan tersebut. Penjaga itu kemudian mengajaknya menuju ke tempat penyimpanan tombak. Liu Xian sangat takjub saat melihat berbagai macam tombak indah dan berkualitas tinggi terpajang di hadapannya. Namun, dari sekian banyak tombak yang ada, hanya satu yang menarik perhatiannya, tombak berwarna perak dengan kilauan lembut yang tampak hidup di bawah cahaya kristal ruangan.
"Tuan muda, pilihan anda sangat bagus. Tombak ini dibuat dari besi langit yang sangat kuat, mulai dari gagangnya hingga mata tombaknya," ucap penjaga ruang senjata dengan nada bangga.
"Baiklah, akan aku bawa tombak ini," ucap Liu Xian singkat.
"Silakan, tuan muda," jawab penjaga ruang senjata sambil menundukkan kepala hormat.
Setelah mengambil tombak tersebut, Liu Xian langsung meninggalkan ruangan senjata. Saat ia sampai di gerbang sekte, senyum bahagia terukir di wajahnya ketika melihat bahwa ayahnya ternyata sudah berdiri di sana untuk melepaskan kepergiannya.
"Ayah," sapa Liu Xian.
"Xian'er, ini adalah cincin ruang. Gunakan ini untuk menyimpan semua barangmu. Di dalamnya juga sudah ayah siapkan beberapa bekal untukmu selama di hutan," ucap Liu Long sambil menyerahkan sebuah cincin berukir naga kepada Liu Xian.
"Terima kasih, Ayah. Bagaimana cara menggunakannya?" tanya Liu Xian dengan wajah bingung.
"Teteskan saja darahmu di cincin tersebut, dan kau akan langsung bisa menggunakannya," jawab Liu Long sambil tersenyum lembut.
Liu Xian kemudian meneteskan setitik darahnya ke permukaan cincin itu. Seketika cincin tersebut memancarkan cahaya samar, lalu perlahan meredup. Liu Xian pun bisa melihat seluruh isi cincin pemberian ayahnya itu dan ia sedikit terkejut ketika menyadari betapa banyak barang yang sudah disiapkan di dalamnya.
"Ayah, ini..."
"Bawalah Xian'er, ayah tau kau berencana pergi dalam waktu yang lama, di dalam cincin itu juga ada lencana sekte kita," ucap Liu Long memotong ucapan Liu Xian.
"Terimakasih ayah, kalau begitu aku berangkat," ucap Liu Xian kemudian pergi meninggalkan sekte.
Setelah agak jauh dari sekte, Liu Xian kemudian memacu langkahnya dengan kecepatan tinggi karena ia ingin sampai di hutan secepat mungkin. Di dalam perjalanan, Liu Xian tak henti-hentinya memikirkan bagaimana nanti saat ia bisa berlatih dengan bebas tanpa ada yang menghalanginya.
"Ayah, aku berjanji padamu aku tidak akan kembali sebelum menjadi orang yang kuat," gumam Liu Xian.
Di Sekte Naga Langit, Liu Long masih tetap berdiri di depan gerbang sekte. Wajah tuanya nampak menunjukkan raut kesedihan, pasalnya ia sudah tahu sejak awal bahwa kepergian anaknya kali ini akan sangat lama dan entah kapan ia bisa bertemu dengan anaknya lagi.
"Xian'er, ayah akan menanti kedatanganmu dan semoga saja kau bertambah kuat dan semakin dewasa, anakku," gumam Liu Long kemudian masuk kembali ke dalam sekte.
Liu Xian yang telah jauh dari sekte menghentikan langkahnya ketika ia sampai di persimpangan jalan. Liu Xian nampak bingung karena ini adalah perjalanan pertamanya, dan terlebih lagi ia tidak mengetahui hutan lain selain hutan tempat ia sering bermain dan mengambil tanaman spiritual.
"Arah mana yang harus aku tuju?" gumam Liu Xian.
"Sebaiknya arah kanan, tuan," ujar Qing Long dari dalam dunia jiwa.
Liu Xian menganggukkan kepalanya kemudian berlari ke arah kanan seperti arahan dari Qing Long, meskipun Liu Xian sama sekali tidak tahu kemana arah tersebut. Setelah berlari hampir satu jam, Liu Xian akhirnya sampai di pinggiran hutan yang sangat lebat, dan tanpa ragu-ragu Liu Xian langsung melangkah memasuki hutan tersebut.
Sesampainya di dalam hutan, Liu Xian langsung mencoba untuk mencari gua agar bisa digunakan untuk berteduh dan bermalam. Matahari semakin turun dan sebentar lagi akan gelap, namun Liu Xian masih belum berhasil menemukan gua.
"Hah... aku sudah sangat lelah," gumam Liu Xian mulai putus asa.
Saat Liu Xian benar-benar hampir menyerah karena rasa lelah yang sudah ia rasakan, akhirnya ia melihat sebuah gua yang tidak jauh di depannya. Tanpa pikir panjang, Liu Xian kemudian langsung menghampiri gua tersebut.