NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Stasiun Kereta Cepat KTX di Seoul tampak ramai dan dipenuhi hiruk pikuk perpisahan dan pertemuan. Pagi itu, udara terasa dingin hingga menusuk tulang, seolah alam turut meratapi perpisahan yang akan terjadi.

Hari ini Christopher akan berangkat ke Busan untuk program magang selama tiga bulan di sebuah biro arsitektur bergengsi. Program ini sangat penting untuk kelulusannya, tetapi Yujin tidak bisa menghilangkan rasa cemas di hatinya.

Ia berdiri di samping Christopher, memeluk erat tas kecil yang berisi bekal perjalanan yang ia siapkan sendiri.

"Kau tidak perlu mengantarku sejauh ini, Yujin," kata Christopher dengan senyum lembut. Ia mengenakan trench coat panjang yang membuatnya terlihat elegan dan siap menghadapi dunia.

"Tentu saja aku harus mengantarmu, Oppa," balas Yujin, suaranya sedikit serak. "Ini adalah perpisahan terlama kita."

"Hanya tiga bulan, Yujin. Bukan tiga tahun," goda Christopher berusaha mencairkan ketegangan. Ia menyentuh puncak kepala Yujin dengan gerakan yang penuh kehati-hatian.

"Tetap saja," Yujin mengangkat kepalanya, mencoba tersenyum, tetapi matanya sudah berkaca-kaca. "Siapa yang akan membawakan barang-barangku saat aku kelelahan di kampus? Siapa yang akan mengingatkanku untuk makan malam? Siapa yang akan mengirimiku latte larut malam?"

Christopher menatapnya dengan intens, matanya yang teduh menunjukkan perhatian yang mendalam. "Kau harus belajar melakukannya sendiri, Lee Yujin. Kau harus mandiri. Kau adalah gadis yang kuat."

Ia kemudian mengambil tas bekal dari tangan Yujin dan memeriksa isinya. "Dan soal latte larut malam? Itu akan tetap datang. Aku akan menyuruh asistenku di Seoul untuk mengirimkannya ke rumahmu setiap kali kau mengirimiku pesan 'Aku kedinginan'."

Yujin tidak bisa menahan isakannya lagi. Rasa sedih karena kehilangan satu-satunya sandaran murni di tengah intaian Lino.

"Jangan menangis, Yujin," Christopher berbisik, lalu mendekap Yujin dengan pelukan erat. "Aku akan segera kembali. Dan aku akan meneleponmu setiap hari. Kita bisa membahas desain dan aku akan membantumu memilih konsep untuk skripsi."

Yujin membalas pelukan itu dengan seluruh ketulusan hatinya. Pelukan Christopher selalu terasa aman, sebuah benteng yang melindunginya dari dunia luar. Ia menangis karena rasa sayang yang dalam pada sosok yang telah mengisi kekosongan setelah Ayahnya tiada.

"Jaga dirimu baik-baik, Oppa," Yujin berbisik, lalu melepaskan pelukan itu. Air mata membasahi pipinya.

"Kau juga, Yujin. Jangan biarkan siapa pun mengganggumu. Dan jangan pernah lupakan apa yang aku katakan. Jika Lino melewati batas, segera beri tahu aku." ucap Christopher dengan nada serius.

Yujin mengangguk sambil menyeka air matanya. "Aku janji. Hati-hati di jalan, Oppa."

Peluit keberangkatan kereta berbunyi dengan nyaring. Christopher meraih tasnya, lalu ia menatap Yujin untuk yang terakhir kalinya dengan senyum yang menenangkan, kemudian berbalik dan melangkah menuju pintu kereta.

Yujin berdiri di peron, menyaksikan Christopher hingga sosoknya hilang di balik gerbong yang bergerak. Air matanya terus mengalir, air mata perpisahan yang tulus. Ia merasa kesepian yang baru, kesepian yang lebih mendalam, kini mengancam akan menelannya.

Sementara itu, di lantai dua stasiun, di area kafe yang sepi, Lee Lino sedang berdiri di balik pilar besar sambil memegang cangkir kopi panas. Ia seharusnya berada di kantor Ayahnya, tetapi ia tahu bahwa Christopher akan berangkat pagi ini, dan Yujin pasti akan mengantarnya.

Lino telah mengawasi adegan di bawahnya sejak awal. Ia melihat tawa akrab, percakapan pelan, dan yang paling menyakitkan adalah pelukan itu.

Melihat Yujin menangis haru di pelukan Christopher, air mata yang begitu tulus, membuat pembuluh darah di mata Lino terasa panas. Rasa cemburu Lino tidak lagi sekadar kecemburuan, itu ibarat api yang membakar harga dirinya hingga menjadi abu.

Lino menatap tangisan Yujin.

"Dia menangis untuknya. Dia tidak pernah menunjukkan emosi sedalam itu untukku. Aku adalah kekasih sahabatnya, aku yang berusaha mati-matian mendekatinya, tetapi dia mencurahkan air mata perpisahan yang tulus untuk Christopher."

Lino merasa terhina. Perpisahan ini seharusnya menjadi kemenangannya. Kepergian Christopher seharusnya menghilangkan penghalang terakhirnya. Tetapi, justru tangisan Yujin itu membuktikan bahwa ikatan Yujin dan Christopher jauh lebih kuat daripada yang ia bayangkan. Ikatan mereka adalah ikatan batin yang suci, dan tidak terjangkau olehnya.

Ia mencengkeram cangkir kopinya hingga buku-buku jarinya memutih.

"Cukup. Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Bahkan saat Christopher pergi pun, Christopher tetap ada di dalam hatinya. Dia adalah pria terakhir yang disentuh Yujin sebelum aku bisa memilikinya. Dia adalah bayangan yang akan selalu menghantuiku."

Lino teringat semua usahanya, ia sudah menggunakan Jiya, memanipulasi Ayahnya, memaksakan kencan di Sokcho, dan itu ditolak secara halus di setiap langkahnya. Semua penolakan itu kini terbayar dengan pemandangan tangisan tulus Yujin di pelukan Christopher.

Lino tahu, ia tidak bisa menunggu selama tiga bulan. Selama Christopher pergi, Yujin akan selalu memegang janji perlindungan Christopher di dalam hatinya.

Lino harus mengambil tindakan yang akan membuat Yujin merasa terkhianati dan tidak punya siapa-siapa selain dirinya. Ia harus menghancurkan kepercayaan Yujin pada Christopher.

Lino mengeluarkan ponselnya. Ia memiliki dua senjata yang ia curi dari kamar Christopher, yaitu:

* Foto-foto desain arsitektur Christopher.

* Informasi kontak Yujin yang kini ia tahu Christopher simpan dengan nama 'YJ'.

Lino merancang rencana yang jahat dan berdarah dingin. Ia akan menggunakan kebaikan Yujin, kepolosan Jiya, dan kecemburuannya sendiri untuk menciptakan tragedi yang sempurna.

𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘬𝘩𝘪𝘢𝘯𝘢𝘵. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘈𝘺𝘢𝘩.

Lino menyeringai, ia menatap ke arah Yujin yang masih berdiri sendirian di peron sambil memeluk tas kosong.

"Kau akan menjadi milikku, Lee Yujin. Dan kau akan tahu betapa bodohnya kau mempercayai Christopher," bisik Lino pada dirinya sendiri.

Lino segera meninggalkan kafe. Ia harus segera menyusun strategi untuk membuat plot twist yang akan memicu konflik besar dalam hidup Yujin.

.

.

.

.

.

.

.

— Bersambung —

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!