Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Cuti
"Lo kenal sama laki tadi, Fey? Sok sip banget gayanya." Tanya Elno.
"Dulu dia temennya Kak Gian." Jawab Fey.
"Dulu? Berarti sekarang bukan dong?" Tanya Yuan yang di jawab anggukan oleh fey.
"Kok bisa? Ada masalah apa emang?" Tanya Elno kepo.
"Dih! Lo kepo banget sama urusan laki gue sih, El." Sahut Fey.
"Ha ha ha, ya gimana? Habisnya kehidupan CEO itu bikin penasaran pingin ngulik." Kata Elno.
"Beneran gak nyangka sih, gue, bakal dapet kenalan seorang CEO." Imbuh Elno kemudian.
"Tapi emang seru sih kalo udah ngebahas masalah Kak Gian." Timpal Andre.
"Heran deh gue sama kalian. Seneng banget ghibahin laki gue. Sampe segala aib rumah tangga gue juga kalian pada tau." Cicit Fey.
"Lah, lo juga kan yang ghibahin laki lo, Kak. Lo juga yang nyeritain aib rumah tangga lo." Sergah Daniel.
"Tapi gue gak bakal ngegibah kalo gak di pancing. Kalian tuh suka mancing - mancing gue cerita." Sahut Fey sambil melirik ke arah Elno yang selalu memancingnya untuk berghibah ria.
"Tapi lo jadi lega juga kan, akhirnya? Kalo bukan ke kita, emang lo mau cerita ke siapa?" Elno tak mau kalah.
"Lagian ya, aib kita yang mana, yang lo gak tau, Kak. Malahan lo lebih paham aib kita dari pada kita yang punya aib." Ujar Yuan yang memecah tawa mereka.
"Oh iya, gimana kabar Papa mertua lo?" Tanya Elno.
"Udah baikan, sore ini juga udah boleh pulang. Papa cuma shock aja, makanya sakit jantungnya kambuh." Jawab Fey.
"Kenapa bisa pas gitu ya? Ini kejadian langka banget." Kata Andre.
"Hm, yang pasti damage nya lebih berasa sih. Beda banget rasanya waktu lo liat orang lain yang di todong pistol sama waktu lo liat keluarga lo yang di todong pistol." Cerita Fey.
"Waktu gue liat Papa yang di todong pistol, sumpah, jantung gue berasa mau silaturahmi sama rahim." Imbuh Fey yang kembali membuat tawa rekannya meledak.
"Bisaan aja jantung silaturahmi sama rahim." Gelak Yuan.
"Ya rasanya tuh kayak pingin ngelakuin apa aja buat cepet nyelametin, tapi takut kalo sampe dia kenapa - napa. Ngerti gak sih maksud gue?" Fey berusaha mengungkapkan perasaannya.
"Iya - iya, kita paham." Jawab Andre yang masih terkekeh.
"Kalian tau gongnya? Papa mertua gue bilang, kalo orang yang nyelametin dia itu, matanya mirip gue. Papa ngenalin mata gue, padahal Papa cuma ngeliat gue sekilas doang." Cicit Fey.
"Panik gak tuh!" Goda Yuan yang terkekeh.
"Panik lah! Mana Kak Gian juga bilang penasaran sama orang yang nyelametin Papa setelah Papa cerita itu ke dia dan Mama." Sahut Fey.
"Lo kenapa gak jujur aja sih sama Gian dan keluarganya tentang profesi lo? Kalo gini, lo juga kan yang ketar - ketir." Kata Elno.
"Iya, Kak. Baiknya lo jujur aja deh. Lebih aman buat lo dan seenggaknya, mereka tau kalo misal amit - amit dah, sesuatu yang gak kita harapkan terjadi." Yuan turut memberi saran.
"Gak semudah itu buat gue cerita tentang profesi gue. Gue belum siap di benci sama kedua mertua gue. Iya kalo mereka bisa nerima profesi gue, kalo enggak?" Kata Fey.
"Kan belum tentu juga mertua lo nolak profesi lo, Kak. Lo gak bakal tau kalo belum nyoba. Siapa tau, keluarga lo malah ngedukung." Sergah Andre.
"Seenggaknya lo jujur lah sama Gian. Lagian gue liat, sekarang tu CEO banyak berubah. Makin sayang dan perhatian sama lo." Timpal Elno.
"Kalo Kak Gian gak bisa nerima profesi gue, gimana?" Sergah Fey.
"Ya lo jadi janda perawan, Kak." Jawab Yuan yang membuat mereka kembali tertawa kecuali Fey yang justru cemberut.
"Lagian ya, gak mudah buat gue cerita semuanya ke mereka. Banyak yang harus gue pertimbangin. Kalian tau sendiri, secinta apa gue sama profesi gue." Jelas Fey.
"Kalo tiba - tiba mereka tau, gimana?" Tanya Daniel yang hanya di jawab kedikan bahu oleh Fey.
"Yah walaupun gak mungkinnselamanya gue bakal nutupin profesi gue, seenggaknya gue berharap kalau mereka nantinya tau di saat gue udah siap." Jawab Fey.
"Oh iya, gimana cuti lo? Di acc Kapten, Kak?" Tanya Yuan.
"Lo ngajuin cuti, Fey?" Tanya Elno yang terkejut.
"Iya, tujuh hari gue ngajuin cuti. Tapi cuma di acc empat hari doang." Jawab Fey.
"Parah lo, nambah - nambahin kerjaan gue aja." Omel Elno.
"Lo mau kemana emang? Bukan cari kitab suci ke utara, kan?" Tanya Elno yang kembali memecah tawa.
"Lo kira, gue kera sakti! Gue mau ngurusin side job gue." Jawab Fey.
"Lo juga, segala ambil side job. Kayak orang nganggur aja." Omel Elno.
"Ya mau gimana? Demi kamuflase yang aman." Jawab Fey.
"Ni perempuan makin aneh aja kata - katanya. Kamuflase? Udah kayak kadal aja lo!" Sergah Elno yang kembali tertawa.
...****************...
Pagi - pagi sekali, Fey dan Gian sudah berada di Bandara. Mereka akan terbang ke Australia dengan pesawat pertama pukul enam pagi. Sejujurnya, Fey merasa gelisah ketika ia mengetahui siapa pemilik Perusahaan yang akan ia dan Gian hadapi.
Tentu saja, ia sudah menelusuri seluk beluk Perusahaan yang tak sembarang orang bisa mengetahuinya, termasuk Gian mungkin. Dengan bantuan rekan - rekannya, ia bisa dengan mudah mengetahui identitas dan informasi dari 'lawan' nya.
Semakin dekat dengan Negri Kanguru itu, hatinya semakin merasa was - was. Walaupun rekan - rekannya dan bahkan Kapten Yudha juga bilang siap membantu jika terjadi sesuatu. Namun, ia tetap tak bisa menghalau rasa resah yang mendera.
Berbeda dengan Fey yang terlihat resah, Gian terlihat lebih tenang. Mungkin, ia tak benar - benar tau mengenai siapa lawan yang akan ia hadapi sehingga ia bisa tetap tenang.
"Kamu kenapa, Sayang?" Tanya Gian saat melihat Fey yang nampak gelisah.
"Gak apa - apa, Kak." Jawab Fey.
"Jangan bohong. Kamu kelihatan gelisah gitu." Sergah Gian.
"Cerita sama aku." Imbuh Gian kemudian sembari menggenggam tangan Fey, berusaha mengalirkan ketenangan.
"Kamu tau siapa CEO Perusahaan itu, Kak?" Tanya Fey.
"Tau, kami kan bertemu waktu penanda tanganan kontrak itu, Sayang." Jawab Gian.
"Kenapa memangnya?" Tanya Gian kemudian.
"Mmm, gak apa - apa. Aku cuma khawatir aja." Jawab Fey yang mengurungkan niatnya untuk menceritakan sosok sebenarnya dari CEO Perusahaan lawan.
"Jangan khawatir, kita gak sendiri kok, Sayang. Semuanya sudah di siapkan orang - orangku." Ujar Gian berusaha menenangkan Istrinya.
Fey pun hanya bisa mengangguk mendengar jawaban Gian. Ia memang tau bagaimana sepak terjang Gian di dunia perbisnisan. Pria itu tak pernah main - main dan sangat detil dalam berbisnis.
Begitu tiba di Bandara Internasional Sydney, Asisten Gian yang lebih dulu berangkat, sudah menunggu untuk menjemput mereka. Mereka kemudian pergi ke hotel yang sudah di siapkan.
"Bagaimana perkembangannya, Tin?" Tanya Gian pada Martin.
"Semuanya masih aman, Bos. Tim Kuasa Hukum juga sudah menyusun strategi seperti saran dari Bu Bos." Jawab Martin.
"Terus awasi mereka." Titah Gian.
"Baik, Bos." Jawab Martin.