Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAMAR AZURA
"Damian akan mengantar ke kamar mu. Selamat tidur, calon istriku. Jangan lupa, kini kau tidur di bentengku," ucap Reifan, tersenyum miring.
"Bentengmu sudah menjadi milikku sejak aku menguasai anak-anakmu," bisik Tamara, sebelum menghilang di balik pintu.
Tamara mengikuti Damian yang membimbingnya melewati lorong kayu yang sunyi, di mana aroma cedar dan lilin berbaur dengan lembut. Ia tahu bahwa kamar yang disiapkan untuknya pasti strategis. Reifan tidak akan membiarkannya tidur terlalu jauh, tetapi juga tidak akan membiarkannya tidur terlalu dekat.
Ceklekk
Damian membuka pintu kamar di ujung lorong. Kamar itu besar, dengan jendela-jendela tinggi yang menghadap ke taman belakang, di mana pohon apel besar membentang seperti siluet raksasa di bawah sinar bulan. Di atas tempat tidur king-size dengan kanopi, terdapat sebuah catatan kecil yang diletakkan di atas bantal.
"Selamat malam, Nyonya Tamara," ucap Damian membungkuk singkat
"Selamat malam, Damian. Pastikan Tuan Reifan tidak datang mengganggu," jawab Tamara, nadanya dingin dan penuh otoritas.
Damian hanya mengangguk, lalu berbalik pergi, menutup pintu dengan pelan.
Tamara berjalan mendekat, mengambil catatan di bantal. Tulisan tangan Reifan yang tegas menyambutnya:
Di Kamar Azura. Kau boleh menghancurkan benteng-benteng pertahananku, tetapi jangan pernah menghancurkan tempat suci ini. Jika kau tidur di sini, kau tidur dengan janji. Jangan kau lupa, Ratu.
Tamara tersenyum miring. Kamar Azura. Pukulan emosional yang sempurna. Reifan memaksa Tamara untuk menghadapi kenyataan bahwa ia adalah yang kedua, menyelimuti dirinya dengan warisan wanita yang dicintai anak-anaknya.
Tamara menjatuhkan diri di atas tempat tidur, mencium aroma samar melati dari linen. Ia memejamkan mata, membiarkan Sistem 007 bekerja.
Sistem 007: Analisis Psikologis: Tuan Reifan sedang melakukan uji coba "Cinta vs Kekuasaan." Dengan membiarkan Anda tidur di Kamar Azura, dia menguji apakah Anda akan menghapus atau mengakui masa lalu. Rekomendasi: Gunakan kenangan sebagai jembatan, bukan bom. Kunci kamar Azura adalah penerimaan, bukan penghancuran.
"Terima kasih, Sistem. Aku akan menjadikan kamar ini Kamar Ratu. Dan seorang Ratu akan tetap jadi Ratu, tanpa harus bersaing dengan siapapun," bisik Tamara, tersenyum miring.
Tamara bangkit dan melihat sekeliling kamar, di meja rias kayu, sebuah bingkai foto keluarga Azura, Reifan, Azka, dan Alvero diletakkan dengan jelas. Tamara mengambil bingkai itu, menatap wajah Azura yang lembut.
"Aku tidak akan menghapus mu, Azura. Aku akan menjadi Sekutumu," gumam Tamara.
Tamara kemudian membuka kopernya. Di dalamnya ada tablet dengan koneksi satelit rahasia. Ia meletakkannya di samping tempat tidur. Ia mulai bekerja.
Ratu: (mengetik cepat) Hubungi Aliansi Hitam. Aktifkan Rencana "Kekuatan Ganda." Segera cairkan 50% aset tersembunyi. Transfer dana ke Yayasan Azura. Tanda tangan atas nama Tamara Adhitama.
Sistem 007: Konfirmasi: Anda akan menggunakan aset pribadi untuk mendanai yayasan mendiang istri Tuan Reifan. Tujuannya?
Ratu: Menciptakan Aliansi Hantu. Aku akan menunjukkan kepada Reifan dan anak-anaknya bahwa aku menghormati Azura lebih dari yang mereka duga. Ini bukan strategi, ini adalah Fondasi Kekuatan. Aku akan mengubah kecemburuan yang diharapkan menjadi rasa hormat. Hubungi juga Desmond. Gaun pengantin. Sekarang.
Di sisi villa yang lain, Reifan mondar-mandir di kamarnya, jauh dari kamar Azura. Ia sudah berganti menjadi celana training hitam. Gelas scotch nya sudah kosong. Reifan merasa tidak nyaman, is telah melemparkan pancing, dan Ratu telah menelan umpan itu, tetapi dengan seringai yang menakutkan.
Reifan tahu, ia telah memberikan carte blanche kepada wanita yang tidak ia mengerti.
"Damian!" panggil Reifan, suaranya sedikit tegang.
Damian segera muncul di ambang pintu, seperti hantu.
"Iya Tuan?" jawab Damian sopan.
"Cek Tamara. Secara diam-diam. Apa yang dia lakukan?" perintah Reifan, ingin tahu.
Damian kembali setelah lima menit, wajahnya bingung.
"Tuan, Nyonya Tamara sedang melakukan panggilan video. Bukan dengan pengacara, tetapi dengan perancang busana. Desmond dari Paris. Dia memesan gaun pengantin. Dia juga meminta data keuangan untuk Yayasan mendiang Nyonya Azura dan meminta transfer dana pribadi dalam jumlah besar," jawab Damian, melapor.
"Desmond? Gaun yang akan menguburku dalam penyesalan?" tanya Reifan membeku. Reifan teringat kata-kata Tamara.
"Dan Yayasan Azura?" tanya Reifan.
"Benar, Tuan. Sebuah donasi pribadi yang sangat besar. Dia menggunakannya sebagai landasan transfer pertama. Dia bertindak seperti seorang Ibu Tiri yang sedang berusaha membeli dukungan publik," jawab Damian.
Reifan menyeringai, tetapi kali ini, ada nada kekaguman yang nyata.
"Dia luar biasa. Dia tidak akan menghancurkan Azura, dia akan menjadikan Azura sekutunya. Sebuah Aliansi Hantu. Dia mengubah kelemahan emosional terbesarku menjadi senjata diplomatis," gumam Reifan.
"Batalkan pengawasan, Damian. Dia akan menjadi Nyonya Adhitama. Aku akan membiarkannya bermain. Malam ini, aku akan memberikan satu kejutan lagi sebelum pertarungan resmi dimulai," perintah Reifan.
"Kejutan apa, Tuan?" tanya Damian, penasaran.
"Ciuman selamat malam yang pantas untuk seorang Ratu. Pergi dan pastikan anak-anak sudah tidur pulas," jawab Reifan tersenyum penuh bahaya.
Reifan berjalan keluar dari dalam kamar nya, berjalan menuju kamar tempat Tamara.
Tidak membutuhkan waktu lama, Reifan berdiri di depan pintu Kamar Azura, dia tidak mengetuk, Reifan langsung memutar kenop pintu dan masuk.
Tamara sedang duduk di tepi tempat tidur, gaun hijaunya kini berganti menjadi piyama sutra abu-abu yang elegan. Ia sedang membolak-balik album foto tua di tangannya album Azura dan anak-anak.
Mendengar pintu di buka, Tamara langsung menoleh, matanya yang tajam menatap Reifan, dingin.
"Melanggar perintahku, calon suamiku? Aku sudah memberitahu Damian untuk tidak mengganggu," ucap Tamara, suaranya tenang, tetapi penuh ancaman.
"Aku bukan Damian. Aku adalah calon suamimu, dan seorang suami memiliki hak untuk memberikan ciuman selamat malam, terutama setelah sebuah lamaran yang teatrikal," jawab Reifan, suaranya rendah dan serak, memancarkan aura maskulinitas yang berbahaya.
"Aku tidak menerima ciuman. Aku menerima janji perang," jawab Tamara, meletakkan album foto itu dengan hati-hati.
Reifan berjalan mendekat, mengambil gelas kosong Tamara dari meja samping, Reifan berdiri tepat di depan Tamara.
"Villa Timur adalah tempat kerentanan. Kau telah bermain dengan sangat baik, dan kau menggunakan Azura sebagai jembatan. Kau adalah ahli strategi yang jenius, Ratu. Dan aku, Raja, ingin memberimu hadiah kejujuran," ucap Reifan, tersenyum penuh arti.
"Kejujuran apa?" tanya Tamara, memutar bola matanya malas.
"Aku tidak melamar mu karena anak-anak. Aku melamar mu karena aku menyadari, kau adalah satu-satunya wanita yang tidak takut akan kekejaman ku. Kau adalah lawan yang layak. Dan aku ingin melihat seberapa jauh Ratu ini bisa mendorong Batas Raja," bisik Reifan, matanya menatap tajam ke mata Tamara.
