NovelToon NovelToon
Lucid Dream

Lucid Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikah Kontrak / Beda Usia / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers
Popularitas:552
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Rush

Sebuah kumpulan cerpen yang lahir dari batas antara mimpi dan kenyataan. Dari kisah romantis, misteri yang menggantung, hingga fantasi yang melayang, setiap cerita adalah langkah di dunia di mana imajinasi menjadi nyata dan kata-kata menari di antara tidur dan sadar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kutukan Milik Tuan Sean

Kadang Zia tidak percaya dengan kata cinta, apalagi cinta yang sudah ada sejak bocah. Hatinya terasa campur aduk, antara rindu, sakit, dan marah.

“Apakah dia Ziavanna Erlangga?” tanya Sean kepada asistennya, matanya menatap layar foto lama. Pertemuan kemarin terus menghantuinyanwajah Zia berbeda dari yang ia ingat saat remaja.

“Ya, dia Ziavanna Erlangga, dan dia bekerja di supermarket sebelah kita, Tuan,” sahut Denis.

“Sejak kapan dia bekerja di supermarket sebelah?” Tanya Sean sambil memainkan pena, jarinya mengetuk meja pelan, gelisah.

“Sejak kemarin,” jawab Denis.

“Kembalilah bekerja dan terima kasih!” perintah Sean dengan suara tenang tapi tegas.

“Baik, permisi Tuan!” Denis sedikit membungkuk dan pergi dari sana.

“Welcome back, Ziavanna Erlangga!” Sean tersenyum sinis sambil menatap foto Zia, matanya menyala penuh perasaan campur aduk antara penasaran dan rindu yang ia coba sembunyikan.

“Zia, nanti aku jemput lagi ya!” kata Dara saat pergantian shift.

“Harus itu mah, sayang,” sahut Zia sambil tersenyum, matanya berbinar tapi ada sedikit rasa lega.

“Ya sudah, hati-hati ya!” Dara pergi keluar, meninggalkan Zia sendiri di supermarket.

“Apakah kamu betah bekerja di sini?” tanya Arnold, teman kerjanya, sambil menyodorkan beberapa barang belanjaan.

“Dibilang betah baru dua hari, mungkin anggap saja karena butuh,” sahut Zia, tersenyum tipis sambil menata barang di rak.

Ehemmm… suara deheman seseorang membuat mereka berhenti mengobrol. Shit! Zia menegang, sedikit terkejut.

Sean berdiri di sana, tatapannya menusuk, namun Zia menyesuaikan diri, pura-pura sibuk. Dia yakin Sean tak akan mengenal wajahnya yang kini berbeda.

“Ada lagi, Pak?” tanya Zia saat selesai menghitung belanjaan Sean. Sean hanya menggeleng perlahan, matanya menatap Zia dengan intens.

“Totalnya 50 ribu, Pak!” kata Zia sambil memberikan belanjaan itu.

“Ya, ini!” Sean menyerahkan uang.

“Terima kasih sudah belanja di sini, Pak!” Zia tersenyum sopan, tapi hatinya berdebar saat Sean membalas dengan seringai tipis yang membuatnya sedikit tersentak.

Ada pertanyaan yang membelenggu pikiran Sean ,kenapa Zia bekerja di sini, padahal Om Kenan juga kaya raya? Dan kenapa wajahnya berubah?

“Biasanya dia tidak kesini, dan selalu asistennya yang datang,” ujar Arnold, sambil berdiri di samping Zia.

“Siapa?” tanya Zia, sedikit penasaran tapi berusaha tetap profesional.

“Tuan Sean, pemilik perusahaan sebelah. Biasanya dia tidak akan turun tangan ke sini, bahkan ini pertama kalinya dia datang,” jelas Arnold. Zia termenung, pikirannya kacau. Apa Sean tahu tentang dirinya?

“Apa dia tampan?” tanya Arnold, membuyarkan lamunannya.

“Siapa?” Zia menunduk, kembali menata barang.

“Tuan Sean. Bahkan Dara selalu teriak-teriak melihat Tuan Sean karena katanya tampan dan menawan,” jelas Arnold sambil tersenyum.

“Biasa saja,” sahut Zia, menunduk lebih dalam, mencoba fokus pada pekerjaannya. Namun hatinya tetap berdegup kencang.

Satu hal terus menghantui pikirannya ,apakah Sean masih mencintainya? Tidak mungkin. Jika benar mencintai, seharusnya dia memperjuangkannya, bukan menyerah pada perempuan lain.

“Zia, kita perlu bicara!” David mencekal lengan Zia saat ia hendak pulang. Zia menatapnya tajam, hatinya mendidih.

“Apa yang perlu kita bicarakan?” tanya Zia, mencoba melepaskan tangan David, wajahnya merah karena marah.

“Banyak, Zia. Ini soal hubungan kita,” sahut David mendekat, wajahnya serius.

“Hubungan kita?! Apa maksud dari hubungan kita, David?!” bentak Zia, emosinya meledak mengingat perselingkuhannya.

“Dia bukan orang yang kucintai, tapi orang yang dijodohkan denganku,” jelas David, nada suaranya dingin tapi menuntut. Zia mencebikan bibirnya, kecewa dan marah sekaligus.

“Lalu untuk apa dibicarakan lagi jika semuanya sudah diatur oleh orang tuamu?! Berhentilah berbicara denganku jika keputusanmu sudah jelas memilihnya daripada aku.” Zia menarik tangannya dari genggaman David, suaranya bergetar tapi tegas.

“Aku hanya mencintaimu, Zia!” David mencoba meraih tangannya kembali dan menciumnya.

“Cinta?! Berhentilah berkata seperti itu jika hanya untuk merayuku, bajingan!” teriak Zia, wajahnya memerah karena amarah dan sakit hati.

Di samping mereka, Naura, perempuan itu, dengan sengaja menggandeng lengan David.

“Ada apa, sayang?” tanyanya, nada suara penuh kepura-puraan.

“Tidak ada apa-apa!” sahut David, menatap Zia sesaat sebelum kembali memperhatikan Naura.

“Untuk apa kamu menemui pacarku, jalang?!” tanya Zia sewot, menatap Naura tajam.

“Cih, jalang?! Siapa yang kamu maksud jalang?!” Zia membalas, sedikit meremehkan, namun suaranya keras.

“Sayang, dia...” Naura mulai bicara.

“Sudahlah, Naura. Kamu bahkan tahu dia adalah pacarku yang sudah lama bersamaku, sedangkan kita… kita hanya...” Zia menahan amarahnya, berusaha tetap tegas.

“Berhentilah berbicara di depanku! Mulai sekarang aku tidak punya urusan dengan kalian. Untukmu, David, mulai hari ini kita putus!” Zia perlahan melangkah meninggalkan mereka, menatap mata David dengan luka yang dalam.

Tes… Apakah dirinya menangis? Zia menyeka air matanya yang membasahi pipinya. Selalu berakhir seperti ini. Apa dirinya memang terkena kutukan dari lelaki itu?!

1
Idatul_munar
Tunggu kelanjutan thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!