NovelToon NovelToon
Di Campakakan Camat Di Kejar Komandan Elite

Di Campakakan Camat Di Kejar Komandan Elite

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Pengantin Pengganti Konglomerat / Pengantin Pengganti / Romansa
Popularitas:249.8k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.

Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.

Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.

Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.

Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.

Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.

Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?

Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?

Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah tirai kamar Aisya, menyinari wajahnya yang masih terlelap. Kehangatan mentari terasa seperti ironi, mengingatkannya pada masa depan yang suram.

Aisya menggeliat kecil, mengerjapkan matanya, namun hatinya terasa berat, Aroma kopi dari dapur yang biasanya menenangkan, kini tercium hambar, bercampur dengan kecemasan yang menyesakkan dadanya.

"Hmmmm ..." Aisya mendesah pelan, meregangkan tubuhnya dengan enggan. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06.00 pagi. Hari ini adalah hari libur, tapi semangatnya sudah hilang, terkubur dalam ketidakberdayaan.

Suara burung berkicau riang di luar jendela terdengar menyakitkan, seolah menertawakan kepedihannya. Aisya bangkit dari tempat tidur dengan lunglai, membuka jendela dan menatap dunia luar dengan tatapan kosong. Angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya, membawa serta desahan kekhawatiran.

Di luar sana, Pak Hansip masih setia berjaga di depan rumahnya. Aisya menggeleng pelan. Bahkan untuk kabur pun, ia tak punya kesempatan kayaknya.

"Kenapa aku bisa ketiduran semalaman? Gagal deh aku minggatnya," gumam Aisya Aisya kesal.

Tiba-tiba, terdengar ketukan lembut di pintu kamarnya.

Tok!

Tok!

"Aisya!" Suara Umi terdengar dari balik pintu

Aisya menghela napas panjang, mencoba menyembunyikan kepedihan yang sedang ia rasakan. "Masuk saja, Umi," jawabnya dengan suara yang berusaha ia buat setenang mungkin.

Umi Ella membuka pintu perlahan, menatap Aisya dengan tatapan penuh kasih. "Aisya di luar ada utusan dari si Kakek ... Ia ingin menyampaikan amanahnya," ucap Umi, kata-katanya terasa berat dan terputus.

Aisya mengangguk pelan, berusaha tegar. "Baik, Umi. Aisya ganti baju dulu," jawabnya, mencoba menyembunyikan gemetar di suaranya.

Aisya akhirnya bangkit, mengenakan hijabnya dan keluar kamar. Ia berjalan dengan langkah gontai menuju ruang tamu, di mana seorang pria berpakaian rapi sudah menunggunya.

"Assalamualaikum," sapa Aisya pelan.

Pria itu menoleh dan tersenyum canggung. "Waalaikumsalam, Nona Aisya. Saya diutus oleh Tuan ... untuk menyampaikan kabar," ucapnya dengan nada formal.

Aisya menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. "Kabar apa?" tanyanya.

Pria itu menghela napas sejenak. "Tuan menyampaikan salam dan permohonan maaf. Acara lamaran diundur hingga minggu depan," ucapnya.

"Jadi, lamarannya diundur satu minggu lagi?" tanya Aisya, matanya berbinar tanpa sadar.

Pria itu mengangguk. "Ya, Tuan mengatakan jika ia ingin mempersiapkan lamaran yang mengesankan untuk Nona. Jadi, Tuan meminta waktu tambahan," jelasnya.

"Oh, gak papa. Mau seminggu, setahun, seabad pun gak papa!" jawab Aisya cepat, tanpa bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Dalam hati, ia bersorak ria. Masih ada kesempatan! Kesempatan untuk kabur, kesempatan untuk mengubah takdirnya. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka ini.

Pria itu tersenyum tipis melihat reaksi Aisya. "Baiklah, Nona. Jika tidak ada lagi yang ingin disampaikan, saya pamit undur diri," ucapnya sopan.

Aisya mengangguk dan mengantar pria itu sampai ke depan pintu. Setelah pria itu pergi, Aisya menutup pintu perlahan dan bersandar di sana, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi.

"Diundur? Aku punya waktu seminggu lagi! Terima kasih ya Allah ternyata Engkau memang maha tahu, maaf jika hamba-mu ini, sempat berburuk sangka," bisiknya pada diri sendiri. Semangatnya kembali membara, harapan baru menyala di dalam hatinya.

Ia berlari kembali ke kamarnya, menutup pintu rapat-rapat dan mulai menyusun rencana. Seminggu bukanlah waktu yang lama, tapi cukup untuk mewujudkan rencananya. Ia harus kabur, untuk menolak takdir.

Namun, sebelum pergi Aisya mengambil selembar kertas dan mulai menulis surat untuk Umi dan Abinya. Ia menjelaskan semua perasaannya, ketakutannya, dan alasannya mengapa ia harus pergi diam-diam. Ia berharap, Umi dan Abi-nya bisa mengerti dan memaafkannya.

Air mata mulai menetes membasahi pipinya saat ia menulis surat itu. Ia sangat menyayangi Umi dan Abinya, tapi ia juga harus menyelamatkan dirinya sendiri.

Setelah selesai menulis surat, Aisya melipatnya dengan rapi dan menyimpannya di atas meja nakas.

Setelah memastikan semua barang yang dibutuhkan sudah siap, Aisya menarik napas dalam-dalam dan bersiap untuk menjalankan aksinya. Ia melirik jam dinding, menunjukkan pukul 10 pagi.

Umi dan Abi-nya sudah pamit pergi ke acara pengajian rutin di kampung sebelah. Tinggallah ia sendiri di rumah, dengan Pak Hansip yang setia berjaga di depan.

"Oke, Aisya, ini saatnya!" bisiknya pada diri sendiri, mencoba menyemangati dirinya.

Aisya berjalan mantap menuju pintu belakang rumahnya. Ia membuka pintu perlahan, mengintip ke luar untuk memastikan situasi aman. Pak Hansip masih terlihat duduk santai, asyik dengan kopi dan korannya.

Aisya menghela napas, sedikit merasa bersalah karena harus pergi tanpa pamit. Tapi, ia tidak punya pilihan lain.

Dengan langkah pelan namun pasti, Aisya keluar dari pintu belakang rumahnya. Ia berusaha berjalan senormal mungkin, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia berharap, Pak Hansip tidak menyadari keberadaannya.

Ia berjalan menyusuri jalan setapak di belakang rumahnya, melewati kebun-kebun warga, menghindari pandangan orang-orang. Jantungnya berdegup kencang, takut jika aksinya akan ketahuan.

"Semoga Pak Hansip gak menyadari kepergianku" gumamnya cemas.

Setelah berjalan cukup jauh, Aisya akhirnya berhasil keluar dari area perkebunan menuju jalan raya tanpa terdeteksi. Ia menghela napas lega, merasa seperti lolos dari penjara.

"Alhamdulillah, akhirnya berhasil juga!" serunya pelan, senyum merekah di wajahnya.

"Aku gak mungkin menunggu di sini. Nanti malah di kira patung! Patung Koleksi museum patah hati!"

Ia memutuskan untuk tetep berjalan pelan sambil menunggu angkutan lewat. Aisya terus berjalan sesekali matanya menatap ke belakang berharap tidak ada yang melihat dirinya, ia takut jika tiba-tiba Riska dan suaminya muncul dan menggalkan acara minggat nya lagi.

Tak berapa lama terdengar suara klakson dari belakangnya, membuat jantungnya kembali berdebar kencang. "Aunty sya-sya cantik!" seru kompak si kembar dari jendela kaca mobil.

Aisya langsung menghentikan langkahnya saat mengenali pemilik suara menggemaskan itu.

"Hay! Twisnya aunty! Aunty kangen kalian!" Aisya melangkah mendekat kearah mobil lalu langsung heboh sendiri dengan gemas ia mencubit pipi gembul keduanya bergantian.

"Hay! Aisya mau kemana? Butuh tumpangan enggak?" tanya Satria dengan berpura-pura tidak tahu jika Aisya sedang minggat.

"Wah! Oppa Satria! Yang terbaik! Aku ikut minggat ya!" seru Aisya senang. Tanpa curiga sedikitpun.

Ya kembaran yang menyapa Aisya adalah keponakan Satria dan kini Satria muncul dengan wajah tampannya.

Tanpa Aisya sadari jika ia kabur bersama calon suaminya sendiri.

Bersambung ....

🤗🌹🌹🌹🌹😘

jika kalian suka jangan lupa like dan tinggalkan jejak ya terimakasih dan happy reading!

1
Ita Xiaomi
Apakah target yg akan ditemui adalah Satria dan Aisyah? 😁
ifha latifa
Arya sama Cindy klo jujur k keluarga dirgantara pasti bakal d lindungi dan ibunya bakalan bisa d selamatkan.
klo nurutnya sama si cecunguk bule bakal hancur lebur semuanya
Mama lilik Lilik
🤣🤣🤣🤣 bisa aja
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mending Arya & Cindy kasih kode ke tim bodyguard dirgantara. pasti ada solusi nanti
Wulan Sari
si cindi dan arya blm kapok juga mau nyulik? jangan biyarkan Thor gagalkan sj...
Gustie Cibby
seru baca ngakak trus semngt kek 😂😂
ifha latifa
Semoga otak si Arya masih berjalan dengan baik, dan diam² melaporkan hal teraebut sama Satria
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
elvina manusia pengecut. ingin melakukan kejahatan tapi memanfaatkan orang lain. 🤬🤬🤬🤬🤬
semoga keluarga dirgantara memaklumi posisi Arya & Cindy, serta membantu mereka nantinya
Desmeri epy Epy
lanjut Thor
✓™N!NA 💗 MO®O™✓
🤣🤣🤣 khodam nenek gayung dan kakek cangkull'y udah lengket🤣🤣🤣🤣
Ita Xiaomi
Ndak kebayang nasibnya Elvina pas ketangkap di tangan Ray.
Ita Xiaomi
Apakah Elvina ini suruhan bpk kandungnya Arsya?
Ita Xiaomi
Terus terang aja ama Satria dan Aisyah.
Ita Xiaomi
Nama jalannya mendukung tuh😁
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mereka ini punya dendam apa pada keluarga dirgantara?
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ada juga petuah jangan menolak rezeki.
ifha latifa
haeuuhh apa lagi nih?
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
satria pasti tau..
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
buang name card nya, aisya..
Ita Xiaomi
Mamaku jg pernah berpesan spt ini.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!