NovelToon NovelToon
Di Campakakan Camat Di Kejar Komandan Elite

Di Campakakan Camat Di Kejar Komandan Elite

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Pengantin Pengganti Konglomerat / Pengantin Pengganti / Romansa
Popularitas:23.1k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.

Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.

Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.

Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.

Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.

Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.

Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?

Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?

Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah tirai kamar Aisya, menyinari wajahnya yang masih terlelap. Kehangatan mentari terasa seperti ironi, mengingatkannya pada masa depan yang suram.

Aisya menggeliat kecil, mengerjapkan matanya, namun hatinya terasa berat, Aroma kopi dari dapur yang biasanya menenangkan, kini tercium hambar, bercampur dengan kecemasan yang menyesakkan dadanya.

"Hmmmm ..." Aisya mendesah pelan, meregangkan tubuhnya dengan enggan. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06.00 pagi. Hari ini adalah hari libur, tapi semangatnya sudah hilang, terkubur dalam ketidakberdayaan.

Suara burung berkicau riang di luar jendela terdengar menyakitkan, seolah menertawakan kepedihannya. Aisya bangkit dari tempat tidur dengan lunglai, membuka jendela dan menatap dunia luar dengan tatapan kosong. Angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya, membawa serta desahan kekhawatiran.

Di luar sana, Pak Hansip masih setia berjaga di depan rumahnya. Aisya menggeleng pelan. Bahkan untuk kabur pun, ia tak punya kesempatan kayaknya.

"Kenapa aku bisa ketiduran semalaman? Gagal deh aku minggatnya," gumam Aisya Aisya kesal.

Tiba-tiba, terdengar ketukan lembut di pintu kamarnya.

Tok!

Tok!

"Aisya!" Suara Umi terdengar dari balik pintu

Aisya menghela napas panjang, mencoba menyembunyikan kepedihan yang sedang ia rasakan. "Masuk saja, Umi," jawabnya dengan suara yang berusaha ia buat setenang mungkin.

Umi Ella membuka pintu perlahan, menatap Aisya dengan tatapan penuh kasih. "Aisya di luar ada utusan dari si Kakek ... Ia ingin menyampaikan amanahnya," ucap Umi, kata-katanya terasa berat dan terputus.

Aisya mengangguk pelan, berusaha tegar. "Baik, Umi. Aisya ganti baju dulu," jawabnya, mencoba menyembunyikan gemetar di suaranya.

Aisya akhirnya bangkit, mengenakan hijabnya dan keluar kamar. Ia berjalan dengan langkah gontai menuju ruang tamu, di mana seorang pria berpakaian rapi sudah menunggunya.

"Assalamualaikum," sapa Aisya pelan.

Pria itu menoleh dan tersenyum canggung. "Waalaikumsalam, Nona Aisya. Saya diutus oleh Tuan ... untuk menyampaikan kabar," ucapnya dengan nada formal.

Aisya menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. "Kabar apa?" tanyanya.

Pria itu menghela napas sejenak. "Tuan menyampaikan salam dan permohonan maaf. Acara lamaran diundur hingga minggu depan," ucapnya.

"Jadi, lamarannya diundur satu minggu lagi?" tanya Aisya, matanya berbinar tanpa sadar.

Pria itu mengangguk. "Ya, Tuan mengatakan jika ia ingin mempersiapkan lamaran yang mengesankan untuk Nona. Jadi, Tuan meminta waktu tambahan," jelasnya.

"Oh, gak papa. Mau seminggu, setahun, seabad pun gak papa!" jawab Aisya cepat, tanpa bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Dalam hati, ia bersorak ria. Masih ada kesempatan! Kesempatan untuk kabur, kesempatan untuk mengubah takdirnya. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka ini.

Pria itu tersenyum tipis melihat reaksi Aisya. "Baiklah, Nona. Jika tidak ada lagi yang ingin disampaikan, saya pamit undur diri," ucapnya sopan.

Aisya mengangguk dan mengantar pria itu sampai ke depan pintu. Setelah pria itu pergi, Aisya menutup pintu perlahan dan bersandar di sana, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi.

"Diundur? Aku punya waktu seminggu lagi! Terima kasih ya Allah ternyata Engkau memang maha tahu, maaf jika hamba-mu ini, sempat berburuk sangka," bisiknya pada diri sendiri. Semangatnya kembali membara, harapan baru menyala di dalam hatinya.

Ia berlari kembali ke kamarnya, menutup pintu rapat-rapat dan mulai menyusun rencana. Seminggu bukanlah waktu yang lama, tapi cukup untuk mewujudkan rencananya. Ia harus kabur, untuk menolak takdir.

Namun, sebelum pergi Aisya mengambil selembar kertas dan mulai menulis surat untuk Umi dan Abinya. Ia menjelaskan semua perasaannya, ketakutannya, dan alasannya mengapa ia harus pergi diam-diam. Ia berharap, Umi dan Abi-nya bisa mengerti dan memaafkannya.

Air mata mulai menetes membasahi pipinya saat ia menulis surat itu. Ia sangat menyayangi Umi dan Abinya, tapi ia juga harus menyelamatkan dirinya sendiri.

Setelah selesai menulis surat, Aisya melipatnya dengan rapi dan menyimpannya di atas meja nakas.

Setelah memastikan semua barang yang dibutuhkan sudah siap, Aisya menarik napas dalam-dalam dan bersiap untuk menjalankan aksinya. Ia melirik jam dinding, menunjukkan pukul 10 pagi.

Umi dan Abi-nya sudah pamit pergi ke acara pengajian rutin di kampung sebelah. Tinggallah ia sendiri di rumah, dengan Pak Hansip yang setia berjaga di depan.

"Oke, Aisya, ini saatnya!" bisiknya pada diri sendiri, mencoba menyemangati dirinya.

Aisya berjalan mantap menuju pintu belakang rumahnya. Ia membuka pintu perlahan, mengintip ke luar untuk memastikan situasi aman. Pak Hansip masih terlihat duduk santai, asyik dengan kopi dan korannya.

Aisya menghela napas, sedikit merasa bersalah karena harus pergi tanpa pamit. Tapi, ia tidak punya pilihan lain.

Dengan langkah pelan namun pasti, Aisya keluar dari pintu belakang rumahnya. Ia berusaha berjalan senormal mungkin, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia berharap, Pak Hansip tidak menyadari keberadaannya.

Ia berjalan menyusuri jalan setapak di belakang rumahnya, melewati kebun-kebun warga, menghindari pandangan orang-orang. Jantungnya berdegup kencang, takut jika aksinya akan ketahuan.

"Semoga Pak Hansip gak menyadari kepergianku" gumamnya cemas.

Setelah berjalan cukup jauh, Aisya akhirnya berhasil keluar dari area perkebunan menuju jalan raya tanpa terdeteksi. Ia menghela napas lega, merasa seperti lolos dari penjara.

"Alhamdulillah, akhirnya berhasil juga!" serunya pelan, senyum merekah di wajahnya.

"Aku gak mungkin menunggu di sini. Nanti malah di kira patung! Patung Koleksi museum patah hati!"

Ia memutuskan untuk tetep berjalan pelan sambil menunggu angkutan lewat. Aisya terus berjalan sesekali matanya menatap ke belakang berharap tidak ada yang melihat dirinya, ia takut jika tiba-tiba Riska dan suaminya muncul dan menggalkan acara minggat nya lagi.

Tak berapa lama terdengar suara klakson dari belakangnya, membuat jantungnya kembali berdebar kencang. "Aunty sya-sya cantik!" seru kompak si kembar dari jendela kaca mobil.

Aisya langsung menghentikan langkahnya saat mengenali pemilik suara menggemaskan itu.

"Hay! Twisnya aunty! Aunty kangen kalian!" Aisya melangkah mendekat kearah mobil lalu langsung heboh sendiri dengan gemas ia mencubit pipi gembul keduanya bergantian.

"Hay! Aisya mau kemana? Butuh tumpangan enggak?" tanya Satria dengan berpura-pura tidak tahu jika Aisya sedang minggat.

"Wah! Oppa Satria! Yang terbaik! Aku ikut minggat ya!" seru Aisya senang. Tanpa curiga sedikitpun.

Ya kembaran yang menyapa Aisya adalah keponakan Satria dan kini Satria muncul dengan wajah tampannya.

Tanpa Aisya sadari jika ia kabur bersama calon suaminya sendiri.

Bersambung ....

🤗🌹🌹🌹🌹😘

jika kalian suka jangan lupa like dan tinggalkan jejak ya terimakasih dan happy reading!

1
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kalau banyak anak-anak memang seru yaa
🌹Widianingsih,💐♥️
hai Thor aku singgah
🌹Widianingsih,💐♥️
lah jahat sekali Riska ini....nanti dia yang mandul tuh !😬
Ita Xiaomi
Suka ama jalan ceritanya ringan. Keren, menarik dan kocak. Dalam situasi yang rumit dan ada masalah selalu ada kemujuran atau hal yg lucu. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Adrian & riska, pulang ke runah lanjut berantem biar gak malu ketimpuk jengkol, ih. 🤭
Ita Xiaomi
🤣🤣🤣
Ita Xiaomi
Dah ndak ada wibawanya tuh Pak Camat😁
kaylla salsabella
apa ya... kasih tau gak ya🤣🤣🤣🤣
YuniSetyowati 1999
Nah jengkol pun jengkel sama Riska apalagi kita para reader.
riniasyifa: he/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Ariany Sudjana
ini Bu camat masih juga menjelekkan Aisya, tapi syukur sih ketimpa jengkol 🤭🤣
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ujung-ujungnya Adrian muak liat riska. bisa bubar sebelum hamidun. atau Mungkin yang mandul itu justru riska nanti?
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
gak terima usul pak kades. harus di tindak lanjutin, karena fitnah itu jika tak terbukti akan sangat berbahaya dampaknya pada aisya.
Entin Fatkurina
dasar nenek lampir, bisanya cuman ngeles saja dari kesalahannya, lanjut kakak.
Entin Fatkurina
pak kades kok jadi belain riska sih.😡😡😡
Entin Fatkurina
😅😅😅lanjut kakak.
Entin Fatkurina
jadi nggak sabar nunggu riska menanggung malu😅😅😅
YuniSetyowati 1999
Dasar gila nih setan wadon.Sekarang malah suaminya yg jadi disalahin.Ihs ihs ihs sungguh Ter la lu 😒
YuniSetyowati 1999
Yah kami para reader juga berfikir begitu.Jadi jika tak mau dicap camat Cemen yg selalu l di bawah ketek bini buktikan dong mat.Jangan jadi camat mokondo dong 😒
Riana Utami
semoga aja mandul si Riska, udah fitnah Aisya soalnya 🤭🤭🤭
Ariany Sudjana
he pelakor gila, makanya ngaca dong. kelakuan kamu udah minus dari dulu, udah merekayasa hasil tes kesehatan Aisya, merebut Adrian dari Aisya, terus sekarang kamu mau merebut Satria? udah kelakuan kaya begitu, masih berharap Satria akan melirik kamu, mimpi kamu ketinggian. untungnya keponakan Satria itu luar biasa cerdas, jadi rencana kamu gagal
Marsya: he he sabar kak /Grin//Grin/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!