Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Hancur
Beberapa waktu sebelumnya.
Siang itu warga sekitar rumah Rinjani dikejutkan oleh kedatangan truck alat berat. Mereka bertanya-tanya untuk apa gerangan alat tersebut. Karena penasaran salah seorang warga pun memberanikan diri bertanya,
"Untuk apa alat berat ini, Pak?"
Namun belum sempat orang itu menjawab, ponselnya tiba-tiba berdering.
"Lakukan sekarang!" perintah seseorang di seberang telepon.
Orang itu pun langsung menjawab, "Siap, laksanakan perintah, Bos!"
Orang itu kemudian memberi kode pada dua orang temannya yang menggerakkan alat berat itu untuk segera mengeksekusi.
Tetangga Rinjani menjadi saksi bagaimana alat berat itu bergerak dan mulai menghancurkan rumah yang ditinggali Rinjani. Lalu seseorang di antara mereka berinisiatif menghubungi Rinjani.
"Jani, kamu harus cepat pulang. Rumahmu dihancurkan dengan menggunakan alat berat," beritahunya.
"A-apa...? Bagaimana bisa?" di seberang telepon Rinjani tampak terkesiap.
"Sudah, pokoknya kamu harus cepat pulang!" Selesai berkata seseorang itu langsung mematikan sambungan teleponnya.
Beberapa orang kemudian mencoba untuk menghentikan aksi tersebut, untuk mengambil barang-barang berharga yang masih bisa diselamatkan.
"Stop... Stop, Pak! Biar kami ambil dulu barang-barang yang masih berguna," teriak tetangga sambil berusaha menghentikan aksi orang itu.
"Maaf, Bu. Kami hanya menjalankan tugas. Kalau memang masih ada yang perlu diambil, silakan saja," jawab orang itu.
Namun, sayang sekali pintu rumah Rinjani terkunci baik depan maupun samping, sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa, dan terpaksa membiarkan alat berat itu meluluh-lantakkan rumah Rinjani.
Suasana menjadi semakin kacau dan ribut, dengan suara mesin alat berat serta suara reruntuhan bangunan. Debu berterbangan mencemari udara di sekitarnya. Dalam sekejap rumah yang tadinya berdiri kokoh, kini telah berubah menjadi reruntuhan yang teronggok seperti gunungan.
Bu Haryani datang tergopoh-gopoh dan melihat apa yang terjadi. Namun dia telah terlambat. Dia hanya bisa menangis dan pasrah.
Rinjani datang sesaat setelah truck alat berat itu meninggalkan kekacauan di sana. Wanita itu berdiri di depan reruntuhan rumahnya---tidak percaya apa yang telah terjadi. Dia tampak sangat terkejut dan syok, melihat rumahnya yang telah hancur-lebur. Air matanya mengalir deras, seakan mengungkapkan perasaan sedihnya yang tak terhingga.
Rinjani memejamkan mata. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga dan luruh ke bawah. Dia berharap bahwa semuanya hanya mimpi buruk yang akan berakhir ketika dia membuka mata. Akan tetapi, kenyataan pahit yang harus diterimanya. Rumahnya kini telah hancur membuatnya kehilangan segalanya.
Bu Haryani menghampiri Rinjani, dan merengkuh bahu menantunya itu tanpa kata.
"Rumahku...kenapa rumahku jadi begini, Bu? Siapa yang melakukannya?" Rinjani berteriak histeris seperti orang gila sambil memukul-mukulkan tangannya pada tanah yang tak bersalah.
Tiba-tiba Rinjani langsung teringat perdebatannya dengan Reza, "Puas kamu...Sudah puas kamu membuatku hancur, hahhh!" marahnya.
"Belum...," bisik Reza singkat penuh misteri, membuat Rinjani membeku. 'apa maksudnya?'
"Jadi ini maksud dia?" gumam Rinjani tak percaya Reza tega melakukan semua ini.
"Aaahh...! Dasar Rezaaaa.... Lelaki b*eng**k, tak berperikemanusiaan, kamu!" teriaknya mengundang perhatian orang lain.
Rinjani lantas bangkit berdiri, ia menghampiri motornya lalu menyalakannya dan pergi begitu saja dengan wajah penuh airmata.
"Jani, kamu mau ke mana, Nak?" Bu Haryani berseru, tetapi tak dihiraukan oleh Rinjani.
Tetangga dekat rumah Rinjani yang masih berkerumun di sana pun, hanya bisa melihat kepergian Rinjani dengan ekspresi bingung. Mereka saling pandang seakan mata mereka yang berbicara dan merasa prihatin dengan apa yang menimpa tetangganya itu. Namun, tak sedikit pula yang mencibirnya.
"Lahhh...jadi ini ulahnya, Reza? Hmmm...baguslah."
"Terus si Jani mau ke mana itu?"
"Mungkin nyari si Reza," jawabnya sambil mengangkat bahunya.
"Sebenarnya kasihan juga ya, Jani?"
"Kalau aku ndak kasihan. Salah sendiri jadi perempuan ndak bersyukur. Sudah punya suami baik dan bertanggungjawab malah bertingkah."
"Reza sibuk nyari duit, sampai rela jadi Bang Toyib... Eeeh... Rinjani-nya malah nge-jablay. Hahaha...!"
"Akibat jarang dibelai ... Gatal kan jadinya... hahaha."
"Weh, aku beneran nggak nyangka. Tapi kalau benar ini kerjaan si Reza, aku dukung seratus persen."
"Ho'oh.. Lha wong yang bangun rumah itu kan, Reza. Ya wajar sih, kalau dia nggak rela rumahnya bakalan ditempati si Jani sama Farhan."
"Bisa-bisanya mereka itu kepincut, mana iparnya pula. Duh-duh-duuuhh... Dasar nggak tahu malu...!"
"Kayak nggak ada yang lain aja, ipar masa diembat. Di mana itu hati nuraninya...!"
"Cukup...! Kalian itu tidak tahu apa-apa soal kehidupan pribadi anak-anakku. Jadi, jangan asal njeplak ya, kalau ngomong." Tiba-tiba Bu Haryani datang menghampiri dan menghentikan ibu-ibu yang lagi pada ghibah.
"Kalian ini sibuk mengomentari kehidupan mereka kayak yang sudah bener saja hidupnya!" lanjutnya sambil mendengus kesal.
"Eh, Yu Haryani. Sampeyan itu loh, jadi orangtua mbok yang adil. Sampeyan kan, ikut makan hasil kerja keras Reza selama ini, tapi malah dukung perbuatan b*jat si Farhan sama Rinjani. Sampeyan masih waras, ta?"
Bu Haryani tersulut emosi oleh ucapan tetangganya itu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga tak menampik bahwa selama ini Reza lah yang menanggung biaya hidupnya, sehingga dia tidak merasa kekurangan.
Karena merasa malu, Bu Haryani pun memilih pulang ke rumahnya. Namun, tidak dengan ibu-ibu tetangganya itu, yang masih terus menjadikan Reza dan Rinjani sebagai topik yang menarik bagi mereka untuk berghibah.
Sementara itu, Rinjani telah tiba di depan rumah Dimas. Rinjani langsung turun dari motornya, dan menyelonong masuk begitu saja ke dalam rumah Dimas.
"Di mana Reza? Aku ingin bertemu dengannya!" tanya Rinjani dengan ketus.
Dimas bersama Sigit, yang sedang membahas masalah Reza itu, tentu saja sangat terkejut dengan kedatangan Rinjani yang tiba-tiba. Kedua pria itu bahkan tercengang melihat penampakan mantan istri Reza yang berantakan.
"Reza, tidak ada di sini. Dia sudah balik ke Kalimantan bersama Dhea," jawab Dimas dengan tenang.
Rinjani terhenyak mendengar ucapan Dimas, tetapi dia seolah menolak untuk percaya.
"Hahaha... Kalian pasti berbohong. Aku tidak percaya," katanya seraya menatap tajam ke arah Dimas.
"Reza... Keluar kamu! Aku tahu kamu di dalam. Jangan jadi pengecut, kamu...!" teriak Rinjani dengan lantang. Wajahnya merah padam menahan amarah.
Rinjani lantas memeriksa satu persatu kamar yang ada di rumah Dimas, bahkan ke dapur dan kamar mandi. Akan tetapi, tak menemukan sosok Reza yang dicarinya.
Dimas dan Sigit saling berpandangan dengan ekspresi yang berbeda.
"Kenapa dengan mantan istri Mas Reza, Mas?" tanya Sigit penasaran.
"Mungkin dia lagi stres, Pak," jawab Dimas tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Maksudnya?" tanya Sigit semakin tak mengerti.
"Itu karena rumahnya sudah diratakan dengan tanah. Reza memang telah merencanakan semuanya. Dia ingin memberi pelajaran pada wanita yang tidak bersyukur itu, tentang bagaimana cara menghargai sebuah perjuangan," ungkap Dimas
"Jadi...?" Sigit mulai paham arah pembicaraan Dimas.
"Iya...Rinjani berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Bahkan perbuatan mereka seolah didukung oleh keluarganya masing-masing. Itulah sebabnya, Reza merasa tidak terima karena telah dicurangi oleh mereka," lanjutnya.
"Maka, ketika Rinjani menggugat cerai, Reza pun tidak tinggal diam. Dia mengambil kembali miliknya dengan cara seperti ini. Sebagai seorang pengacara Anda pasti paham apa maksud saya," pungkas Dimas.
Sigit hanya bisa manggut-manggut mengerti dan dia mengakui betapa cerdasnya otak kliennya itu.
Sementara di balik tembok pembatas dapur, Rinjani menjatuhkan tubuhnya ke lantai mendengar penuturan Dimas. Dia menangis sejadi-jadinya sambil membungkam mulutnya kuat-kuat, menyadari bahwa kini dirinya sudah tidak memiliki apa-apa.
Mungkinkah Rinjani menyesal???
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂