Sepasang remaja yang tidak saling kenal, berbeda latar belakang, berbeda keyakinan dan berbeda pola pikir. Harus di nikah-kan secara paksa, karena keduanya di tuduh berzina saat sedang berteduh di gubuk reyot.
Berawal dari Fitnah, benci dan ego. Bagaimana keduanya hidup dalam ikatan pernikahan?
Note : Berdasarkan imajinasi Author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Solid
Malam hari, sekitar pukul 22.00 Aurora terbangun. Merasa lapar, sampai perutnya perih. Aurora melihat Alvian masih tidur lelap di sebelahnya, dirinya berajak tanpa membangunkan Alvian.
Aurora cuci muka, hanya cuci muka saja merasa mual. Aurora turun ke bawah, ingin masak mie kuah komplit pakai cabai. Aurora masak dengan hati riang, entah kenapa mood nya sedang bagus.
Dia makan dengan lahap di meja makan, aneh sekali karena dirinya tidak merasa mual. Dia menikmati makanan itu dengan riang gembira, Saat Aurora sedang merasa kenyang dan bahagia.
Alvian turun mencari Aurora, melihat Aurora di meja makan. Alvian tersenyum dan menghampirinya, baru saja sampai di hadapannya, Aurora langsung Mengkrenyit dan buru-buru lari ke wastafel.
Hueekkk
Huekk
Aurora langsung mual melihat wajah Alvian, Alvian yang melihat itu garuk garuk kepala. Padahal tadi Istrinya terlihat bahagia, kenapa dirinya menghancurkan suasana.
"Maaf ya sayang, kayaknya anak kita ngga suka wajahku ya." Lirih Alvian.
"Hahahah, engga kok. Mungkin aku kekenyangan." Aurora menggeleng, memeluk Alvian.
"Kamu beneran bisa ikut Test Minggu depan? aku Khawatir kamu kenapa-kenapa." Ucap Alvian.
"Bisa kok, tinggal stok permen aja di saku." Ucap Aurora.
"Kalo nggabisa jangan dipaksain." Ucap Alvian, merasa khawatir.
"Iyaaa." Aurora tersenyum.
Alvian yang juga lapar masak mie sendiri, Aurora mau memasakan tapi Alvian menolak. Setelah makan, mereka nonton film sebentar menikmati suasana malam yang sepi.
"Kita jangan kasih tau Ayah sama Ibu dulu ya." Ucap Aurora.
"Oke, apapun senyaman kamu." Ucap Alvian.
"Liburan Akhir semester ini, boleh ngga kita balik ke kampung?." Tanya Aurora.
"Ke Desa kamu? boleh, kamu udah siap balik ke sana?." Tanya Alvian.
"Iya, aku pengen ziarah ke makam Nenek, Kakek. Kangen rumah aku juga, pengen tinggal di sana sebentar." Ucap Aurora.
"Mau ngajak temen-temen?." Ucap Alvian.
"Emang mereka mau?." Aurora menoleh.
"Ya mereka kan anak kota, pasti tertarik ke tempat pelosok kaya lagi petualangan." Ucap Alvian.
"Boleh, kalo mereka mau." Ucap Aurora.
"Tapi, jangan sampe warga Desa tau aku hamil ya. Aku mau kehamilan aku disembunyikan aja, bukan aku ngga menerima. Cuma liat status kita yang pelajar, aku gamau ada jejak digital buruk buat anak kita." Ucap Aurora.
"Siap, nyonya." Jawab Alvian.
Aurora hanya tersenyum, merasa senang dan tidak menyangka akan berada di posisi ini. Dia masih ingat bagaimana dulu dia menangis karena cemburu, sekarang dia sudah mendapatkan cinta dari suaminya, bahkan mengandung anaknya.
"Bagusnya anak kita di kasih nama siapa ya?." Celetuk Alvian.
"Sugeng." Jawab Aurora dengan polos.
Alvian menoleh dengan horor, mana mungkin dia memberikan nama yang cocok untuk orangtua itu. Bagaimana Nasib putranya saat namanya lebih tua dari nama Bapaknya sendiri.
"Wah kacau, kamu nggaboleh kasih nama. Biar aku aja." Ucap Alvian, tegas.
"Kenapa? bagus tau Sugeng, atau Slamet." Ucap Aurora.
"Stop Aurora, ngga akan ada tempat untuk kedua nama itu." Sepertinya Alvian akan mimpi buruk.
Setelah perdebatan dan bercanda di ruang keluarga, mereka kembali ke kamar untuk tidur. Karena besok mereka harus berangkat sekolah, tidak baik membiarkan ibu hamil kurang tidur.
"Sayang, kamu ngga minum susu Ibu hamil?." Tanya Alvian.
"Udah, sebelum makan mie." Jawab Aurora.
Keduanya terlelap dengan hati tentang, hingga fajar menyingsing di sambut kicauan burung dan tetesan embun yang sejuk. Sinar matahari masuk malu-malu lewat celah gorden di dalam kamar.
Aurora terbangun, tapi Alvian sudah tidak ada di sebelahnya. Melihat suara air dari kamar mandi, sepertinya diksinya itu sudah bangun. Aurora beranjak duduk, menoleh ke arah meja nakas. Sudah ada Susu Coklat Ibu hamil dan Vitamin kehamilan milik Aurora.
Aurora tersenyum, sepertinya suaminya lah yang menyiapkannya. Aurora mengambil gelas berisi susu, lalu pergi menuju balkon kamar. Aurora merasa hawa dingin merayap, udara segar yang sejuk di tambah dengan susu hangat.
Aurora menyesap susu itu perlahan, sambil menikmati indahnya suasana pagi. Alvian selesai mandi, saat keluar melihat Aurora sedang berada di balkon.
"Sayang." Panggil Alvian.
"Telingaku masih ngga suka dengan panggilan itu." Ucap Aurora.
"Kenapa?." Tanya Alvian, mendekat.
"Soalnya mantanmu yang problematik itu juga manggil kamu itu. Aku gasuka apapun tentang masalalu kamu." Ucap Aurora.
"Oke, Ra." Alvian menggunakan panggilan seperti biasanya.
Aurora mandi dan bersiap berangkat sekolah, seperti saran dari Dion. Hari ini Aurora dan Alvian berangkat naik mobil, wajah Aurora masih pucat pasi tapi sudah lebih baik.
Sampai di sekolah suasana ramai dan Santai, belum ada pembelajaran karena semua anak sibuk mencari kisi-kisi. Belajar secara terbuka bersama teman, terlihat menyenangkan.
"Al, aku pengen makan bakso di kantin." Ucap Aurora.
"Yaudah ayo." Ajak Alvian.
Saat mereka sedang di kantin. Bumi berlari ke arah mereka dengan buru-buru, wajahnya terlihat memerah karena berlari.
"Al, Ra. Gawat." Ucap Bumi.
"Kenapa?." Tanya Alvian, tetap tenang.
"Kayden sama Galang adu jotos di kelas 11-D, gara-gara Yuni dorong Soraya di tangga, sekarang Soraya lagi di UKS karena sikunya kena dislokasi." Ucap Bumi.
"Kobisa!." Kaget Aurora.
"Dion lagi misahin mereka, sama gue tadi. Tapi malah kita berdua kena bogemnya, bantuin Al, Lo kan gede." Ucap Bumi.
"Oke, gue anter Aurora ke tempat Sora dulu." Ucap Alvian.
Aurora di antar ke UKS, di sana Aurora sedang terduduk dengan wajah pucat. Tangannya sudah di perban seperti orang patah tulang. Aurora menemaninya disana, Alvian pergi bersama Bima menuju lokasi pertumpahan darah.
Sampai sana situasi sudah kacau, para Osis sudah datang tapi malah terlihat tidak berguna. Dion berusaha melerai, tapi Kayden sudah kepalang emosi dan Galang pun sama emosinya.
Alvian masuk dan mencekal Kayden, Dion dan Bima lansung mencekal Galang. Akhirnya keduanya bisa di pisahkan, tapi tatapan nyalang Kayden masih membara.
"Lepasin gue Al, dia harus gue kasih pelajaran." Ucap Kayden.
"Jangan disini, nanti malah Lo sendiri yang rugi." Ucap Alvian.
"Lo tau gimana perasaan gue Al, Sora jatuh sampe tangannya muter di depan gue." Ucap Kayden, suaranya bergetar menahan emosi.
"Lang, Lo gimana sih. Udah tau Yuni salah kenapa malah tetep di bela, Lo itu waras ngga sih. Sora itu adik kandung Lo." Ucap Bumi.
"Dia pantes dapetin itu, kalian tuh nggatau apa-apa tentang Sora. Dia itu jahat dan manipulatif, kalo dirumah dia selalu coba bikin Yuni dalam bahaya." Ucap Galang, membela Yuni.
"Kenapa? emang Drama banget hidup adik pungut Lo itu." Ucap Bima.
"Soraya sengaja kasih makanan berbahan dasar udang ke Yuni, padahal Yuni alergi udang parah. Dia sering nglakuin hal jahat, kalian aja yang nggatau dan ketipu sama dia." Ucap Galang.
"Kalau pun emang Sora sejahat itu, harusnya Yuni udah di kubur sekarang. Nyatanya semua itu cuma Lo besar-besarin, gue udah ngga respect lagi sama Lo. Sejak kejadian Yuni playing victim waktu itu, gue jadi tau watak asli dia." Ucap Kayden.
"Aku ngga kaya gitu, kenapa kalian kompak banget mojokin aku!." Teriak Yuni.
"Cukup, sekarang gue tanya. Apa alasan Lo dorong Soraya? kasih gue alasan kalo emang Lo ngga ngrasa salah." Dion harus netral, karena dia ketua OSIS.
"Hiks... kemarin kak Sora pulang bawa rujak, aku mau minta tapi ngga di kasih. Dia naruh rujak itu di kulkas, aku makan karena aku pengen tapi dia marah-marah, dia Jambak dan tampar aku. Udah kaya gini kalian tetep nyalahin aku, dia itu pelit bahkan sama rujak." Ucap Yuni, Dramatis.
"Ya jelas lah dia marah, Lo udah nyolong, maling masih ngrasa korban. Rujak aja Dimaling apa lagi yang lain, artinya Lo emang maling. Mental maling kaya Lo mana tau yang boleh dan ngga boleh." Geram Kayden.
"Tapi itu cuma rujak! berapa sih harga rujak." Sungut Yuni.
"Nggabisa di beli pake uang, karena itu hasil buatan dia sendiri. Lo tau apa? bisanya cuma nyolong. Udah rebut Kakak kandung, Orangtua kandung, sekarang rujak pun Lo rebut?! Jangan bilang setelah ini Lo juga bakal rebut Kayden, karena ngga terima dia sama Sora." Ucap Bumi, dengan nada julid.
"Masalah dirumah kenapa dibawa ke sekolah? Lo cekakan Sora ini ada pasalnya. Apalagi di lingkungan sekolah, ditambah alasan Lo yang ngga masuk akal itu. Ibarat Lo habis maling ayam tetangga terus lapor polisi karena Lo digebukin." Ucap Dion, dingin.
"Lo segininya cuma perihal rujak." Galang, marah.
"Cuma?! Kalo Lo habis bikin sesuatu sama temen-temen Lo trus niat hati mau dimakan di rumah, eh malah di makan sama orang lain. Emang Lo bakal terima?!." Bumi terpancing emosi.
"Dia ngga akan ngerti lah Bim, orang dia aja ga punya temen." Ucap Kayden.
"Hahahahhaah, Fakta lagi. Siapa juga yang mau temenan sama manusia problematik kaya dia, isinya Drama mulu. Sayang sama adik angkat bolehlah tapi yang wajar dong, udah kaya kekasih aja. Jangan-jangan Lo berdua aslinya saling cinta ya?." Celetuk Bumi.
"Udah sampe sini aja, mending Lo nemuin Sora sekarang." Ucap Alvian, yang sedari tadi diam.
"Masalah hari ini ngga akan berhenti cuma sampe disini Lang. Ini bakal berurusan sama polisi, dan Yuni Lo udah legal buat di penjara." Ucap Dion.
Yuni merasa panik, dia takut dan tidak mau dipenjara. Dia hanya ingin Sora lenyap dari dunia ini, dia hanya ingin menguasai semuanya sesuai keinginannya.
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
tetapi mereka tau batasan & mau di bimbing...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
lanjut thor ceritanya