NovelToon NovelToon
Berjalan Di Atas Luka

Berjalan Di Atas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aisha

Hidup hanya untuk berjalan di atas luka, itulah yang dialami oleh gadis bernama Anindira Sarasvati. Sejak kecil, ia tak pernah mendapat kasih sayang karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya, dan ayahnya menyalahkan Anin atas kematian istrinya karena melahirkan Anin.

Tak hanya itu, Anin juga selalu mendapat perlakuan tak adil dari ibu dan adik tirinya.
Suatu hari, ayahnya menjodohkan Anin dengan putra sahabatnya sewaktu berperang melawan penjajah. Anin tak memiliki pilihan lain, dia pun terpaksa menikahi pria bernama Giandra itu.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerai!

“Awalnya aku cuma mau menjenguk putriku tapi tiba-tiba ... Tanganku gatal, rasanya mau menggorok leher orang.” Suara Sudarsono parau. Tiba-tiba dia menghunus golok yang selalu terselip di pinggangnya. Kilatan mata pisaunya memantul di wajah Astri.

Astri tersentak, napasnya tersengal. Ia mengesot mundur, telapak tangannya gemetar. Sementara Sudarsono melangkah mendekati Astri, golok teracung tepat ke depan wajahnya.

“Hentikan ayah ...” pinta Anin lirih.

“Hentikan?” Sudarsono menoleh sekilas. “Kau mau memaafkan orang yang berniat membunuhmu?” tanyanya.

“Bagaimanapun Bu Astri adalah ibu kandung suamiku,” jawab Anin.

“Putrimu benar! Jika kau membunuhku, sama aja menjadikan putrimu janda karena Giandra tidak mungkin sudi mencintai perempuan yang membunuh ibunya!” seru Astri putus asa.

Sudarsono terkekeh kecil. “Benarkah? Kalau begitu, lebih baik kubunuh kalian semua biar status janda anakku karena ditinggal mati, bukan cerai.”

Astri menelan saliva, lehernya tercekat. Golok itu hanya berjarak sejengkal dari kulitnya. Sudarsono menatapnya tajam, senyum sinis terukir di bibirnya.

Di luar rumah, warga hanya menonton, tak berani mendekat karena Sudarsono tidak segan untuk menghabisi orang yang mengusik dia dan keluarganya.

“Darsono!” Yasir berteriak lantang.

Sudarsono menoleh, tatapannya menusuk. “Kenapa? Kau mau kubunuh juga?” desisnya.

Yasir berjalan masuk, berdiri di depan Sudarsono. “Saya minta maaf atas perbuatan istri saya.”

“Kau pikir permintaan maaf bisa menyembuhkan memar di jidat anakku?” bentak Sudarsono.

“Memang tidak bisa tapi kita ini besan. Anak-anak kita saling mencintai ... Tolong, ampuni kesalahan istriku.” Yasir memohon sembari menunduk.

Sudarsono mendengus kasar, lalu menatap Anin. “Ceraikan Giandra! Ayah masih mampu menafkahimu.”

“Pak!” Giandra melangkah maju, berdiri di hadapan Sudarsono. “Tolong, jangan bicara seperti itu. Saya cinta sama Anin. Jangan pisahkan kami,” tuturnya.

Mata Giandra berkaca-kaca, lehernya tercekat, dan kakinya terasa lemas.

“Suami macam apa kamu? Tidak bisa membela istrimu yang diperlakukan seperti binatang oleh ibu dan kakak iparmu,” cecar Sudarsono.

Giandra menunduk, air matanya jatuh ke lantai. “Maaf, Pak. Saya nggak tahu kejadian ini karena sedang bekerja.”

Tatapan Sudarsono kembali menusuk Anin. “Ceraikan Giandra! Ayah tidak sudi kamu berada di rumah ini lagi. Harga diri ayah seperti diinjak-injak saat lihat kamu diperlakukan seperti binatang,” desak Sudarsono.

Anin terisak. Giandra memandang penuh duka, lalu membungkuk, dan bersujud di kaki Sudarsono.

“Saya mohon ... Jangan pisahkan saya dari Anin. Saya nggak mau kehilangan dia dan calon anak kami ....”

Anin tersentak, bergegas berlutut di sisi Giandra, dan ikut bersujud. “Aku mohon ... Jangan paksa aku bercerai dari Giandra, ini bukan kesalahannya.” Air matanya menetes ke kaki Sudarsono. “Apa ayah tega lihat anakku lahir tanpa peran orangtua yang lengkap seperti aku dulu?”

Sudarsono memejamkan mata, napasnya berat, dadanya naik turun. “Ayah memang bukan orangtua yang baik untukmu, Anin. Itu sebabnya ayah berusaha mencarikan pasangan terbaik untuk menebus kesalahan ayah.”

“Giandra itu baik, Yah ... Dia baik dan sayang banget sama aku,” ungkap Anin.

Seketika suasana menjadi hening. Golok di tangan Sudarsono turun perlahan. “Baiklah ... Kalau dia buat kamu bahagia, ayah tidak bisa berbuat banyak. Ayah tidak akan memaksa kalian bercerai tapi dengan satu syarat.”

“Apa syaratnya, Pak?” tanya Giandra.

“Tinggalkan rumah ini. Saya tidak mau Anin kembali disiksa keluargamu,” jawab Sudarsono.

“Tabungan saya belum cukup untuk beli rumah, Pak,” ungkap Giandra.

Sudarsono menghela napas panjang. “Tidak perlu khawatir. Saya sudah siapkan dana untuk beli rumah dan modal usaha kamu jadi kalian tidak perlu bergantung dengan keluargamu lagi,” jawab Sudarsono.

Anin menatap Sudarsono, matanya membesar. “Ini beneran ayahku?”

“Kalau bukan ayahmu, sudah kubiarkan kau mati di tangan dua ibilis ini,” jawab Sudarsono.

Anin bangkit, lalu memeluk Sudarsono erat. “Terima kasih, Ayah ... Aku nggak nyangka Ayah bakal datang ke rumah ini dan melindungi aku,” katanya.

Sudarsono membisu, membalas pelukan Anin, dan mengusap rambutnya penuh kasih. Sementara itu, Giandra berdiri perlahan, menatap Anin dengan senyum lega.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!