NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Penjaga itu menyipitkan matanya, meneliti Lin Hua dan rombongannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia tidak percaya begitu saja dengan perkataan mereka. "Tunjukkan bukti," perintahnya dengan nada curiga. "Kaisar tidak memberitahu kami tentang kedatangan utusan."

Lin Hua mendengus pelan. Ia sudah menduga bahwa mereka tidak akan disambut dengan karpet merah. Kaisar memang sengaja tidak memberitahu para penjaga, untuk menguji kesetiaan dan kemampuan mereka.

Tanpa ragu, Lin Hua mengeluarkan sebuah token dari balik jubahnya. Token itu terbuat dari emas murni, dengan ukiran naga dan burung phoenix yang saling melilit. Itu adalah token kekaisaran, simbol otoritas tertinggi yang hanya bisa diberikan oleh Kaisar sendiri.

Mata penjaga itu terbelalak melihat token tersebut. Ia tahu betul apa arti simbol itu. Tanpa ragu, ia segera berlutut dan menundukkan kepalanya. "Maafkan kelancangan saya, Tuan-tuan dan Nona," ucapnya dengan nada gemetar. "Silakan masuk. Saya akan segera memberitahu para petinggi istana tentang kedatangan Anda."

Lin Hua mengangguk singkat, lalu memacu kudanya melewati gerbang istana yang terbuka lebar. Shen Jian dan yang lainnya mengikuti di belakangnya, dengan wajah tanpa ekspresi.

Saat mereka memasuki kompleks istana, Lin Hua merasakan aura kekuasaan yang semakin kuat. Istana itu megah dan mewah, dengan bangunan-bangunan tinggi yang terbuat dari marmer putih dan atap-atap yang dilapisi emas. Taman-taman yang luas ditanami dengan bunga-bunga langka dan pepohonan yang berusia ratusan tahun. Para pelayan dan kasim berlalu lalang dengan tergesa-gesa, melakukan tugas mereka dengan patuh.

Lin Hua tahu bahwa ia sedang memasuki sarang naga. Di tempat ini, setiap langkah yang ia ambil, setiap kata yang ia ucapkan, akan diawasi dan dinilai dengan cermat. Ia harus berhati-hati, dan tidak boleh membuat kesalahan sekecil apapun.

Tiba-tiba, seorang kasim tua dengan wajah keriput menghampiri mereka. "Selamat datang, Tuan-tuan dan Nona," ucapnya dengan suara serak. "Kaisar telah menunggu kedatangan Anda. Silakan ikuti saya."

Lin Hua dan rombongannya mengikuti kasim itu dengan tenang, melewati lorong-lorong panjang dan taman-taman yang indah. Akhirnya, mereka tiba di sebuah aula besar yang megah, di mana Kaisar Han Ruo Xun duduk di atas tahtanya yang tinggi.

Kaisar Han Ruo Xun adalah seorang pria paruh baya dengan wajah yang tampan dan mata yang tajam. Ia mengenakan jubah naga berwarna kuning keemasan, dan di kepalanya terdapat mahkota yang bertatahkan permata-permata berharga. Ia memancarkan aura kekuasaan dan kebijaksanaan yang membuat semua orang yang berada di dekatnya merasa kecil dan tidak berarti.

"Wei Lin Hua," ucap Kaisar dengan suara yang menggema di seluruh aula. "Akhirnya kau datang juga."

Lin Hua dan keempat pengawalnya berlutut serempak, menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Yang Mulia," sahut Lin Hua, suaranya tenang namun penuh keyakinan. "Kami datang memenuhi panggilanmu."

Kaisar Han Ruo Xun tersenyum tipis, matanya mengamati Lin Hua dengan seksama. "Bangunlah," titahnya, melambaikan tangannya dengan anggun. "Kalian semua pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Silakan duduk."

Lin Hua dan rombongannya bangkit dan duduk di kursi yang telah disediakan di sisi aula. Mereka tetap menjaga sikap hormat dan waspada, siap menghadapi apapun yang akan terjadi.

"Aku memanggilmu ke sini karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan," kata Kaisar, suaranya berubah menjadi lebih serius. "Ini tentang korupsi yang merajalela di daerah Qingquan. Aku mendengar bahwa kau memiliki informasi tentang hal ini."

Lin Hua mengangguk. "Benar, Yang Mulia," jawabnya. "Saya telah mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan beberapa pejabat daerah dalam praktik korupsi yang merugikan rakyat."

"Bagus," kata Kaisar, wajahnya tampak puas. "Aku ingin kau menyerahkan semua bukti itu kepadaku. Aku berjanji akan menindak tegas para pelaku korupsi itu, dan memberikan keadilan kepada rakyat yang tertindas."

Lin Hua terdiam sejenak, menimbang-nimbang permintaannya. Ia tahu bahwa menyerahkan bukti-bukti itu kepada Kaisar adalah langkah yang berisiko. Ia tidak tahu apakah Kaisar benar-benar berniat untuk memberantas korupsi, atau hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk kepentingan politiknya sendiri.

Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain. Ia sudah terlanjur terlibat dalam masalah ini, dan ia tidak bisa mundur begitu saja. Ia harus mempercayai Kaisar, dan berharap bahwa ia akan melakukan hal yang benar.

"Baiklah, Yang Mulia," kata Lin Hua akhirnya, dengan nada pasrah. "Saya akan menyerahkan semua bukti itu kepada Anda. Tapi saya mohon, Yang Mulia, jangan biarkan para pelaku korupsi itu lolos dari hukuman. Mereka telah merampas hak-hak rakyat, dan mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka."

Kaisar tersenyum lebar, menunjukkan giginya yang putih bersih. "Jangan khawatir," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Aku akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan. Para pelaku korupsi itu akan dihukum seberat-beratnya, dan rakyat akan mendapatkan kembali apa yang telah dirampas dari mereka."

Lin Hua menghela napas lega. Ia merasa bahwa beban berat telah terangkat dari pundaknya. Ia berharap bahwa Kaisar akan menepati janjinya, dan bahwa kekaisaran akan menjadi tempat yang lebih baik di masa depan.

"Selain itu," lanjut Kaisar, dengan nada yang tiba-tiba berubah menjadi lebih misterius, "ada satu hal lagi yang ingin kuminta darimu."

Lin Hua menatap Kaisar dengan rasa ingin tahu. Ia bertanya-tanya apa lagi yang diinginkan oleh penguasa yang berkuasa itu darinya. Ia merasa bahwa ia telah memberikan segalanya, dan ia tidak tahu apa lagi yang bisa ia berikan.

"Aku ingin kau menjadi mata dan telingaku di istana," kata Kaisar, suaranya berbisik. "Aku ingin kau mengawasi para pejabat dan selir, dan melaporkan kepadaku jika kau melihat sesuatu yang mencurigakan."

Lin Hua terkejut mendengar permintaan itu. Ia tidak menyangka bahwa Kaisar akan memintanya untuk menjadi mata-mata di istana. Ia tahu bahwa tugas itu sangat berbahaya, dan bisa membuatnya memiliki banyak musuh.

Wei Lin Hua terdiam sejenak, pikirannya berputar cepat. Permintaan Kaisar ini benar-benar penuh risiko, apalagi jika ia sendiri yang harus terjun langsung dalam rencana ini. "Saya akan meminta anggota saya untuk menyusup dan menjadi mata-mata di istana," jawab Lin Hua, berusaha mencari jalan keluar yang lebih aman.

Ia tidak ingin mengambil risiko dengan berdiam diri di dalam istana yang penuh intrik dan pengkhianatan. Kaisar Han Ruo Xun tertawa kecil, "Aku suka dengan sikap waspadamu, Lin Hua. Tapi aku menginginkan kau yang berada di sini," jawab Kaisar, menekankan kata "kau" untuk memperjelas maksudnya.

Lin Hua menghela napas pelan, merasa terjebak dalam situasi yang sulit. "Berikan saya waktu untuk memikirkannya," ucap Lin Hua, berharap bisa menunda keputusan yang berat ini.

Kaisar Han Ruo Xun mengangguk setuju, "Tentu, aku akan memberikanmu waktu sebanyak mungkin yang kau butuhkan," jawab Kaisar, namun Lin Hua merasa ada makna tersembunyi di balik kata-kata itu. Tidak, pria itu tidak hanya ingin menjadikannya sebagai mata dan telinga di istana... ada sesuatu yang lebih dari itu.

"Besok, putra mahkota mengadakan pesta bunga untuk memilih calon putri mahkota. Aku ingin kau datang untuk ikut membantu putra mahkota dalam memilih, namun aku berharap, kau akan menjadi kandidat terbaik di antara mereka," ucap Kaisar Han Ruo Xun tiba-tiba, membuat Lin Hua terkejut.

Terdengar tawa kecil yang tidak bisa ditahan oleh keempat anak buahnya. Lin Hua menoleh ke arah mereka, dan mereka berusaha mengalihkan tatapan dari Lin Hua, menyembunyikan senyum geli mereka.

Kaisar Han Ruo Xun tertawa melihat reaksi anak buah Lin Hua yang terlihat mengejek wanita itu, "Mereka sangat menarik. Aku memiliki putri yang sudah cukup umur. Apakah kalian berkenan untuk menjadi menantuku?" tawar Kaisar Han Ruo Xun, dengan nada bercanda namun tetap sopan.

Pria itu benar-benar senang bercanda, bahkan di saat-saat serius pun. Ya, hanya saat bersama dengan mereka Kaisar Han Ruo Xun bisa melepaskan topengnya, tidak perlu merasa malu atau menjaga sopan santun layaknya seorang Kaisar yang berwibawa. Di hadapan Lin Hua dan anak buahnya, ia bisa menjadi dirinya sendiri, seorang pria yang suka tertawa dan menikmati hidup.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩: aku suka ceritanya kak semangat ya
total 2 replies
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!