 
                            Sebuah kecelakaan membawa Sora Langi ke dunia kultivasi, bersama sistem kultivasi harem akankah dia bisa kembali ke bumi?   Sistem milik Sora tidak biasa, kalau mau jadi kuat harus sering melakukan kontak fisik dengan lawan jenis. Semakin intim kontak fisik semakin besar poinnya, akankah Sora mampu melangkah maju bersama sistem? 
 
(Ding! Pegangan tangan dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berciuman dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berpelukan dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berhubungan i...., poin harem +...) 
Tentu saja, meski caranya absurd, Sora Langi pasti melangkah maju sambil mengumpulkan kecantikan di kanan dan kiri.  Anak tetua desa yang cantik tapi pemalu, ketua sekte yang tegas dan dingin, dewi perang yang ditakuti miliaran orang, semua akan menjadi miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYN02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-
Malam itu tetua desa mengumumkan tentang pil ajaib buatan Sora. Penduduk desa melihatnya dengan tatapan tidak percaya seperti belum yakin kalau pria paruh baya kekar di depan mereka adalah tetua desa.
"Etto, apa kamu sungguh tetua desa?"
"Tentu saja! Aku tahu rahasiamu yang pernah mengintip janda mandi di sungai."
"Oke stop! Sekarang aku percaya."
Tetua desa tersenyum tipis sementara penduduk desa yang barusan bertanya menunduk malu karena tatapan jijik dari para wanita.
"Setelah mengonsumsi pil ajaib buatan Sora, tubuhku langsung berubah jadi begini. Rasanya seperti ada kekuatan besar yang mengalir di dalam tubuhku." Tetua desa memamerkan otot lengannya yang tebal dan kuat.
Para pria iri, mereka menoleh lalu menatap dengan penuh harap ke arah Sora.
"Kalian tenang saja, aku masih punya banyak untuk dibagikan pada semua orang."
"Wow! Terima kasih Sora! Aku harap sakit pinggangku sembuh setelah mengonsumsi pil ajaib buatanmu."
"Kalau aku berharap agar daya tahanku meningkat. Jujur saja aku malu karena setiap malam hampir gagal memuaskan istriku."
"Aku harap punya tubuh kuat seperti tetua desa."
Penduduk desa mulai mengutarakan keinginan mereka satu per satu. Sora memang tidak bisa menjawab semuanya tapi bisa memastikan kalau pil ajaib buatannya mampu mengatasi sebagian besar masalah penduduk desa.
Dengan begitu, proses pembagian pil ajaib dimulai. Bukan Sora yang membagi, tapi tetua desa yang dibantu beberapa penduduk desa.
Tak butuh waktu lama bagi penduduk desa untuk mendapatkan bagiannya. Selain Pil Tubuh Kuat, Sora juga membuat Pil Kecantikan yang sengaja diberikan kepada para wanita di desa.
Saat seorang wanita mengonsumsi Pil Kecantikan, kulit mereka akan mengencang termasuk juga tubuh bagian bawah mereka. Secara tidak langsung, Pil Kecantikan bisa menambah harmonisasi dalam rumah tangga khususnya antara suami - istri.
Sekarang penduduk desa belum menyadarinya, tapi nanti mereka akan sangat berterima kasih kepada Sora.
Malam itu lahirlah banyak pria kuat di Desa Batu Putih. Meskipun mereka belum setara kultivator sejati, mereka jauh lebih kuat daripada orang biasa.
'Sekarang tinggal menunggu waktu hingga aku punya poin harem yang cukup untuk membeli teknik kultivasi universal. Tidak perlu buru - buru, aku masih ingin menikmati kedamaian desa ini.'
Tanpa disadari sekarang sudah satu minggu sejak malam pembagian pil ajaib. Sora sedang duduk di kursi sementara Melati masih berbaring di kasur dengan mata terpejam dan ekspresi lelah.
Tidak perlu ditanya apa yang sebelumnya mereka lakukan. Melihat kekacauan di dalam kamar, kalian pasti tahu apa yang terjadi.
"Setengah juta dalam waktu seminggu, ini kecepatan yang tidak terduga mengingat kesibukanku selama seminggu ini."
Selama seminggu ke belakang Sora hanya bisa bersama Melati di waktu sore dan malam hari. Di pagi dan siang hari dia berinteraksi dengan penduduk desa dan membuat pil ajaib untuk mereka.
Kalau dihitung sampai sekarang, Sora sudah menyerahkan hampir lima ribu pil ajaib untuk penduduk desa.
Kemewahan seperti ini mustahil diberikan bahkan jika kedudukan kalian adalah raja dari suatu negeri.
Sora belum menyadarinya, dia masih sering membagikan pil ajaib buatannya kepada penduduk desa. Meski sekarang dia lebih banyak menyimpan untuk diri sendiri daripada diberikan kepada penduduk desa.
"Hmm? Siapa yang datang malam - malam begini?" Sora bergumam ragu setelah merasakan aura seseorang yang mendekati rumahnya.
Setelah mencapai ranah inti emas, Sora bisa mendeteksi aura seseorang dari jarak puluhan meter tanpa perlu menggunakan kekuatannya.
Kalau lawan ahli dalam menyembunyikan aura, dia butuh usaha lebih untuk merasakannya, tapi kalau lawannya kultivator biasa, dia bisa langsung merasakannya tanpa perlu mengeluarkan usaha.
Sora membuka pintu rumahnya dengan wajah ragu.
"Kakak Sora, tetua desa punya masalah serius untuk dibicarakan denganmu."
"Paman?"
"Ya, dia bilang ini sangat mendesak jadi tolong segera temui dia."
"Oke, antar aku ke sana."
...
Sora duduk berhadapan di depan tetua desa. Di ruangan tersebut ada lebih dari sepuluh orang, Sora dan tetua desa termasuk salah satu di antara mereka.
Melihat wajah semua orang yang begitu serius membuat Sora semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Paman, apa yang terjadi?" tanya Sora ragu.
Tetua desa menghela napas dan menjawab, "Beberapa waktu lalu aku menerima pesan dari Kota Batu Merah."
"Pesan?"
Tetua desa mengangguk lembut dan berkata, "Ya, mereka bilang mau menindaklanjuti tentang laporan bandit gunung yang sebelumnya aku sampaikan."
Sora menyipitkan mata lalu berkata dengan nada kesal. "Bandit gunung sudah dihabisi, tidak perlu lagi membahasnya."
Tetua desa mengangguk setuju. "Aku paham kenapa kamu marah, tapi beberapa waktu ini aku dengar sesuatu yang buruk sedang terjadi di kota - kota dan ibu kota kerajaan. Mereka beralasan terlambat menanggapi karena masalah internal mereka."
Sora terdiam sebentar dan berkata, "Paman percaya dengan mereka?"
Tetua desa menggelengkan kepala. "Awalnya aku tidak percaya, tapi setelah mengirim seseorang untuk memastikan, ternyata memang benar situasi kerajaan sedang kacau sampai beberapa hari yang lalu."
"Jadi apa yang akan Paman lakukan?"
Tetua desa mengangkat bahu. "Entahlah, itulah alasan kenapa aku memanggilmu. Aku ingin berdiskusi denganmu mengenai langkah selanjutnya yang patut diambil."
"Ternyata begitu. Menurutku sebaiknya kita pastikan dulu sikap kerajaan."
"Kamu juga berpikir begitu?"
Sora menganggukkan kepala.
Tetua desa terkekeh dan berkata, "Besok akan ada utusan yang dikirim kemari. Aku dengar dia sangat cantik, jadi aku sudah memperingatkan semua orang terutama kalangan pemuda agar tidak cari masalah dengan sang utusan."
"Entah mengapa aku merasa sedang diragukan di sini."
Tetua desa tertawa ringan bersama penduduk desa di ruangan itu.
"Mana mungkin, aku percaya padamu, tapi kamu jangan gegabah. Aku dengar utusan kali ini sangat galak sampai pernah menendang selangkangan pangeran karena berniat melakukan pelecehan padanya."
Seketika Sora merasa dingin di bagian selangkangan. Menendang selangkangan pangeran karena hampir dilecehkan? Siapa wanita pemberani itu.
Sora memang belum pernah keluar dari desa tapi dia sering dengar dari penduduk desa kalau menyinggung bangsawan merupakan tindakan tabu bagi orang biasa.
Kalian bisa berakhir meninggal mendadak atau bahkan dipenggal di depan umum dengan tuduhan membangkang pada kerajaan.
Sora tidak kaget dengan sistem pemerintahan seperti ini. Di bumi dulu juga ada sistem feodalisme meskipun sekarang keberadaannya sudah hampir hilang ditelan bumi.
Ingat, hampir hilang, bukan sepenuhnya hilang. Sekarang saja di bumi masih ada sistem feodalisme dalam skala kecil seperti di kantor dan lain sebagainya.
"Apa yang terjadi padanya? Dia dihukum, kan?"
Tetua desa menggelengkan kepala. "Dia terlalu kuat, kerajaan tidak bisa kehilangan dia ataupun mengalahkan dia. Itulah mengapa dia dibiarkan sementara pangeran yang jadi korban harus menerima keadaan kalau bagian bawah tubuhnya tidak bisa digunakan lagi."
Glek!
Sora menelan ludah dengan tubuh gemetar dan perasaan gugup. Sekarang dia jadi penasaran dengan rupa wanita yang terlalu kuat sampai ditakuti keluarga Kerajaan Batu.
"Aku mengerti, aku akan berhati - hati saat bertemu dengannya."
Tetua desa mengangguk puas lalu melirik penduduk desa di sekitar.
Penduduk desa menyadari maksud tetua desa, mereka pamit pergi meninggalkan Sora dan tetua desa berdua di ruangan tersebut.
"Nak, kapan kamu mau meninggalkan desa ini?"
Sora mengangkat bahu. "Entahlah, setidaknya dalam waktu dekat aku masih mau tinggal di sini."
"Begitu, di luar kamu harus menjaga Melati."
"Paman tenang saja, aku bertaruh hidupku untuk Melati."
Tetua desa tersenyum lega lalu menganggukkan kepala dengan wajah sumringah. "Aku lega mendengarnya."
...
..
.
Bersambung...
 
                     
                    