NovelToon NovelToon
Aplikasi Penghubung Dunia

Aplikasi Penghubung Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern / Toko Interdimensi
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak

Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.

Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12 Raja petarung jalanan

Semua orang menahan nafas. Mangkuk dibuka perlahan, seperti membuka peti yang menyimpan rahasia.

Tiga dadu terbaring, sudut-sudutnya terlihat jelas— 5 + 4 + 3 \= 12.

Keheningan yang tadinya tegang pecah menjadi ledakan suara. Ada yang berteriak, ada yang bertepuk tangan; beberapa pengunjung bahkan tidak mempercayai mata mereka dan menepuk dahi sendiri.

Asisten Sebastian menatap Arzhel, matanya terbuka lebar. “Bagaimana bisa—?”

Sebastian hanya terdiam beberapa detik. Matanya menatap dadu begitu, kemudian ia tertawa terbahak-bahak, suara parau namun penuh wibawa.

“Hahaha! Bagus, bocah! Bagus sekali!”

Arzhel berdiri, menunjuk Sebastian dengan tatapan tajam. “Jangan lupa taruhannya, kakek tua.”

Sebastian masih tersenyum lebar, lalu menoleh ke asistennya. “Bawakan.”

Asisten itu datang membawa sebuah nampan penuh chip—kilauan chip bernilai ratusan ribu dollar yang membuat para penonton menelan ludah iri. Arzhel menerimanya tanpa ragu, seolah itu memang sudah jadi miliknya sejak awal.

Sebastian lalu merogoh saku jasnya, mengeluarkan sebuah kartu nama hitam elegan bertuliskan: Sebastian Krüger—The Iron Gambler

“Semoga kita bisa bertemu lagi,” katanya sambil menyodorkan kartu itu. “Aku ingin melihat sampai sejauh mana kau bisa berkembang.”

Arzhel menatap kartu itu sejenak, lalu mengambilnya tanpa ekspresi. “Kita lihat saja nanti.”

Ia berbalik, membawa chip menuju loket penukaran. Para penonton masih berbisik heboh, seakan menyaksikan legenda baru lahir di hadapan mereka.

Namun dari kursinya, Sebastian memperhatikan punggung Arzhel yang menjauh. Senyum tipis muncul di wajah tuanya.

“Semoga kau bisa keluar dari sini dengan selamat… Karena pemilik kasino ini tidak akan membiarkan siapapun  membawa uang sebanyak itu pergi begitu saja.”

Sedangkan Arzhel sama sekali tidak peduli dengan tatapan di sekitarnya, ia pergi menukarkan chip yang ia menangkan di loket penukaran. Tumpukan lembaran uang segar disodorkan ke arahnya.

Jumlahnya begitu banyak hingga ranselnya hampir tidak muat. Ia harus menekannya keras-keras agar resleting bisa tertutup.

Sementara itu tatapan orang-orang di belakangnya—mata penuh iri dan dengki yang mengiringinya saat ia melangkah keluar.

Begitu pintu kasino tertutup di belakangnya, hawa dingin malam langsung menyambut. Namun dinginnya tidak menenangkan; justru membuat bulu kuduknya meremang.

Instingnya langsung menyadari sesuatu:

'Ada yang mengikutiku...' pikirnya.

Langkah kakinya dipercepat. Bayangan-bayangan panjang dari lampu jalan bergoyang di sekitar trotoar, seakan ikut memburunya. Suara langkah lain terdengar samar, lalu semakin dekat.

Arzhel segera berbelok masuk ke lorong sempit di samping gedung. Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari. Ransel di punggungnya berguncang keras, beratnya membuat tubuhnya sedikit terhuyung.

Namun ia tidak peduli. Nafasnya memburu, keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Suara teriakan terdengar dari belakang. Orang-orang yang mengejarnya kehilangan jejak sejenak, lalu mulai berhamburan mencari keberadaannya. Tapi Arzhel terus berlari, berusaha mencari jalan keluar yang aman.

Sayangnya, ketika ia hampir mencapai ujung lorong, bayangan-bayangan lain muncul. Beberapa pria kekar sudah berjaga dan menutup jalan kaburnya.

Arzhel berdecak kesal. Ia melirik ke kanan dan kiri, namun jalan lain pun sudah dipenuhi oleh pria-pria berwajah garang. Mereka mengepungnya rapat.

Jantungnya berdegup kencang. Untuk sesaat, rasa panik mulai menyusup. Namun tiba-tiba—

Ting! 🔔

📩 Pesan Baru dari Dewa Kuliner🍜:

Notifikasi dari ponselnya berbunyi. Dengan cepat Arzhel merogoh saku, membuka layar, dan masuk ke ruang obrolan.

Dewa Kuliner🍜: “Aku sudah dapat adsens dari review makananmu kemarin. Bagianmu 50%. Apa tidak masalah?”

Arzhel mengetik balasan secepat mungkin. “Tidak masalah. Segera kirimkan koinnya!”

Beberapa detik kemudian, notifikasi lain berbunyi.

🔔 [Anda mendapatkan 💰 +500 koin ilahi dari pembagian hasil adsens bersama Dewa Kuliner!]

Senyum tipis terukir di wajah Arzhel. Bahkan di tengah kepungan, kabar itu cukup membuat semangatnya naik.

Namun senyum itu segera pudar ketika belasan pria bertampang preman semakin merapat. Rantai besi, tongkat, dan pisau lipat berkilat di tangan mereka. Suara langkah mereka berderak, membuat udara di lorong kian sesak.

Arzhel menatap mereka dingin, bibirnya melengkung sinis. “Beginikah cara kalian bekerja? Mengejar dan menjagal pemenang saat mereka keluar membawa uang kemenangan? Pantas saja bisnis kalian sukses.”

Salah satu dari mereka maju, menatap Arzhel dengan sorot arogan. “Biasanya, kami akan mengabaikan mereka yang pergi dengan sedikit uang. Tapi kau berbeda, kau terlalu banyak menang.”

"Kemampuanku yang hebat juga ternyata bisa membawa masalah ya..." ujar Arzhel, seolah mengejek mereka semua.

"Cukup sudah omong kosongnya, sekarang serahkan semua uangmu jika kau masih ingin hidup dengan tenang..."

Para preman itu mulai maju perlahan, rantai berderak, tongkat kayu menghantam telapak tangan, besi panjang berkilat dalam cahaya lampu jalan yang redup. Tatapan mereka penuh amarah, jelas tak sabar untuk meremukkan tubuh Arzhel.

Arzhel menelan ludah kasar. Punggungnya terasa berat oleh ransel berisi uang, napasnya kian cepat.

Saat jarak tinggal beberapa langkah, ia tiba-tiba berteriak lantang: “Tunggu!!”

Suara itu memantul di dinding sempit lorong, menggema dengan keras. Seketika, langkah para preman berhenti. Suasana hening. Hanya suara tetesan air dari pipa bocor yang terdengar, menciptakan nuansa kosong dan mencekam.

Arzhel menunduk, lalu mengangkat kedua tangannya setengah tinggi. “Aku… aku minta maaf, okey? Aku benar-benar baru pertama kali berjudi. Aku tidak tahu kalau membawa uang terlalu banyak keluar itu ternyata melanggar aturan.”

Beberapa preman saling menatap, lalu meledak tertawa. Suara mereka kasar, menggema liar.

“Hah! Jadi kau ini bocah baru?”

“Pantesan sok-sokan banyak gaya di meja tadi.”

“Baru pertama kali main, langsung bawa kabur ransel penuh duit. Itu namanya tidak sopan, sobat!"

Arzhel mengangguk-angguk cepat, menambahkan dengan wajah serius. “Tapi... aku sangat butuh uang ini. Ibu kostku, dia benar-benar mengamuk karena aku menunggak sewa terlalu lama. Kalau aku kehilangan ini, bisa-bisa aku tidur di jalan.”

Salah satu preman mendecak, langkahnya maju selangkah. “Itu bukan urusan kami, bocah. Serahkan uangnya maka kau akan aman. Masih jauh lebih baik tidur di jalanan daripada tidur di kuburan untuk selamanya."

Namun Arzhel tidak berhenti. Suaranya gemetar samar tapi penuh den kepura-puraan. “Setidaknya… sebelum aku mati di tangan kalian, izinkan aku mengirim pesan terakhir. Hanya sebentar. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal pada keluargaku di kampung. Tidak lama. Hanya sebentar.”

Kali ini tawa mereka lebih keras lagi, bergema liar di lorong sempit itu.

“Wahahaha! Aku kira nyalimu besar, ternyata cuma bocah manja yang ketakutan.”

“Selamat tinggal, katanya! Dasar tolol!”

Arzhel ikut tertawa bersama mereka, mulutnya terbuka lebar menirukan candaan itu. Tapi di balik tawanya, jemarinya dengan lincah menggeser layar Market Ilahi.

Matanya menyapu cepat daftar barang—obat, perlengkapan, ramuan—sampai ia berhenti pada satu teknik.

📜 Teknik: Raja Petarung Jalanan, dijual oleh Dewa Tinju Neraka Bal’Tharos seharga: 500 Koin Ilahi.

Deskripsi: Penguasaan instan seluruh gaya tarung jalanan: pukulan kotor, kuncian cepat, serangan insting. Tubuhmu akan bergerak seolah telah bertarung seumur hidup.

Tanpa pikir panjang, Arzhel menekan tombol beli.

💰 -500 Koin Ilahi

[Transaksi Berhasil!]

1
Jujun Adnin
kopi dulu
Depressed: "Siapa bilang Iblis itu tak punya hati? Temukan kisahnya dalam Iblis Penyerap Darah."
total 1 replies
Redmi 12c
lanjuuttt
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
El Akhdan
lanjut thor
Caveine: oke bang👍
total 1 replies
REY ASMODEUS
kerennn 2 jempol untuk othor🤭🤭🤭
REY ASMODEUS
siap nona bos kecil
Redmi 12c
kreeeenn
Redmi 12c
anjaaaiii dewa semproolll🤣🤣🤣🤣🤣🤣
REY ASMODEUS
Thor up banyak ya, ini karya dengan tata bahasa simple tapi masuk akal....
REY ASMODEUS
dewa kuliner dewa gila rasa /Smirk//Smirk//Smirk/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!