NovelToon NovelToon
Sistem Kultivasi Harem : Penakluk Wanita

Sistem Kultivasi Harem : Penakluk Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Transmigrasi / Dan budidaya abadi / Sistem / Harem
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: AYN02

Sebuah kecelakaan membawa Sora Langi ke dunia kultivasi, bersama sistem kultivasi harem akankah dia bisa kembali ke bumi? Sistem milik Sora tidak biasa, kalau mau jadi kuat harus sering melakukan kontak fisik dengan lawan jenis. Semakin intim kontak fisik semakin besar poinnya, akankah Sora mampu melangkah maju bersama sistem?

(Ding! Pegangan tangan dengan lawan jenis, poin harem +...)
(Ding! Berciuman dengan lawan jenis, poin harem +...)
(Ding! Berpelukan dengan lawan jenis, poin harem +...)
(Ding! Berhubungan i...., poin harem +...)

Tentu saja, meski caranya absurd, Sora Langi pasti melangkah maju sambil mengumpulkan kecantikan di kanan dan kiri. Anak tetua desa yang cantik tapi pemalu, ketua sekte yang tegas dan dingin, dewi perang yang ditakuti miliaran orang, semua akan menjadi miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYN02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

-

Melati memiliki kulit putih yang bersih dan bercahaya, bukan karena kilau kosmetik tapi karena pancaran jiwa yang polos dan jujur.

Wajahnya merupakan harmoni paling sempurna antara kelembutan, kecantikan dan keimutan. Matanya bening seperti embun pagi yang berkilau di bawah sinar matahari. Alisnya terukir rapi secara alami seperti mahakarya terindah yang dibuat sang pencipta. Hidungnya mungil dan anggun, menjadi poros keseimbangan di antara pipi yang merona alami. Bibirnya melengkung dengan keheranan yang jujur tanpa dibuat - buat. Senyumnya - ah, lupakan, Melati tidak sedang tersenyum saat ini, jadi sulit menggambarkan seberapa indah senyumannya.

Mengingat semua keunggulan yang telah dijelaskan di atas, tidak berlebihan kalau menyebut senyum Melati mampu meruntuhkan kerajaan dan mengubah masa depan dunia.

Sora bertahan pada posisi menyibakkan poni Melati. Jantungnya mulai berdebar kencang, napasnya menjadi berat saat rasa gelisah mulai menguasai hati dan pikirannya.

Melihat bibir yang tampak lembut dan manis itu, Sora perlahan menunduk dan semakin dekat dengannya.

Napas mereka mulai berbenturan, aroma feminin segera menyerang hidung Sora. Mata Sora perlahan menjadi kosong, dia terus mendorong kepalanya agar semakin dekat dengan Melati.

Tidak jauh beda dari Sora, Melati juga berada dalam keadaan terpesona oleh ketampanan Sora. Sora cukup tinggi, Melati hanya sepundak kalau dibandingkan dengannya.

Setelah mencuci darah dan sumsum, penampilan Sora mengalami perubahan yang halus. Kulitnya menjadi lebih putih, lebih kencang dan lebih terlihat maskulin. Sekarang tubuhnya mulai memancarkan aroma harum alami yang bukan berasal dari wewangian buatan.

Aroma harum alami ini dihasilkan oleh tubuh berkat keberadaan energi sejati yang dimiliki setiap kultivator di dunia ini.

Perlahan bibir mereka berdekatan sampai hampir berciuman.

"Ahem!"

"!"

Melati langsung mendorong Sora menjauh. Dia berjongkok membelakangi Sora, menutup wajahnya yang semerah buah ceri.

Di sisi lain, Sora merasa sangat frustrasi karena momen indahnya diganggu seseorang. 'Tunggu dulu, kalau aku terlihat berduaan dengan Melati, bukannya itu bahaya?' Sora mencari sekeliling dan melihat bayangan seseorang di arah barat. 'Ah, kami harus bersembunyi!'

Sora tanpa basa - basi menarik Melati pergi.

Tak lama kemudian, tiga pria paruh baya muncul dan mengamati sekeliling dengan ragu.

"Aneh, aku yakin tadi ada orang di sini."

"Paling cuma imajinasimu saja, ayo lanjutkan ronda."

"Mm, aku tidak mau dihukum kepala desa karena bermalas - malasan."

Mereka kembali berkeliling desa demi memastikan keamanan desa.

Sora dan Melati berada di gubuk kayu, masih berpegangan tangan seperti tadi. Wajah Melati semakin memerah sampai tiada hentinya mengeluarkan asap putih.

"Akhirnya mereka pergi." Sora menghela napas lega lalu melirik Melati. Melihatnya yang hampir pingsan karena gugup, Sora langsung melepas tangannya. "Maaf! Aku lupa kalau kita masih berpegangan tangan!"

Melati menundukkan kepala lalu dengan malu - malu menggelengkan kepala. "A - Aku tahu kamu tidak bermaksud melakukannya."

"Ha ha..." Sora tertawa kosong tapi merasa sedih dalam hati. 'Apa berpegangan tangan denganku begitu tidak nyaman dilakukan?' Sora menangis dalam hati meskipun di permukaan masih terlihat biasa saja. Paling cuma matanya yang memerah dan hampir melinangkan air mata.

"Sora!" Tiba - tiba Melati memanggil dengan cukup keras.

"!" Sora terkejut dan menjadi ragu. "Apa?"

Melati kembali menunduk kemudian dengan malu - malu berkata, "Maukah kamu melihat bintang bersamaku?"

'Eh?' Seketika pikiran pesimis di kepala Sora lenyap dan digantikan dengan kebahagiaan yang tak tertandingi. Tanpa disadari senyum lebar muncul di wajah Sora. "Tentu saja, di mana kita akan melihat bintang?"

"Itu... Ikuti aku..." Melati memimpin keluar desa dan memasuki hutan belantara yang sepi.

Melati, wanita muda yang sangat cantik tanpa rasa takut berjalan lewat tengah hutan belantara di tengah malam. Kalau ini terjadi di bumi, dia akan dianggap sebagai wanita super oleh sebagian besar orang.

Sora dengan sabar mengikuti dari belakang. Tanpa disadari tatapannya merosot dan ia malah terpaku pada persik imut punya Melati. Ukurannya tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil, kalau disebut sedang tidak juga karena ukurannya sangat proporsional bersama lekuk tubuhnya.

Persik melati memang menonjol di balik celananya, tapi buah surganya jelas lebih menonjol jika dibandingkan dengan persik imutnya. Kalau disandingkan dengan buah - buahan asli, milik Melati mungkin setara buah melon yang bisa dianggap agak besar meski belum sebesar buah semangka.

Bukannya tenang, pikiran Sora malah semakin liar yang membuatnya malu saat sadar. 'Aku pria brengsek! Bisa - bisanya mengagumi wanita dengan cara seperti itu.' Sebenarnya Sora tidak salah karena dia cuma mengikuti insting lelakinya. Kalau Sora sampai hilang kendali lalu menyerang Melati, dia baru bisa dianggap salah.

Saking fokusnya pada ukuran tubuh Melati, Sora sampai tidak sadar kalau mereka telah sampai di tebing dengan pemandangan indah sejauh mata memandang langit.

Sora bukan ahli astronomi tapi dia tahu sedikit tentang rasi bintang dan lain sebagainya. Sekilas melihat langit dunia kultivasi, dia yakin kalau ini memang bukan bumi.

"Sangat indah," ujar Sora tanpa sadar.

Melati berdiri di tebing paling tinggi dan berbalik menatap Sora. "Ini adalah tempat rahasiaku, kamu tidak boleh bilang pada orang lain."

Di bawah bulan purnama, wanita itu tersenyum dengan indahnya. Cahaya bulan purnama meredup karena kalah indah dibandingkan senyuman wanita itu.

Sora terpana selama beberapa waktu. "Aku janji." Sora mengangkat tangan dan memperlihatkan jari kelingkingnya.

Melati bingung dengan tindakan Sora. "Apa yang kamu lakukan?"

"Janji jari kelingking, kalau aku melanggar janji, aku harus memotong jari ini."

"Eh! Jangan! Kamu tidak perlu melakukannya!" Melati berteriak dengan panik.

Sora terkekeh kemudian tertawa ringan. "Itu cuma formalitas, jadi ayo lakukan janji jari kelingking."

"Ternyata begitu." Melati menjadi lebih tenang saat membuat janji jari kelingking dengan Sora.

Mereka duduk berdampingan sambil terkadang bercanda satu sama lain. Sora menceritakan banyak dongeng untuk Melati, termasuk dongeng Cinderela, putri tidur, pangeran katak dan lain sebagainya.

Tanpa mereka sadari, matahari sudah hampir terbit. Mereka harus segera kembali ke desa sebelum ditemukan oleh warga desa.

Selama beberapa jam, hubungan keduanya menjadi semakin dekat meskipun mereka sama - sama belum menyadarinya.

Sora yang kembali ke gubuk langsung fokus pada poin harem yang berhasil dikumpulkan selama semalam.

Berkat kepintarannya dalam mencari kesempatan, Sora berhasil mengumpulkan lebih dari tujuh ribu poin harem. Dengan poin sebanyak ini, Sora bisa langsung menerobos tingkat sembilan pemurnian qi, tapi entah kenapa dia memilih untuk menahan diri.

Di hari baru, Sora menjalani kehidupan dengan lebih baik. Dia membantu penduduk desa yang memerlukan bantuan terutama para wanita yang dengan sengaja meminta bantuannya.

Meski Sora mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dari para pria, dia tetap melakukan apa yang diminta oleh para wanita.

Berkat Sora, pekerjaan di desa jadi lebih cepat diselesaikan. Hal ini yang membuat para pria memilih berkompromi dengan tidak mengusir Sora, selama dia tidak memanfaatkan keadaan dan bertindak terlalu jauh.

Sora sendiri tidak benar - benar tertarik pada para wanita yang menggodanya terutama mereka yang masih bersuami. Kalau boleh jujur, cuma satu wanita di desa ini yang ada di mata Sora, siapa lagi kalau bukan Melati.

...

..

.

Bersambung...

1
Nino Ndut
aneh bener mc nya..bener2 g paham hidup didunia apa...hadehh
Nino Ndut
masih kebawa dirinya yg hidup didunia modern..padahal katanya sering baca cerita kultivasi tp kayak masih g paham hakekatnya..masih blom paham ma mc nih
AgamYupi02: Bantu jawab sedikit ya. Ibarat kata yang dipahami Sora cuma teori sementara prakteknya lebih gelap daripada yang dipikirkan.
total 2 replies
Nino Ndut
sejauh ini cm 2 kata buat mc, bodoh n naif
Nino Ndut
masih bingung ma karakter mc nya nih
AgamYupi02
Kontraknya lama, kagak sat - set kek pf sebelah 🤣
Ofu Madu
lanjut
AgamYupi02
Tes, butuh dukungan! Kasih poin vote dll biar tambah semangat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!