NovelToon NovelToon
Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Beberapa jam kemudian

Langit telah berubah warna dari biru terang menjadi keemasan tua. Suasana kota tampak biasa di luar, tapi bagi Xera, dunia tidak lagi terasa sama.

Mereka berada di dalam mobil hitam berlapis baja, melaju melewati jalanan utama dan masuk ke wilayah yang semakin sunyi. Jendela kendaraan buram sebagian, tapi Xera masih bisa melihat pepohonan tinggi, tembok-tembok tua, dan gerbang besi yang perlahan terbuka saat mereka mendekat.

"Di mana kita?" tanya Xera akhirnya, memecah keheningan.

Lucane, duduk di sampingnya, menjawab tanpa menoleh, "Tempat paling aman yang kutahu."

Mobil masuk melewati jalan panjang yang diapit barisan pohon. Di ujung jalan, sebuah mansion berdiri megah dan anggun arsitektur klasik Eropa, tapi dengan sentuhan modern.

Kamera tersembunyi, penjaga berseragam hitam, dan anjing penjaga tidak kasat mata di sela-sela taman yang luas.

"Selamat datang di rumahku," ujar Lucane datar, tapi ada sesuatu di balik nada itu.

Seperti kenangan dan rahasia yang menempel di setiap batu bangunan.

Xera melangkah keluar mobil, menatap sekeliling dengan hati yang setengah waspada. "Ini luar biasa."

"Kamu akan tinggal di sini sekarang," ujar Lucane sambil berjalan mendahuluinya.

"Tidak ada yang bisa masuk tanpa seizin langsung dariku. Setiap inci tempat ini dipantau. Bahkan udara pun bisa kusaring kalau perlu."

Saat mereka melewati lorong utama, Xera melihat lukisan tua, patung marmer, dan beberapa pria bersenjata yang berdiri nyaris tidak bergerak di sudut-sudut ruangan.

Tapi bukan itu yang paling mencolok. Bukan keamanan, bukan kemewahan. Tapi suasana sunyi. Sepi yang dalam, seolah rumah ini sudah lama hanya dihuni oleh kehati-hatian dan kesepian.

"Aku tidak pernah bawa orang luar ke sini," kata Lucane tanpa menoleh. "Bahkan rekan bisnis pun hanya sampai ruang tamu depan. Tapi kamu aku tidak akan menyembunyikan apa pun lagi."

Xera berhenti melangkah. "Jadi ini aku??"

Lucane menoleh pelan, menatapnya lurus. "Ini rumahku. Dan ya ini juga pusat dari semua yang kubangun. Semua yang aku lindungi. Termasuk kamu sekarang."

Xera memandangnya lama. Di matanya, Lucane bukan hanya sekedar bos nya saja. Dia adalah seseorang yang menanggung beban besar, sendirian. Terlalu lama.

"Aku tidak tahu harus merasa takut atau merasa aman," gumam Xera.

Lucane tersenyum tipis, dan untuk pertama kalinya malam itu, ada kehangatan dalam suaranya.

"Sudahlah, yang paling penting sekarang kau bisa aman di sini Xera."

Xera mengangguk pelan, lalu mengikuti Lucane naik ke lantai atas.

Dan untuk pertama kalinya sejak semua ini dimulai, dia benar-benar merasa terlindungi.

* * * *

Saat Xera tengah duduk melamun di ranjang nya di sana dia mendapat panggilan dari Zee sahabat nya.

"Xera dimana kamu, kenapa mobil ku sudah ada di parkiran tapi kau tidak ada" tanya Zee khawatir

"Zee maafkan aku, aku pindah dari apartemen mu tanpa memberi tahu. Alexi mengincar ku Zee jika aku terus di sana dia akan melukai mu" jawab Xera sendu

"Apa!! Bagaimana mungkin itu terjadi, apa dia tidak waras dia sudah mengambil semua yang bukan milik nya Xera dan sekarang dia mengincar mu" kesal Zee

"Zee dengar kan aku, buat lah seolah olah kau tidak tahu aku dan tidak berhubungan dengan ku. Alexi sungguh gila Zee" ucap Xera

"Ck!! Apa apaan dia, kau harus melaporkan nya kepolisi Xera" usul Zee

"Tidak bisa Zee, dia sudah bersekongkol. Dia membayar semua orang untuk berpihak kepada nya" lanjut Xera

Mendengar itu Zee sungguh kesal, karena bagaimana pun Xera sahabat nya dan nyawa nya terancam di buat abang nya sendiri.

"Baiklah, Dimana pun kamu saat ini aku harap kau bisa menjaga diri mu Xera" ucap Zee akhirnya

"Terimakasih Zee, kau juga ya" jawab Xera

Xera pun mengangguk, dan sambungan pun terputus.

"Mama, papa kenapa kalian yang sudah sebaik itu tapi harus di khianati oleh anak angkat kalian sendiri" gumam Xera

* * * *

Di ruangan makan yang megah, lampu gantung kristal menggantung anggun di atas meja panjang dari kayu ek, memantulkan cahaya hangat yang membuat bayangan lembut menari di dinding. Di ujung meja itu, duduklah dua orang Xera dan Lucane.

Xera duduk dengan tubuh agak kaku, tangan meremas ujung serbet yang diletakkan di pangkuannya. Piring di depannya sudah berisi hidangan utama beef wellington yang dipotong rapi namun dia lebih sibuk menenangkan jantungnya yang berdegup tak menentu.

Duduk semeja dengan Lucane di luar jam kerja saja sudah cukup menegangkan, apalagi di dalam mansion pribadi pria itu.

Lucane, seperti biasa, tampak tenang dan nyaris tidak terbaca. Tatapannya fokus pada makanan, namun sesekali matanya melirik ke arah Xera, seolah mengamati reaksi wanita itu dalam diam.

Sikapnya tidak berubah, tetap tenang dan sedikit dingin, tapi entah mengapa, malam ini ada sesuatu yang berbeda.

Para maid yang berlalu-lalang di sekitar meja makan sesekali saling melirik dan tersenyum kecil.

Mereka tidak bisa menyembunyikan rasa heran dan jujur saja, sedikit gembira. Tuan mereka, yang selama ini dikenal sebagai pria kaku, tertutup, dan selalu menjaga jarak dari siapa pun, kini duduk bersama seorang wanita. Dan bukan hanya sekadar duduk ada suasana yang tidak biasa di antara mereka.

Ini pertama kalinya seorang wanita diizinkan masuk ke dalam mansion, apalagi untuk makan malam pribadi seperti ini.

“Apakah makanannya tidak cocok dengan seleramu?” tanya Lucane tiba-tiba, suaranya tenang namun mengandung nada perhatian samar.

Xera buru-buru menoleh dan tersenyum gugup. “Ah! Tidak enak sekali. Aku hanya belum terbiasa dengan suasana seperti ini.”

Lucane mengangguk pelan. “Kau tidak perlu tegang. Ini hanya makan malam, bukan rapat strategi perusahaan.”

Kalimat itu terdengar sederhana, tapi Xera menangkap sesuatu yang hangat di balik nada suara Lucane. Mungkin hanya malam ini bukan tentang pekerjaan.

Xera mencoba tersenyum, meski tangannya sedikit gemetar saat mengambil garpu. Makanan di depannya tampak lezat, tapi perutnya terasa penuh hanya oleh kegugupan. Dia melirik Lucane, pria itu begitu tenang, posturnya tegak, setiap gerakan tampak terlatih dan elegan seperti dia bukan manusia biasa, tapi figur dari lukisan kuno.

Namun ketika pandangan mereka sempat bertemu, ada seberkas sesuatu dalam mata Lucane. Bukan ketegasan seperti saat di kantor, bukan dingin seperti biasanya tapi lembut? Atau mungkin Xera hanya mengkhayal.

Sementara itu, di balik pintu kayu setinggi langit-langit, para maid berbisik pelan.

“Tuan beneran makan malam sama wanita” bisik Nella, maid muda berambut pirang yang baru bekerja tiga bulan.

“Iya, dan bukan sembarang wanita. Itu Miss Xera, sekretaris pribadinya,” sahut Lina, senior di antara mereka, sambil mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit.

“Ini pertama kalinya ada yang diundang ke mansion sejak aku kerja di sini. Bahkan tamu bisnis aja gak pernah masuk sampai ruang makan,” gumam satu maid lagi dengan nada heran.

"Nona Xera akan tinggal disini" bisik Maid yang lain.

Mereka pun tentu saja tidak menyangka tapi mereka senang.

“Kalau aku boleh jujur,” tambah Nella lagi sambil menahan senyum, “aku tidak nyangka. Tuan Lucane kelihatan seperti manusiawi malam ini.”

Mereka tertawa pelan, lalu buru-buru berbalik saat kepala pelayan lewat dan menatap mereka tajam.

“Diam. Kalau kalian ketahuan menguping, bisa langsung dikirim ke neraka”

Namun bahkan kepala pelayan itu pun, saat berjalan kembali ke pantry, tidak bisa menyembunyikan senyum tipisnya sendiri.

Kembali ke meja makan.

Xera akhirnya memberanikan diri bertanya, suaranya sedikit pelan. “Bolehkah aku tahu,kenapa kau membiarkan ku tinggal disini Lucane?”

Lucane meletakkan garpunya dengan pelan, lalu menyandarkan tubuhnya sedikit. Tatapannya mengarah langsung ke mata Xera, tajam, tapi tidak menghakimi.

“Karena aku tidak mungkin membiarkan mu sendiri di sana Xera, kau sudah menyelamatkan hidup ku dan sekarang aku akan menyelamatkan mu" lanjut pria itu datar

"Bukan kah ini berlebihan, aku tidak ingin jika orang orang tahu aku tinggal bersama bos ku sendiri" ucap Xera menundukan kepala nya.

"Jika begitu, maka menikah lah dengan ku. Kau akan menjadi ratu tidak perlu bekerja lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!