Hidupnya tak mudah, bahagia seperti enggan menghampirinya. Sejak kecil hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang hancur berantakan.
Ayahnya seorang pemabuk berat dan penjudi.
Ibunya berselingkuh dan wanita simpanan seorang pengusaha. Bahkan kakaknya pun kurang lebih sama seperti orang tuanya.
Gita tetap bertahan dalam keluarga itu demi dua adiknya yang masih kecil.
Hingga malam itu menghancurkan semuanya. Keluarganya tercerai berai, Gita terpaksa berpisah dengan dua adik kesayangannya.
Usianya baru lima belas tahun, tapi harus menanggung akibat dari kesalahan yang tak dilakukannya.
Gita diusir dari kota itu dengan cacian dan hinaan dari warga. Arga, putra selingkuhan ibunya bahkan membakar rumah gubuknya.
Hingga dua belas tahun kemudian dia kembali dengan tujuan mencari kebenaran tentang kematian ibu dan selingkuhannya.
Apa benar ayahnya itu benar seorang pembunuh ataukah dia difitnah oleh seseorang yang berkuasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gotcha
Gita merebahkan tubuhnya di ranjang empuk hotel itu. Tadinya dia ingin menginap di rumah sakit, tapi Sarah melarang dan meminta Gita untuk tidur di rumahnya saja.
Sahabatnya tau jika Gita cukup lelah setelah menyetir sendirian selama lima jam untuk sampai ke kota ini.
Gita akhirnya mengalah dan memilih menginap di hotel. Lebih bebas baginya dibandingkan harus menginap di rumah Tante Lia. Walaupun mereka sangat dekat.
Mungkin karena kebiasaannya yang hidup sendiri dan bebas, maka Gita merasa tak akan leluasa jika berada di rumah orang lain.
Gita membuka ponselnya yang terlihat retak. Seharian tadi dia terpaksa mematikan ponselnya karena kesal melihat layar retak itu.
Memang segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga tuan Rizal, hidupnya akan sial.
Dulu anak-anaknya dan sekarang calon menantunya, yang membawa sial untuknya.
Gita membaca beberapa pesan dari ponselnya. Ada satu nama pengirim pesan yang membuat Gita risih.
Dirgantara Sagara, adik kandung almarhum suaminya.
Entah kenapa semakin lama, Dirga semakin kekeh mendekatinya. Padahal dia sudah memberikan tanda tak memiliki niat untuk menikah lagi.
Apalagi menikahi adik almarhum suaminya.
Gita tak berkeinginan membalas pesan itu dan memilih untuk mematikan ponselnya kembali. Gita beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil tab nya.
Malam ini ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan. Gita membuka email-nya dan membaca beberapa pesan yang masuk.
Ada satu email yang membuat Gita serius membacanya. Meneliti setiap kalimat yang tertulis dalam email itu.
Draf kerjasama dengan sebuah hotel yang berada di tempat ini. Tepatnya hotel tempatnya menginap sekarang ini.
Ivanovic Palace.
Gita segera mengambil ponselnya lagi. Setelah menyala dia segera menekan nomor mertuanya.
"Papi... Kenapa papi ngasih ACC proyek ini tanpa ngasih tau ke aku dulu?"
Gita terlihat kesal saat mengetahui jika proyek itu sudah disetujui mertuanya dan akan segera dilakukan.
"Semuanya sudah papi diskusikan dengan Dirga. Kebetulan kamu di sana, papi minta Marko mengirimkan perjanjian kerjasama itu. Besok kalau kamu sempat segera hubungi dan temui tuan Saka asisten direktur Ivanovic Palace. Dia yang akan membantumu mengurusi prosedur kerjasama ini."
Gita memijit keningnya saat mendengar perintah ayah mertuanya.
"Kami semua di sini sudah deal, tinggal kamu bujuk direktur Ivanovic Palace untuk tanda tangan saja. Sementara itu kamu juga urusi dulu kerjasama kita di sana. Dan kebetulan kamu masih di tempat itu."
Gita menggigit bibirnya karena menahan geram dan tak membalas ucapan mertuanya dengan kalimat yang menyinggung perasaan lelaki itu.
Saat ini, Gita merasa seperti sedang dimanfaatkan oleh mertuanya.
"Ya baiklah... Besok pagi Gita akan menghubungi Pak Saka." kata Gita akhirnya sebelum basa basi menanyakan keadaan dua orang mertuanya.
Dia harus membatalkan rencananya ke suatu tempat karena pertemuan mendadak dengan klien.
Gita melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Semenjak Gita menolak lamaran Dirga, orang tua suaminya mulai berubah sikap padanya.
Padahal sebelumnya, mertuanya selalu memberikan kebebasan padanya untuk mengelola perusahaan peninggalan suaminya.
Gita yang tak memiliki anak dari Dewangga, tak bisa sepenuhnya memiliki perusahaan peninggalan suaminya.
Secara hukum, Dirga sangat berhak atas harta kakaknya. Karena Dirga adalah waris sah Dewangga.
Sementara Gita harus puas dengan pembagian rumah juga dua apartemen hadiah ulang tahun untuknya saat Dewangga masih hidup.
Gita masih memiliki saham yang merupakan mas kawinnya dari Dewangga di perusahaan itu. Jumlahnya tak sebesar sebesar saham yang dimiliki keluarga Dewangga. Tapi sangat cukup untuk membiayai kebutuhan hidup Gita juga liburan ke luar negeri setiap akhir tahun.
Tiga tahun yang lalu, maminya Dewangga menawarkan agar Gita terjun langsung mengurus perusahaan suaminya yang bergerak di bidang jual beli mobil impor.
Usaha itu sangat berkembang pesat, karena Gita sangat luwes dan pintar menggunakan pesonanya untuk menggaet klien-klien besar.
Tapi sekarang, Gita merasa keluarga suaminya sedikit demi sedikit mulai ingin menghapus keberadaannya dari perusahaan itu.
"Apa sebaiknya aku buat usaha baru aja.... Ternyata mengelola usaha yang bukan milik sendiri itu sangat-sangat merugikan." gerutu Gita.
Dan malam itu dia menghabiskan waktunya untuk mempelajari kontrak kerja sama yang akan dia ajukan besok.
***
Gita mengambil tas kecil berwarna hitam yang menunjang penampilannya. Untung saja dia selalu membawa koper ajaibnya di mobil.
Koper berisi beberapa stel pakaian dan juga tas yang biasa dia gunakan jika ada pertemuan mendadak.
Dress v neck selutut berwarna merah maroon ini membuatnya terlihat sangat anggun.
Gita memoles bibirnya dengan sapuan lipstik berwarna nude pink yang membuatnya terlihat semakin cerah dan muda.
Sekali lagi dia memperbaiki tatanan rambutnya yang dia gelung dengan cantik.
Gita mengambil heels hitam senada dengan tasnya dan segera memakainya.
Si blacky, begitulah Gita menamatkan sepatu kesayangannya.
Blacky memang selalu berada di mobilnya. Gita merasa jika dia selalu beruntung jika menggunakan sepatu itu. Padahal hal itu hanyalah sugesti untuknya saja.
Dengan percaya diri Gita keluar kamar dan berjalan menuju lift. Di tangan kanannya terdapat map berisi kontrak kerja yang diantarkan oleh orang suruhan pak Saka.
Gita menekan tombol dua puluh lima tempat pertemuannya dengan direktur hotel ini. Anehnya sepanjang perjalanan menuju lantai atas, Gita merasakan perasaan tak biasa.
Hatinya merasa tak tenang dan gelisah. Gita merasa jika dia harus mundur dan jangan datang ke tempat itu.
Tapi rasionalitas nya mengatakan jika Gita hanya merasa gugup dengan klien baru yang belum pernah dia temui.
Gita memejamkan matanya sejenak, menenangkan dirinya.
'Ayo Gita semangat... Kenapa hari ini kamu jadi seperti ini? Kendalikan dirimu dan jadilah Gita yang mampu menyelesaikan semua pekerjaanmu.' Gita berusaha menyemangati dirinya.
Ting!!!
Gita membuka matanya bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.
Dan seketika saja tubuhnya mendadak membeku. Gita tak mampu melangkahkan kakinya untuk keluar dari lift saat melihat sosok itu.
Mata itu... Seperti mata seorang pemburu yang siap membidik dan menerkam mangsanya.
Gita melihat lelaki itu menggerakkan bibirnya, mengucapkan sesuatu tanpa suara.
Gotcha
Gita merasa dirinya kini terperangkap dan tak bisa lari. Sial... Hari ini lagi-lagi dia mengalami kesialan.
"Apa kabar anda, nona Gita Arumi Larasati?" tanya Arga dengan senyum miringnya.
Arga atau Bara?
😘😙😙❤❤❤
siapa sih yg bakar ibu gita sebenarnya..
😘😍😙😗❤❤❤
❤❤❤😍😍😙😙
bisakah Gita benaekan Gilang..
❤❤❤❤😍😙😙
bunuh Arga jga fosa besar...
❤❤❤😘😍😙😙
😀😀😀
❤❤❤❤❤
❤❤❤😍😙😙😙
❤❤❤😘😙😗
Arga penolongnyaaa...
❤❤❤❤😘😍😙
lanjuttt torrr, sehatt, semangatttt, suksessss🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍😍😍
❤❤❤😍😙😙
gilang tetap hidup..
❤❤❤😍😙😙
masih hidup..
kok gak hubungi tante lia..
bikin kuatir aja.
❤❤❤❤
bapaknya garong tau aja kw amna Gita pergi..
😀😀😀❤❤😘😙😗
jga takut ancaman Arga ya nurut2 aja ..
❤❤❤😘😍😙
❤❤❤❤😍😙😗
❤❤❤😍😙😙
❤❤❤😘😍😙🤦♂️
❤❤❤😘😍😙😙