Azura Eliyena, seorang anak tiri terbuang. Ibu dan Ayahnya bercerai saat usia Azura masih tiga tahun. Bukan karena ekonomi, melainkan karena Ibunya tak sudi lagi bersama Ayahnya yang lumpuh. Ibunya tega meninggalkan mereka demi pria lain, hidup mewah di keluarga suami barunya. Menginjak remaja, Azura nekat kabur dari rumah untuk menemui Ibunya. Berharap Ibunya telah berubah, namun dirinya justru tak dianggap anak lagi. Azura dibuang oleh keluarga Ayah tirinya, kehadirannya tak diterima dan tak dihargai. Marah dan kecewa pada Ibunya, Azura kembali ke rumah Ayahnya. Akan tetapi, semua sudah terlambat, ia tak melihat Ayah dan saudaranya lagi. Azura sadar kini hidupnya telah jatuh ke dalam kehancuran. Setelah ia beranjak dewasa, Azura menjadi wanita cantik, baik, kuat, tangguh, dan mandiri. Hidup sendirian tak membuatnya putus asa. Ia memulai dari awal lagi tuk membalas dendam pada keluarga baru Ibunya, hingga takdir mempertemukannya dengan sepasang anak kembar yang kehilangan Ibunya. Tak disangka, anak kembar itu malah melamarnya menjadi Istri kedua Ayah mereka yang Duda, yang merupakan menantu Ayah tirinya.
“Bibi Mackel… mau nda jadi Mama baluna Jilo? Papa Jilo olangna tajil melintil lhoo… Beli helikoptel aja nda pake utang…” ~ Azelio Sayersz Raymond.
“Nama saya Azura, bukan Bibi Masker. Tapi Ayah kalian orangnya seperti apa?” ~ Azura Eliyena.
“Papa ganteng, pintel masak, pintel pukul olang jahat.” ~ Azelia Sayersz Raymond.
“Nama kalian siapa?”
“Ajila Ajilo Sales Lemon, Bibi Mackel.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12. ANAK TIRI TERBUANG MENJADI ISTRI TANGGUH DUDA KILLER
Setelah makanan mereka dihabiskan, Hansel pun diperintahkan untuk membawa si kembar ke mobil.
“Nda mau, Papa. Jila sama Kak Jilo masih mau bicala sama Bibi Mackel,” rengek Azelia menolak, berontak di tangan Hansel dan Azelio juga tak mau meninggalkan kursinya.
Karena Joeson tampak serius ingin bicara dengannya, Azura pun membujuk si kembar. “Jilo sama Jila, nda boleh nolak kata olang tua, kalian halus nulut. Halus jadi anak yang baik dan pintel, mengelti?” Nasehat Azura sambil bicara seperti mereka agar anak kembar itu paham yang ia katakan.
“Tapina… Bibi mau nda jadi Istelina Papa?” tanya mereka.
“Ka-kalau itu… mungkin Bibi bisa pikirkan lagi.”
Senyum sumringah terukir di wajah mereka. Dua anak cadel itu dengan patuh mengikuti langkah Hansel bak prajurit terlatih walau jalannya masih sempoyongan ke sana kemari.
Kini suasana di antara Joeson dan Azura menjadi canggung. Dua-duanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sontak, Azura mendongak ketika Hansel sudah berdiri di samping meja mereka. Si kembar? Tentu saja dua bocah cadel itu ditinggal di mobil yang sudah dikunci aman. Mereka berontak, tak mau dikurung, sehingga orang-orang di luar merasa heran melihat mobil Hansel bergoyang-goyang bak digoyang gempa.
“Han, jelaskan padanya tujuan kita bertemu hari ini,” titah Joeson menunjuk Azura dan memalingkan muka ke luar jendela lalu melihat anak-anaknya di mobil Hansel tampak berkacak pinggang ke arahnya, lalu mereka duduk bersedekap dada.
Sambil mengawasi si kembar, Joeson juga mendengarkan penjelasan Hansel pada Azura.
“Nona Azura…” ucap Hansel, membuat Azura tersentak dirinya dipanggil seperti itu. Tapi itu tak penting, sekarang ia ingin tahu tentang hubungan Aina dan Joeson.
“Sebelum ke masalah intinya, saya akan jelaskan tujuan Tuan Joeson kemari ingin mengajak Anda melakukan kesepakatan pernikahan.”
‘Pernikahan? Jadi dia benar-benar mau mengajakku menikah?’ pikir Azura, dadanya perlahan berdegup tak beraturan.
“Kenapa saya harus menikah dengannya?” tanya Azura.
‘Apa dia jatuh cinta padaku karena aku mirip Aina? Ahh, masa hanya alasan itu dia jatuh cinta? Aku terlalu kepedean!’ Azura menangkis pikiran, membuang jauh-jauh alasan konyol itu.
‘Apa yang sedang dipikirkan wanita aneh itu sampai wajahnya terlihat tegang?’ pikir Joeson mencuri pandang ke arah kakak iparnya, tapi secepatnya pura-pura melihat ke atas saat Azura menatapnya.
“Ekhem…” Hansel berdeham, membuat Azura berpaling cepat.
“Nona, tolong fokus dulu,” lanjut Hansel.
“Ma-maat,” ucap Azura, mulai mendengarkan dengan cermat setiap kalimat yang Hansel ucapkan.
“Hak asuh? Maksudnya, Ibuku ingin merebut anak-anak itu?” Azura berdiri, nampak tak terima anak-anak Aina diambil alih oleh keluarga Matthias.
“Ya, Nona. Oleh karena itu, Tuan Joeson diminta untuk segera menikah agar hak asuh anak-anak Nona Aina tetap aman di tangan keluarga Raymond.”
“Keluarga Raymond?” Azura makin terkejut mengetahui suami Aina punya hubungan dengan keluarga yang terkenal ditakuti oleh kalangan pembisnis dan dunia bawah tanah. ‘Kalau dipikir lagi, Raymond lebih berbahaya daripada Matthias! Dua-duanya tak ada yang pantas bagi anak-anak Aina!’ pikir Azura merasa takut dan diam-diam melirik Joeson yang masih menatapnya dingin dan seakan membencinya.
‘Ya Tuhan… apa sekarang aku sedang berurusan sama mafia?’ lanjutnya makin gelisah sampai berkeringat dingin. Takut tak akan pulang hidup-hidup setelah pertemuan ini.
“Ekhem… Nona Azura, jika Anda bersedia menikah dengan Tuan Joeson, Anda…”
Brak! Meja di depan mereka mendadak digembrak oleh Azura, membuat Joeson dan Hansel terlonjak kaget.
“Ma-maaf, saya tidak bisa,” kata Azura panik, ingin pulang, tapi pergelangan tangan kirinya langsung ditangkap oleh Joeson sebelum Azura meninggalkan kursinya.
Ketakutan Azura makin menjadi merasakan sentuhan Joeson, bagai sengatan maut yang telah menangkap hidupnya.
“Jadi… kamu lebih memilih anak-anak itu dirawat oleh keluarga Matthias daripada dirawat oleh kami? Atau jangan-jangan kau yang tak mau merawat anak saudaramu sendiri?” ucap Joeson membuat bola mata Azura melebar.
“Tidak seperti itu, aku tentu saja ingin merawat mereka,” kata Azura membantah tuduhan Joeson.
“Kalau begitu, ambil surat ini dan pulang lah. Pikirkan tawaran ini setelah kau membaca isi kesepakatan kita,” ucap Joeson melemparkan surat perjanjian di atas meja.
“Ehh… tapi… aku belum setuju mau menikah…”
“Tak ada penolakan lagi. Setelah kamu pahami isi perjanjian itu, hubungi nomor yang tertera di sana.” Setelah menekan Azura dengan ucapannya, Joeson melenggang pergi, meninggalkan Azura yang kini memandang berkas coklat di tangannya.
Azura menunduk, sebuah kepalan tampak di tangan kanannya. “Duda satu ini memang menyebalkan! Mentang-mentang dari keluarga Raymond, dia seenaknya mengajakku menikah. Aku jadi heran, kenapa Aina mau-maunya nikah sama pria sombong, dingin, dan tak berperasaan ini?” gerutu Azura mendengus sebal. Akan tetapi, perasaannya berubah setelah membuka surat itu. Azura kaget membaca satu kalimat tertera di sana.
[Jika pihak kedua sepakat, pihak pertama akan membantu pihak kedua bertemu dengan anggota keluarga yang hilang]
“Eh, maksudnya… dia tahu tentang Kak Sahira?” Azura berbalik, ia secepatnya keluar ingin menanyakannya kepada Joeson, tetapi mobil Hansel sudah tak ada di depan restoran.
“Aishh… pantas saja dia memilihku, ternyata dia memegang kelemahanku! Dia duda yang licik! Kamu pikir aku akan terima pernikahan… bentar, kalau aku terima ini, itu artinya aku bisa memanfaatkan dia juga untuk balas dendam ke keluarga Ayah tiriku, kan?”
Senyum seringai terbit di wajah Azura. Ia segera membawa pulang surat perjanjian itu. Ia harus membaca seluruh isinya sebelum ia menyetujuinya. Tak lupa mendengarkan saran dari Leni.
.
.
“What? Kamu serius mau menikah sama duda itu? Yang benar saja, Ra? Kamu masih gadis lho, masa nikah sama bekas orang lain? Mendingan kamu cari yang perjaka,” ucap Leni tak setuju sahabatnya yang masih virgin jadi istri duda, istri kedua lagi!
“Kamu tenang saja, Len. Pernikahan ini tak akan berlangsung lama, kok. Aku cuma dijadikan istri kontrak, terus setelah kita menikah, kita bakal tidur berpisah,” jelas Azura.
“Tapi… gimana kalau kamu diperko'sa sama duda itu?”
“Kalau diperko'sa sama suami sendiri kayaknya nggak apa-apa deh, Len.”
“Astaga, kepalamu ini pasti sudah diracuni duda itu. Sadarlah, Ra. Kamu jangan sampai jatuh cinta sama duda itu.”
“Kamu kenapa sih, Len? Alergi banget sama duda. Heran deh.”
“Terserah kamu bilang apa tentangku, pokoknya kamu nggak boleh menikah sama duda itu. Aku nggak mau kamu sengsara di keluarga itu,” cerocos Leni menutup mata, tak mau bicara lagi. Namun begitu ia membuka mata, Azura sudah tidur di dalam selimutnya sebab ia sudah yakin dengan keputusannya.
“Ihhh… Azuraaa! Malah ditinggal ngorok!”
__________
Jadi pengen nyanyi gadis atau janda tapi versi kebalikannya duda atau perjaka hehe...
Like, komen, subscribe, vote 🌹
pasti lucu tiap ketemu teringat tubuh polos istri nya pasti langsung on
secara dah lama ga ganti oli 😂😂😂
karena klrga joe bukan kaleng3
bapak nymshhidup dn tanggung jawab samaanaj ny, kok malah mauerevut hak asuh.
memang nyari masalah nexh siMatthuas dan Aeishta