NovelToon NovelToon
Biar Aku Yang Pergi

Biar Aku Yang Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Biru_Muda

Jangan menikah saat hati kita belum bisa move on dan berdamai dari masa lalu, karena yang akan dirugikan tak hanya diri sendiri, namun juga pasangan baru kita. Hal itu yang pada akhirnya menjadi konflik pada hubungan Rania dan juga Andreas. Pernikahan mereka di ambang pada perpisahan karena masa lalu Andreas tiba-tiba datang ditengah-tengah mereka, terlebih sikap Andreas yang dingin dan cuek membuat Rania lelah untuk terus bertahan pada pernikahannya, karena seolah hanya dia yang selama ini memperjuangkan hubungannya. Ia pun akhirnya memilih untuk pergi. Tapi, bisakah ia pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru_Muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencoba Menerima Keadaan

Setelah hari yang sedikit melelahkan karena perdebatan panjang, keduanya pun akhirnya berbaring di atas tempat tidur setelah membersihkan tubuh masing-masing.

Dengan posisi terlentang lurus, baik Andreas maupun Rania masih terjebak dalam lamunannya. Keduanya masih terhanyut dalam pikirannya masing-masing. Sesekali menghela nafas bahkan mengganti posisi tidur untuk mencari posisi yang nyaman.

Tak seperti sebelumnya yang selalu berbaring berdampingan, kali ini keduanya terpisah dan tidur sendirian di dalam kamar dan ranjang yang berbeda. Walau tak banyak yang berubah baik dulu masih tidur bersama maupun sekarang yang harus tidur masing-masing dikamar yang berbeda. Namun, bagi Andreas kekosongan itu terasa begitu nyata, hingga ia merasa sepi di dalam kamarnya sendiri.

Ketika melihat seseorang yang biasa ada disampingnya, kini tak lagi ada disamping tidurnya sungguh terasa aneh baginya. Padahal dulu ia tak terlalu memperdulikan keberadaan istrinya yang setiap hari tidur disampingnya.

"Padahal dulu aku tak begitu perduli, kenapa sekarang terasa kosongnya, ya?" Kata Andreas sembari melihat sekeliling kamarnya yang luas, namun sepi.

Kamar itu kini hanya ada dirinya. Ia diam, menyadari bagaimana berbedanya ketika ada Rania disampingnya dan saat tak ada Rania disampingnya.

"Perasaan aneh apa ini?" Ujarnya tak mengerti.

Dulu ia begitu cuek, bahkan ditempat tidur pun ia tak pernah menyapa istrinya dengan baik, terus-terusan mengabaikannya bahkan tak memperdulikannya meski istrinya itu selalu mencoba untuk mengajaknya ngobrol sebelum tidur, namun ia cuek dan malah langsung tertidur begitu saja.

"Aku capek, kita lanjutkan besok saja"

Begitulah sikapnya setiap kali Rania mencoba untuk berbasa-basi dengannya. Dan, pada akhirnya obrolan itu berakhir begitu saja dan tak ada obrolan lagi bahkan sampai ke esokan harinya. Kata sibuk menjadi alasan untuk Andreas lari dari obrolan bersama Rania.

"Bodoh" Umpatnya pada diri sendiri dan kini benar-benar menyesali kebodohannya selama ini.

Padahal dulu Rania selalu menunggunya tiap pulang kerja, namun ia justru memilih langsung tidur. Memilih mengabaikan istrinya yang ingin mengajak ngobrol dan membuang kesempatan untuk lebih dekat dengan istrinya. Mengingat waktu untuk keduanya bertemu tak banyak dan hanya ada saat menjelang tidur. Namun, tak pernah di manfaatkan dengan baik oleh Andreas. Sekarang ia benar-benar menyesali sikapnya, karena terlalu larut dalam luka masa lalunya sampai-sampai melupakan apa yang ada di depan, yaitu hubungannya bersama istrinya.

Kini, ia bertekad untuk berubah agar tak lagi kehilangan orang yang ia cintai dan kembali berakhir penyesalan.

...

Namun, di sisi Rania yang tidur seorang diri, tak terlalu berdampak baginya. Mengingat ia sudah sering merasakan rasa kesepian di dalam kamar. Walau hampir setiap hari tidur dan berbaring bersama suaminya, ia tak pernah merasakan kehangatan, karena itu ia tak terlalu merasa kehilangan ataupun merindukan momen itu kembali. Hanya saja, yang ia pikirkan sekarang dengan serius adalah soal hubungannya bersama suaminya kedepan. Karena sebelumnya ia sudah bertekad untuk mengakhiri bahkan pergi dari rumah, kini ia justru memilih untuk kembali lagi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Ujarnya bingung.

Pada keputusannya sendiri yang pada akhirnya memilih untuk kembali pulang, padahal sebelumnya sudah mengirim surat cerai untuk Andreas seolah akan bebas dan lepas. Kini, ia begitu dilema pada dirinya sendiri dan pada keputusannya yang tiba-tiba berubah dan mau menyetujui untuk di ajak pulang kerumah oleh Andreas.

"Apakah keputusan yang ku buat ini sudah benar?"

Tak ada yang bisa dimintai pendapat bahkan masukan, mengingat sekarang ia sebatang kara. Orang tua satu-satunya sudah tiada, dan ia pun tak punya sahabat dekat yang bisa ia curhati soal kehidupannya. Ia hanya bisa merenungkan semuanya seorang diri.

Tak lagi memikirkannya, ia pun perlahan mulai memejamkan matanya, begitupun Andreas yang akhirnya mulai untuk tidur. Mencoba untuk melupakan sejenak pikiran yang membebani keduanya.

......................

Pagi pun datang setelah malam yang panjang penuh banyak pikiran. Andreas dan Rania pun bangun dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Keadaan keduanya masih dingin dan belum sepenuhnya mencair. Rania masih belum bisa kembali seperti dulu, ia masih menata hatinya, masih mencoba untuk menerima keadaanya kembali terutama pada hubungannya bersama suaminya, Andreas. Sedangkan Andreas juga masih terlihat canggung untuk merubah sikapnya di depan Rania. Terlihat ia begitu ragu-ragu untuk menyapa istrinya terlebih dahulu.

Hal itu tentu dirasakan oleh bi Fatmi yang sedang menyiapkan sarapan untuk keduanya. Bi Fatmi tak banyak tanya, namun ia menyadari bahwa kedua majikannya itu lagi ada masalah. Bahkan dia hanya diam ketika Rania baru pulang kerumah setelah tiga hari tak pulang. Meski raut wajahnya begitu penasaran, namun ia tak ingin melewati batas.

"Bagaimana, bu? Apa makanannya cocok?" Tanya bi Fatmi pada Rania. Pertanyaanya itu seolah memecah keheningan di meja makan.

"Enak kok, bi. Tidak ada masalah. Terimakasih untuk makanannya, ya." Jawab Rania.

"Kalau ada yang kurang bilang saja ya, bu" Ucap bi Fatmi.

"Iya, nanti aku bilang" Senyum Rania.

Setelah itu suasana kembali hening dan tak lagi ada suara. Keduanya seolah sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Aku mau kerumah oma sehabis sarapan"

Namun, lagi-lagi Rania yang membuka obrolan di sela sarapan.

"Kerumah oma?"

"Iya, ada yang mau aku diskusikan sama beliau"

"Apa yang ingin kamu diskusikan dengan oma?"

Andreas bertanya dengan ekspresi penasaran.

"Soal yayasan, karena aku ingin berhenti sepenuhnya"

Andreas diam mendengar Rania yang ingin berhenti mengurus yayasan.

"Kenapa ingin berhenti?" Tanyanya kemudian.

"Aku ingin istirahat"

Andreas kembali diam.

"Baiklah, lakukan seperti apa yang kamu inginkan" Uajrnya, setelah sempat terdiam.

Andreas tak menolak dan terlihat begitu setuju dengan keputusan istrinya. Walau tentu sikapnya itu sedikit membuat Rania terkejut.

"Kamu setuju aku berhenti mengurus yayasan?"

"Iya,"

"Kenapa?"

"Ya karena itu mau kamu, kan? Dan sebenarnya itu juga bukan kewajiban buat kamu untuk mengurusnya"

"Ah, jadi aku boleh tidak mengurusnya.."

Rania akhirnya tersadarkan pada suatu hal. Hal yang membuat ia rela melepaskan pekerjaanya untuk memilih mengurus yayasan sepenuhnya. Dulu ia masih bekerja, namun akhirnya memilih untuk melepaskan pekerjaanya karena tak bisa membagi waktunya. Terlebih dulu ia juga harus mengurus ibunya yang sakit. Saat itu ia tak bisa menolak, karena ia berfikir itu adalah harga dari biaya pengobatan ibunya. Karena itu ia memilih untuk mengurus yayasan. Namun, ternyata hal itu boleh ia tolak.

Ia tersenyum karena hal itu. Namun, senyumnya bukan karena kebahagiaan, melainkan rasa penyesalan karena tak berani menolak sejak awal.

Karena hutang budi membuatnya segan untuk menolak. Ia tak punya kuasa atas dirinya sendiri, karena fokusnya saat itu adalah kesembuhan ibunya. Namun, saat ibunya tiada, ia pun akhirnya tersadar untuk lebih perduli dengan kebahagiaanya sendiri, juga pada dirinya sendiri, yang selama ini selalu mengalah dan memendam semuanya seorang diri.

1
Novansyah
terlalu mutar2 kalau mau d kenang masa kalau nya kenapa gak dari awal ceritanya biar gak mutar2 buat bingung terlalu bajang cerita d masa lalu sama masa kecil nya
Biru_Muda: Thanks masukannya tp emang alurnya maju mundur
total 1 replies
Novansyah
bagus kk tapi kalau bisa update nya jangan cuma 1 bab kalau bisa sekali update 4 sampai 5 bab kk biar enak bacanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!