NovelToon NovelToon
Menanti Cinta Sang Letnan

Menanti Cinta Sang Letnan

Status: tamat
Genre:Menikahi tentara / Konflik etika / Tamat
Popularitas:194.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hasna_Ramarta

FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.

Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.

Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.

Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?

Yuk kepoin.

Semoga banyak yang suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Luka yang Tak Pernah Sembuh

Suasana rumah itu yang biasanya ramai terasa begitu tegang sore itu. Baru saja Davira menutup buku catatannya di kamar, suara langkah cepat terdengar dari arah ruang tengah. Tak lama kemudian, pintu kamarnya dibuka kasar oleh Bu Daisya.

Davira!" Suara Bu Daisy menggelegar, membuat jantung Davira berdegup kencang.

    Davira buru-buru berdiri dari kursinya, wajahnya memucat. “Ada apa, Ma?” tanyanya hati-hati.

    Bu Daisy melangkah masuk, diikuti Pak Daka yang menatap dengan wajah berat. “Kamu tadi pergi naik mobil seorang pria?” tuduh Bu Daisy tanpa basa-basi.

    Kedua mata Davira membesar. Ia langsung teringat Dewa yang menolongnya di jalan pagi tadi, ketika ia hampir terlambat ujian. "Bukan begitu, Ma. Vira ....”

    "Jangan banyak alasan!” potong Bu Daisy ketus. "Diza melihat sendiri kamu naik mobil seorang laki-laki. Anak kecil saja tahu, gadis baik-baik tidak sembarangan masuk mobil pria lain," dengusnya.

    “Ma .…” Suara Davira bergetar. Ia mencoba menjelaskan. “Itu Dewa, teman kuliah. Vira tadi hampir terlambat ujian. Karena angkot yang Vira tunggu nggak kunjung datang, jadi ...."

    "Jadi kamu merasa benar dengan naik mobilnya?” Bu Daisy semakin meninggi. “Apa kamu kira aku dan Papa sebodoh itu untuk percaya? Dari dulu aku sudah bilang, aku tidak pernah sepenuhnya percaya sama kamu. Di luar rumah, siapa yang tahu kelakuanmu sebenarnya?"

    Kata-kata itu bagaikan pisau menancap dalam di hati Davira. Dadanya sesak, matanya panas menahan air mata. Ia mencoba bertahan, tapi suara lirihnya pecah.

"Vira tidak seperti itu, Ma. Vira tidak main-main dengan lelaki di luar. Demi Allah, Vira cuma ....”

    Pak Daka menghela napas panjang, menatap Davira dengan kecewa. “Kamu sadar nggak, Vir, apa akibatnya kalau gosip ini sampai keluar? Nama baik keluarga kita dipertaruhkan. Apalagi Kaffa di luar sana berjuang di medan tempur. Kalau sampai dia dengar kabar istrinya naik mobil pria lain .…"

    Davira menunduk. Setiap kata “istri” yang dilontarkan mertuanya justru terasa seperti beban, bukan kehormatan. Karena sejak awal, ia tahu pernikahannya dengan Kaffa hanyalah keterpaksaan, sebuah konsekuensi dari kesalahan yang ia buat.

    Air mata yang ia tahan akhirnya jatuh juga. "Vira tahu Vira bukan anak kandung Mama dan Papa. Vira tahu Vira cuma anak angkat. Tapi … setidaknya, percayalah kalau Vira nggak pernah berniat mempermalukan keluarga ini." Davira bicara sungguh-sungguh.

    Bu Daisy mendengus, melipat tangan di dada. “Percaya? Bagaimana aku bisa percaya kalau kenyataannya mataku sendiri sudah melihat kamu melakukan tipu daya? Kamu menjebak Kaffa, anakku, sampai terpaksa menikahimu. Dan sekarang, kamu membuatku semakin yakin, di luar sana kamu tidak sebaik penampilanmu!”

    Davira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sakit sekali rasanya. Ingin rasanya berteriak bahwa dirinya tidak seperti yang dituduhkan. Ingin ia bercerita bahwa Marini, calon mantu idaman itu, justru penuh tipu muslihat. Tapi lidahnya kelu. Apa gunanya bicara kalau tidak ada yang mau mendengar dan bukti yang jelas, seperti foto misalnya.

    Bi Dioh yang sejak tadi berdiri di pintu, hanya bisa menatap iba. Tidak tega rasanya melihat gadis sepolos dan sebaik Davira dihantam tuduhan sekejam itu. Tapi Bi Dioh pun tidak berani menyela, karena tahu kedudukannya hanya seorang pembantu.

    Setelah puas meluapkan amarah, Bu Daisy meninggalkan kamar itu dengan langkah kasar. Pak Daka hanya menepuk pelan bahu Davira sebelum menyusul istrinya. Tinggallah Davira terduduk lemas di tepi ranjang, menangis dalam diam.

    “Semua orang salah paham sama aku, Ya Allah. Apa aku memang seterhina itu?" bisiknya lirih. "Ini memang salahku, aku yang membuat mama dan papa beranggapan seperti itu," batinnya menyadari.

    Hari-hari berikutnya, Davira menjalani rutinitas kuliahnya dengan hati yang berat. Ia berusaha tetap fokus menghadapi ujian akhir semester, meski pikirannya terus terganggu oleh kata-kata Bu Daisy.

    Hingga suatu sore, ketika ia pulang dari kampus, langkahnya terhenti di depan sebuah kafe kecil di pinggir jalan. Dari kaca bening kafe itu, matanya menangkap pemandangan yang membuat dadanya serasa ditusuk.

    "Mbak Marini."

    Perempuan cantik bergaun polos itu duduk berseberangan dengan seorang pria berseragam polisi. Mereka tampak mesra. Marini menyuapkan sesuap makanan ke mulut pria itu, lalu tertawa renyah ketika pria itu menggoda balik.

    Davira tertegun, tubuhnya membeku. Napasnya tercekat. Terlihat jelas, pria yang tempo hari dilihatnya bersama Marini bukanlah saudara. Mereka jelas pasangan kekasih.

    Jantungnya berdetak kencang. Tangan Davira merogoh masuk ke dalam tas, meraih ponsel untuk mengabadikan moment itu. Tanpa pikir panjang, ia memotret kebersamaan Marini dan pria Polisi itu berbagai pose.

    Setelah berhasil memotret keberadaan Marini dengan pria Polisi itu, Davira memberanikan diri melangkah masuk ke kafe. Ia pura-pura tidak tahu kalau Marini ada di kafe yang sama.

     "Mbak Marini,” panggilnya dengan suara bergetar, setelah tubuh Davira lebih dekat.

     Marini yang sedang tertawa langsung menoleh, wajahnya sempat terkejut sebelum kemudian tersenyum sinis. “Oh … kamu, Davira.”

     Pria di hadapannya hanya melirik sekilas, lalu kembali sibuk dengan makanannya.

     Davira menggenggam tangannya erat, mencoba menahan emosi. "Mama kangen ingin bertemu Mbak. Apakah Mbak Marini tidak mau menemui mereka? Dan pria ini siapa?" Davira berkata penuh keberanian, meskipun ia was-was juga.

     Marini terkekeh kecil, tatapannya penuh ejekan. "Oh, ini? Saudara aku. Memangnya kamu sedang apa di sini? Kamu sedang tidak bolos kuliah, kan Vira?" Mata Marini mengerjap seakan sedang menyembunyikan kegugupan.

     "Aku, tidak sedang bolos. Aku mampir ke sini hanya untuk minum setelah pulang dari kampus," jawab Davira menatap Marini lalu pria polisi itu, bergantian.

     Davira yakin, apa yang dikatakan Marini adalah bohong. "Mbak Marini kapan akan ke rumah lagi? Mama selalu menyebut nama Mbak?"

     Marini berdiri, lalu menghampiri Davira, memegang lengannya kemudian dibawa menjauh dari meja yang dia tempati.

"Aku tidak ada waktu ke rumah mamanya Bang Kaffa. Kamu salamkan saja sama dia. Lagipula aku sebentar lagi mau sekolah Secapa, jadi tidak ada kesempatan lagi, aku keburu sibuk," ujarnya dengan nada tidak tenang.

     Davira merasa heran, kenapa Marini sampai mengajaknya bicara jauh dari mejanya? "Kenapa hanya bicara begini saja Mbak Marini sampai mengajak aku jauh dari meja? Bukankah pria polisi itu saudara Mbak?"

     Marini terlihat kesal, wajahnya tidak ramah. "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bicara di sini saja."

     "Pria itu bukan selingkuhan Mbak, kan?"

     Mendengar ucapan Davira barusan, Marini terkesiap, wajahnya merah padam.

     "Nggak usah bicara yang terlalu sok tahu deh. Sudah kubilang dia adalah saudara aku yang datang dari jauh. Wajar aku menyambutnya dengan baik. Kamu ini, hanya anak pungut mendapat belas kasihan dari mama dan papa Bang Kaffa saja sudah belagu. Dasar anak pungut," cemoohnya sambil berlalu.

     Davira terhenyak, dia sangat sedih dengan cemoohan Marini yang ketus. Dia memang anak pungut, tapi ucapan Marini barusan seakan dirinya sangat hina menjadi anak pungut.

     Davira tidak melawan, karena dia tidak mungkin di tempat umum berteriak kembali. Davira menatap kepergian Marini kembali ke mejanya dengan sangat kecewa. Davira pun segera pergi dari kafe itu.

     "Hari ini, aku kembali melihat Marini bersama pria polisi itu. Mereka tertawa, saling menyuap. Tidak mungkin hubungan mereka hanya sebatas teman. Ingin sekali aku membuktikan semua ini, tapi apa dayaku? Semua orang lebih memilih percaya pada Marini daripada aku."

     Davira kembali menuliskan curahan hatinya di buku diary. Hanya dengan begitu, hatinya akan sedikit tenang, meskipun hari-hari selalu diliputi kesedihan di dalam rumah itu.

1
di wish
davira itu ko jadi org goblok ya disini...bikin jengkel
Nia nurhayati
jangan sampe kamu menyesal untuk yang kedua Kalinya kafaa
Nia nurhayati
plis lah kaffa jsngan suuzon terus donk sama vira
Nia nurhayati
lanjuttt
Nasir: Asikkkk🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Nia nurhayati
aku mamfirr thoorr
Nasir: Makasih byk Kak. Smg betah.... 🥰🥰🥰
total 1 replies
dewi_nie
terima kasih ka'thor hiburan ceritanya...semangat berkarya💪💪💪
Nasir: Mksh byk Kakak cantik. Nanti hadir lagi di karya baru ya..... 🥰🥰🥰
total 1 replies
Rieya Yanie
selamat datang daviko..
melengkapi kebahagiian keluarga davira dan kafa
Nasir: Trmksh Kak.... ikuti trs Author ya. Untuk mengetahui karya baru.
total 1 replies
dewi_nie
selamat ya buat davira...
dewi_nie
oh marini memang penyesalan selalu di akhir..benar katamu Kaffa bukan jodohmu dari author🤭
Nasir: Hehehehheheh🤭🤭🤭
total 1 replies
Rieya Yanie
ceritanya menarik, alurnya pas dan kata katanya tepat
Nasir: Mksh byk Kak... 🙏🙏🙏🥰🥰
total 1 replies
Rieya Yanie
marini gagal moveon
dl aja diajak nikah g mau malah selingkuh giliran sekarang nyesel kan
Eva Tigan
Semoga rumah tangga kalian baik baik saja ya.meskipun gosip tak sedap melanda..Cinta kalian kuat tetap mempersatukan hubungan kalian
Nasir: Aamiin...
total 1 replies
Eva Tigan
Aihh..Marini niat banget ya sampek malam di pesta mantan,mending cepat pulang biar gak makin nyesak itu dadanya lihat pengantin mesra mesraan😄
Nasir: Saking penasaran...
total 1 replies
Jana
lanjuuuttt thor
Nasir: Siap...
total 1 replies
dewi_nie
marimar mengintai...panas hatinya..
dewi_nie
si marmar yg barbar mending cari mangsa Laen aja deh..ganjen Mulu jd cewek apa perlu dipindah ke Plosok aja yah
dewi_nie
kenek servisane davira tambah bucin Kaffa..ketagihan🤭
Sari Nilam
aduh ulet bulu marini gatel banget...dua yang selingkuh dia juga yang kepanasan pas tahu mantan mo nikah. ketawainn aja deh
Eva Tigan
dasar si Marinir mengganggu kebahagiaan orang saja..mending kamu mulai sekarang lupakan kaffa dan cari pria yg lain utk jadi suami kamu 😄
Eva Tigan
semoga cepat hamil ya Davira..karna udah semakin sering bercocok tanam dengan suamimu 😄
Nasir: Wkwkwkwkw...... 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!