Camelia mengulurkan tangannya untuk Raisa, ketika mereka masih kecil. Camelia meminta orang tuanya mengadopsi Raisa, menjadi kakaknya, karena Raisa sudah menjadi yatim piatu akibat kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan.
Sayangnya setelah dewasa, keduanya jatuh cinta pada pria yang sama. Raisa yang merasa iri dengki pada Camelia yang mendapatkan segalanya. Bahkan tega meracuni kedua orang tua Camelia, juga Camelia. Bahkan membakar rumahnya.
Setelah itu, Raisa melakukan operasi plastik persis seperti wajah Camelia. Rayyan yang baru kembali dari luar negeri, membawa Camelia palsu ke rumahnya, menikahinya.
Tanpa dia tahu, Camelia yang asli tengah berjuang antara hidup dan mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Benar-benar Kejam
"Uhukk, uhukk...."
Camelia terbangun dari tidurnya, dia merasa dadanya sesak sekali. Dia memang hanya makan sedikit supnya karena sebelum makan malam tadi dia sudah makan camilan terpenuhi dulu. Camilan yang begitu banyak yang diberikan oleh Rayyan padanya, karena memang pria itu kerap kali memberikannya banyak sekali camilan supaya tunangannya tidak bosan saat ia tidak berada di dekatnya.
Rayyan selalu melakukan itu setiap dia akan pergi ke luar negeri atau pergi ke luar kota dalam waktu yang cukup lama.
Camelia mencoba untuk meminum air, biasanya kalau dia tersedak saat dia sedang tidur minum air membuatnya sedikit lebih lega. Sayangnya, bahkan ketika dia sudah menghabiskan setengah gelas air, dia sama sekali tidak merasa lega.
Camelia yang panik, segera keluar dari kamarnya. Dia ingin meminta bantuan Raisa. Karena kan kakaknya seorang dokter.
Camelia memegang handel pintu kamar Raisa. Dan pintu itu terbuka.
"Kak..."
Caca merasa pandangannya juga sudah mulai kabur.
Sampai dia melihat kilatan cahaya yang merah di belakangnya. Camelia terkejut bukan main, ketika dia mengetahui ada yang menyalakan api di ruangan tengah.
Camelia bergegas menghampiri pagar pembatas di lantai dua.
"Ibu!" pekik Camelia yang melihat ibunya berada di tengah kobaran api, Bahkan bukan hanya ibunya saja tapi ayahnya dan para pelayan yang entah mengapa sudah tak sadarkan diri.
Camelia berlari, dia menuruni tangga sambil berlari. Dia yang melihat Raisa dan kedua temannya ada di tempat itu sangat terkejut.
"Kakak, padamkan apinya! kakak padamkan! telepon seseorang! bibi Emi, bibi Minah!"
Camelia histeris, dia berusaha dengan cepat menuruni setiap anak tangga itu.
Brakk
Dia terjatuh, langkahnya gontai, dadanya semaki sesak dan kakinya lemas.
Namun melihat kobaran api yang semakin besar, mendekati tubuh ayah dan ibunya, juga para pelayan lain. Camelia berusaha keras untuk banyak. Matanya yang sudah basah, membuat pandangannya semakin tidak jelas.
"Kakak, telepon pemadam kebakaran! rumah kita terbakar!" Camelia belum menyadari bahwa orang yang telah menyalakan api tadi adalah Raisa.
Camelia berusaha mendekati kedua orang tuanya. Tapi langkahnya semakin berat. Kakinya seperti tak ada daya. Namun dia tidak menyerah.
"Ayah, ibu!" teriak Camelia.
Namun saat dia bersusah payah untuk mendekati kedua orang tuanya yang tengah tidak sadarkan diri itu. Camelia mulai sadar, kalau Raisa tidak melakukan apapun dan angkatnya itu hanya diam saja.
"Kak, jangan diam saja! tolong ibu dan ayah!" pekik Camelia.
Bianca dan Widya saling rangkul, sesungguhnya mereka sama sekali tidak ingin lebih jauh terlibat. Tapi Raisa selalu saja mengancam dengan kasus pelenyapan premann yang pertama mereka lakukan itu. Jadi Bianca dan Widya mau tidak mau juga terus harus terlibat dengan Raisa.
"Ha ha ha!" Raisa malah tertawa.
"Kakak, ayah dan ibu akan terbakar, kakiku tidak bisa bergerak, kakak tolong selamatkan ayah dan ibu..."
Camelia tidak bisa melanjutkan perkataannya karena kedua rahangnya sudah dicengkram dengan kuat oleh satu tangan Raisa.
"Apa katamu? menyelamatkan mereka? kalau aku harus menyelamatkan mereka kenapa aku harus susah-susah meracuni mereka?" tanya Raisa yang membuat mata Camelia melebar.
Camelia merasa hatinya sangat sakit. Seperti ada yang menusukk sangat dalam dengan duri yang sangat tajam.
Dan air matanya, lolos begitu saja dengan sangat deras.
"Kakak yang melakukan semua ini? kenapa kak? ayah dan ibu menyayangi kakak, merawat kakak, menjadikan kakak seorang dokter? kenapa?" pekik Camelia.
Hatinya sakit sekali. Kenapa orang yang bahkan pernah diselamatkan dari jalan dan tega berbuat seperti itu pada keluarganya. Pada ayah dan ibunya. Meracuni mereka semua. Membuat mereka tak berdaya, bahkan menyalakan api yang sangat besar.
Camelia menatap ke arah ayah dan ibunya. Dia benar-benar ingin menyelamatkan mereka. Camelia masih terus berusaha, dengan kedua tangannya, dia melepaskan cengkeraman tangan Raisa dari rahangnya. Dan dengan menarik kakinya, dia masih berusaha mendekat ke arah karpet dimana ayah, ibunya dan para pelayan tak sadarkan diri disana.
"Apa menurutmu mereka masih hidup?"
Deg
Camelia menghentikan usahanya itu. Tangannya sudah merah dan terluka, tapi dia masih berusaha menyeret kakinya, namun ucapan Raisa membuatnya merasa kehilangan nafas untuk beberapa saat.
Melihat Camelia diam, Raisa semakin merasa senang. Sepertinya apa yang baru saja dia katakan itu sangat membuat Camelia kehilangan arah.
"Racun yang aku masukkan ke dalam sup dan kopi itu sangatlah mematikan. Semua pelayan, penjaga dan ayah ibumu sudah mati Camelia. Sudah mati!"
Dada Camelia terasa begitu sesak. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Dia menatap ke dua orang tuanya yang kata Raisa sudah mati itu. Dan arah pandangannya berubah ke arah bahu mereka. Benar-benar tidak naik turun seperti masih layaknya orang yang bernafas dan hidup.
"Hiks... hiks..." Camelia menundukkan kepalanya, sampai keningnya menyentuh lantai.
Hatinya hancur, Camelia merasa begitu sedih dan terluka, sampai tangisannya tak bisa bersuara.
"Semua ini salahmu! Camelia. Semua ini salahmu. Kamu sudah merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku mencintai kak Rayyan sejak aku SMA. Tapi apa yang kamu lakukan? kamu merebutnya! ini pantas untukmu Camelia!" pekik Raisa.
Camelia mengangkat kepalanya. Menoleh dengan susah payah ke arah Raisa.
"Kakak, mereka ayah dan ibu" lirih Camelia yang kembali menangis dengan begitu pilu.
"Aku tidak perduli! mereka orang tuamu. Mereka selalu membelamu! mereka selalu pilih kasih! mereka orang tua yang kejam!" pekik Raisa.
Tatapan Camelia yang tadinya sangat sedih, mendadak berubah tajam.
"Tangan ibu yang menyuapimu makan saat kamu sakit. Usaha dan kerja keras ayah yang membuat kita makan enak dan punya kehidupan yang sangat nyaman. Dimana mereka kejam padamu? Raisa?" pekik Camelia yang begitu emosional.
Tak habis pikir, tak habis pikir rasanya. Bagaimana bisa Raisa berpikir seperti itu. Dimana ayah dan ibunya memperlakukan Raisa tidak baik.
"Heh, aku tidak perduli. Aku juga tidak pernah minta kalian bawa aku ke rumah ini. Kalian sendiri yang mengadopsi ku. Jadi, salahkan dirimu! terbakarlah dengan tenang bersama dengan keluargamu ini Camelia. Oh ya, setelah ini, aku akan menjadi Camelia, aku akan ambil kembali kak Rayyan darimu..."
"Kak Rayyan bukan barang, dia tidak akan pernah menjadi milikmu Raisa. Tidak akan!" amarah Camelia meledak-ledak.
"Hehh, dia sangat mencintai wajah Camelia. Siapa perduli, siapa yang ada di balik wajah Camelia itu!" kata Raisa dengan senyum sinisnya, "kamu seharusnya mengucapkan terimakasih padaku, aku membuatmu mati bersama orang-orang yang kamu sayang ini. Aku baik kan? sampai ketemu di neraka, Camelia!"
"Kamu jahat Raisa! kamu tidak akan pernah hidup dengan tegang!" pekik Camelia dengan air mata terus mengalir.
"Tapi akan lebih baik, dari kalian yang akan menjadi abu sebentar lagi!" sahutnya sangat santai tanpa rasa bersalah.
Raisa bahkan segera melangkah pergi bersama kedua temannya itu dari tempat itu.
Api makin besar, ini benar-benar sudah larut malam. Alarm kebakaran di rusak oleh Raisa. Sambungan telepon di putus. Raisa benar-benar tidak akan membiarkan Camelia selamat.
Di tengah kobaran api, Camelia masih bersuara menyeret kakinya mendekati orang tuanya.
"Maafkan aku ayah, ibu. Maafkan aku!"
Satu-satunya penyesalan Camelia. Seandainya dia mengikuti kata ibunya, dan tidak turun dari mobil saat ada kecelakaan itu. Dia tidak akan bertemu dengan Raisa. Dan keluarganya tidak akan berakhir seperti ini.
"Maafkan aku!"
Duarrr
***
Bersambung...
harusnya dua kakinya 🤭
tapi gak tau dia ada dimana sekarang, mungkin lagi dikurung dipenjara bawah tanah sama kak Thor soalnya gak pernah kelihatan 🤭
Alhamdulillah
apa Astaghfirullah 🤭
semoga dengan dirawat Eren nenek bisa cepat sembuh 🤲
kasihan Hani 🤣