Ruang Ajaib Antagonis Kesayangan

Lilia bertanya pada orang lain di pasar tentang lokasi markas pusat militer, dan setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dia pun mendatangi markas tersebut karena sudah tidak mood berkeliling pasar lagi. Di depan gerbang markas, Lilia kembali bertanya pada tentara yang bertugas.

"Permisi Pak, kalian kenal Pandu Giandra? Salah satu kolonel yang bertugas di desa Suka Sari?" tanya Lilia dengan sopan.

Tentara yang bertugas itu tersenyum dan menjawab, "Kolonel Pandu Giandra? Tentu saja kami kenal. Sayang sekali Kolonel baru saja menolak promosi menjadi Mayor Jenderal, karena Kolonel tidak mau meninggalkan Markas militer di desanya."

Lilia terkejut mendengar kabar tersebut dan bertanya lagi, "Benarkah? Apa alasannya menolak promosi itu?"

Tentara itu menjawab dengan lugas, "Kolonel bilang tidak bisa pindah ke sini meninggalkan mertua dan istrinya. Kami semua sangat menghormati keputusan Kolonel, karena Kolonel adalah salah satu perwira terbaik di militer."

Mendengar perkataan tentara itu, Lilia terdiam dan merasa terharu. Dia tidak menyangka bahwa Pandu melakukan itu demi dirinya dan ibunya. Lilia teringat kembali tentang cerita aslinya, harusnya tempo hari setelah dia ketahuan selingkuh, dia di hukum warga desa dirajam dan diarak keliling kampung, Pandu kemudian menceraikannya. Tidak lama setelah bercerai Pandu menikah dengan Diah, kemudian mereka pindah ke kota dan Pandu naik jabatan jadi Mayor Jenderal. Tiga tahun setelah pindah ke kota, Pandu akhirnya menjadi Jenderal besar, memiliki anak kembar dan hidup bahagia bersama Diah.

"Sistem, cerita sudah banyak berubah, aku harus apa?" panggil Lilia pada sistem dengan suara hatinya.

"Nona tidak usah sedih, kini posisi nona berubah jadi protagonis wanita utama, Pandu Giandra tetap menjadi protagonis pria utama. Tapi ... posisi tokoh antagonis juga sudah berubah," jawab Taro.

"Siapa yang jadi tokoh antagonisnya?" tanya Lilia.

"Rahasia, setelah nona menyelesaikan misi kedua, kami akan memberitahu misi ketiga dan juga identitas antagonis utama dalam cerita ini."

"Terserahlah!" sahut Lilia dengan lesu. Sistem kemudian menghilang lagi.

"Nona ada hubungan apa dengan Kolonel?" tanya tentara itu dengan penasaran.

"Saya Lilia Cempaka, istrinya," jawab Lilia.

"Nyonya Kolonel, maaf saya tidak mengenali anda. Gosipnya anda dan kolonel tidak akur, dari cerita yang saya dengar, anda jelek. Saya tidak menyangka ternyata anda sangat cantik. Dasar gosip murahan. Kolonel tidak menyesal menikah dengan wanita secantik anda," puji si tentara.

Tiba-tiba, Pandu muncul di belakang tentara itu dan memandang Lilia dengan mata yang tajam. "Berani sekali memuji istriku?" kata Pandu dengan nada yang sedikit menegur, membuat tentara itu langsung berdiri tegak dan hormat.

"Kolonel," kata tentara itu dengan suara yang tegas, sambil memberikan hormat kepada Pandu. Pandu membalas hormatnya dengan singkat, lalu memandang Lilia dengan mata yang penuh pertanyaan. Tentara itu kemudian meninggalkan mereka berdua, memberi ruang bagi Pandu untuk berbicara dengan istrinya.

"Lilia, kamu sudah selesai berdagang? Urusanku baru saja selesai, padahal tadi aku mau membantumu di pasar setelah urusanku selesai," kata Pandu, penuh perhatian.

"Daganganku hari ini laris manis, sudah habis semua. Barangku aku tinggal di kios. Aku hanya jalan-jalan melihat markas pusat," jawab Lilia.

"Ayo kita pulang, sebelum itu kita ambil dulu barang-barangmu."

"Ayo, kebetulan aku mau minta Pak Wawan menangkap udang lobster untukku lebih banyak lagi hari ini."

Pandu mengangguk, dia pun membawa Lilia ke mobil. Di sana sudah ada Regi menunggu. Mereka pun masuk ke mobil, pergi ke pasar untuk mengambil barang. Setelah barang diambil, mereka langsung pulang ke desa. Kebetulan hari masih belum siang jadi mereka tidak terburu-buru dalam perjalanan.

Dalam perjalanan, Lilia mencoba bicara pada Pandu. "Aku dengar kamu menolak promosi karena tidak mau pindah ke kota. Padahal jarak desa ke kota hanya satu jam," tanya Lilia dengan lembut.

"Jika aku bertugas di kota, aku tidak punya waktu pulang ke desa. Pekerjaan jadi Mayor Jenderal tidak segampang itu. Semakin tinggi jabatan, semakin besar tanggung jawabnya. Waktu aku menikahi mu, aku sudah berjanji pada ibumu akan menjagamu. Walaupun dulu aku menikah denganmu hanya terpaksa, tetap saja kamu istri sah ku. Kamu adalah tanggung jawabku."

"Kak Pandu, aku tidak keberatan kamu ceraikan. Aku dan ibu pasti bisa mandiri. Aku tidak mau mengambil kebahagiaanmu," ucap Lilia dengan suara yang lembut, tapi penuh dengan kesadaran.

Perkataan Lilia membuat wajah Pandu berubah, matanya yang tajam memandang Lilia dengan intensitas yang kuat. "Kamu meminta cerai denganku sama dengan mengambil kebahagiaanku," tegas Pandu dengan nada yang serius, membuat Lilia terkejut dengan reaksi Pandu.

"Aku tidak mau dengar kata bercerai lagi dari mulutmu. Bagiku menikah cukup sekali seumur hidup!" tegas Pandu lagi. Ketegasan Pandu membuat Lilia diam, dia mengerti kenapa Pandu bicara demikian. Pasti Pandu mulai menyukainya.

"Tolong jangan suka padaku. Setelah aku menyelesaikan semua misi, kita tidak bisa bertemu lagi. Kamu hanya tokoh dalam novel," kata Lilia dalam hati. Lilia berusaha menutup pintu hatinya rapat-rapat. Dia tidak mau membuang waktunya hanya untuk cinta yang tidak bisa di satukan.

Keduanya pun saling diam, dan keheningan memenuhi mobil selama perjalanan. Tidak ada yang berbicara, hingga suasana menjadi semakin tegang dan canggung. Regi yang menyetir mobil berusaha untuk tidak mengganggu keheningan tersebut, tapi dia bisa merasakan betapa beratnya suasana di dalam mobil.