Rumah tangga Luna yang sangat hangat secara tiba-tiba hancur tanpa aba-aba. Luna mendapati suaminya, Ares, berkhianat dengan sahabatnya sendiri, Celine. Luka yang sangat menyakitkan itu membuat Luna mencari penyebab suaminya berselingkuh. Namun semakin Luna mencari kebenaran, semakin banyak tanda tanya menghantuinya hingga akhirnya Luna memutuskan mengakhiri pernikahan mereka.
Benarkah Ares sudah tidak lagi mencintai Luna?
Ataukah ada suatu kenyataan yang lebih menyakitkan menunggu untuk terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Far, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
USAHA PEMBELAAN
Kabar tentang video Luna yang viral akhirnya sampai ke telinga Ares. Ia mengetahuinya dari banyak media sosial yang berisi nama dan wajah Luna terpampang disana. Rasa bersalah segera menghantam dadanya.
Malam itu, ketika Celine baru saja pulang dari acara, Ares langsung menghadangnya di ruang tamu mewah mereka. Wajah Ares tegang, rahangnya mengeras, sorot matanya menyala penuh amarah.
“Apa kamu yang melakukannya?” tanya Ares, suaranya dalam dan menekan.
Celine meletakkan tasnya di meja, lalu menoleh dengan tatapan dingin. Senyum tipis terukir di bibirnya. “Kamu bicara soal apa, hm?”
“Video itu!” Ares meninggikan suara. “Jangan pura-pura tidak tahu. Hanya kamu yang punya cukup alasan untuk menghancurkan Luna seperti ini!”
Celine mendesah, lalu tertawa kecil. “Sudah kubilang, jangan pernah membuatku terlihat kalah. Kalau kamu terus-terusan mengejar Luna, aku akan pastikan dia hancur. Kamu yang memicunya sendiri, Ares.”
Mereka bertengkar hebat malam itu. Ares tidak sanggup lagi menahan emosinya, sementara Celine dengan sengaja menyulut api, membuat situasi semakin panas.
Tak tahan dengan atmosfer mencekik itu, Ares akhirnya keluar tengah malam. Diam-diam ia meninggalkan rumah, melaju dengan mobil ke kantor tempat Luna bekerja.
Gedung kantor itu sudah sepi. Hanya ada satpam yang berjaga di depan. Ares menghampirinya. “Saya perlu melihat rekaman CCTV,” ucapnya tegas.
Satpam itu sempat ragu, namun melihat kartu identitas Ares yang menunjukkan kedekatannya dengan pihak manajemen, ia akhirnya mengizinkan. Bersama-sama mereka menelusuri rekaman beberapa hari terakhir.
Detik demi detik bergulir, hingga akhirnya terlihat seseorang menyelinap ke ruangan server. Wajahnya jelas terekam: Danu, teknisi IT muda yang memang sudah lama bekerja di sana.
Ares mengepalkan tangan. “Jadi dia pelakunya…”
Satpam mengangguk pelan. “Namanya Danu, Pak. Dia memang teknisi. Saya dengar ibunya sakit-sakitan, ayahnya sering berjudi. Hidupnya susah. Mungkin… ada yang memanfaatkannya.”
Ucapan itu membuat Ares semakin yakin: Celine pasti ada di balik semua ini. Ia hanya butuh tangan orang lain untuk mengeksekusi.
Keesokan harinya, Ares datang diam-diam ke kantor itu. Ia tidak ingin menarik perhatian, apalagi pada Luna yang masih dilanda badai hujatan. Dengan langkah cepat, ia menunggu Danu di area parkiran.
Saat Danu baru saja keluar dari gedung, Ares langsung mencegatnya. “Kita perlu bicara,” katanya dingin.
Danu kaget, wajahnya pucat pasi. Ia sempat ingin lari, tapi Ares lebih sigap. Dengan gerakan cepat, ia menarik lengan Danu ke sisi parkiran yang lebih sepi.
“Aku sudah lihat rekaman CCTV,” ucap Ares. “Kamu yang memasukkan video itu ke sistem.”
Tubuh Danu bergetar hebat. “Sa… saya… saya minta maaf, Pak. Saya tidak punya pilihan. Saya hanya… hanya...”
“Siapa yang menyuruhmu?” potong Ares cepat.
Danu menunduk, wajahnya penuh rasa takut. Ia tidak berani menyebut nama. Tapi Ares tahu ke mana arah semua ini.
“Kalau kau tidak bicara, aku akan pastikan kamu kehilangan pekerjaanmu. Dan lebih dari itu, kamu bisa dipenjara,” ancam Ares.
Air mata menggenang di pelupuk mata Danu. “Tolong jangan, Pak. Saya… saya melakukan itu karena tekanan. Ibu saya sakit parah, saya butuh biaya. Saya benar-benar menyesal. Saya tidak tahu akibatnya akan sebesar ini…”
Ares menatap tajam, tapi dalam hatinya ia masih bisa merasakan ketulusan ketakutan Danu. Anak itu hanyalah pion, korban dari permainan Celine.
“Kalau begitu, lakukan satu hal untuk menebus kesalahanmu,” ujar Ares.
Danu menelan ludah. “Apa itu, Pak?”
“Kamu harus membuat permintaan maaf resmi. Rekam dirimu, akui semua perbuatanmu, dan jelaskan bahwa Luna tidak bersalah. Besok, videomu harus sudah ada di tangan saya.”
Danu terdiam, wajahnya makin pucat. “Ta… tapi kalau saya lakukan itu, saya bisa kehilangan pekerjaan. Bahkan… dia bisa...”
“Dengar.” Ares menunduk, menatap Danu lurus ke mata. “Aku tidak akan melaporkanmu ke polisi, asal kamu lakukan ini. Anggap saja ini kesempatan untuk membersihkan dirimu. Kalau tidak… aku tidak bisa menjamin keselamatanmu.”
Danu menggigil, lalu mengangguk lemah. “Baik, Pak. Saya akan lakukan…”
Ares melepas genggamannya perlahan. Ia tahu, keputusan itu bukan hal mudah bagi Danu. Anak muda itu mungkin harus mempertaruhkan pekerjaannya, bahkan hubungannya dengan orang-orang yang berada di balik skandal ini.
Namun hanya itulah jalan untuk membuktikan bahwa Luna tidak bersalah.
Malam itu, Ares pulang dengan dada penuh keresahan. Ia tahu ia telah memaksa Danu ke ujung jurang. Tapi jika tidak dilakukan, nama Luna akan semakin hancur.
Apakah Danu akan melakukan permintaan Ares?
aku baru Nemu cerita yg sudah eps sejauh ini pemeran utama nya masih saja tersiksa