NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3 Teka Teki Jati Diri

Bel pulang sekolah berbunyi,

menandakan waktu bersantainya sebagai

pelajar telah usai. Ya, Alvin menganggap

menjadi pelajar adalah waktu untuk

bersantai. Karena sisa waktunya akan ia

gunakan untuk mencari uang.

Bermodal sebuah peluit, Alvin

terbiasa menjadi tukang parkir di tiap jam

pulang sekolahnya. Kemarin saat masih

SMP, Alvin bisa markir dari siang

hingga malam, namun saat ini sudah tak

bisa demikian.

Jam pulang sekolah sore hari, belum

perjalanan sekolah ke rumahnya yang

memakan waktu setengah jam, membuat

Alvin hanya bisa menjadi tukang parkir

saat malam hari saja.

Sejujurnya membuat Alvin merasa

bingung mengatur waktu, sebab menjadi

tukang parkir saat malam hari saja tak

menghasilkan banyak uang. la takut

dimarahi oleh Ibu tirinya. Seperti saat ia

hanya membawa sedikit uang saat pulang.

"Loh Alvin, ini kok cuma 20rb sih.

Pasti hari ini kamu banyak mainnya

daripada markirnya ya" keluh Bu Eleanor, ibu

Alvin.

"Alvin gak main buk, emang hari ini

sepi aja, toko tempat Alvin biasa markir

lagi tutup buk, itu aja Alvin dapet segitu

karena bantuin markir di toko sebelah"

jawab Alvin.

"Halah alasan aja kamu ini, biasanya

juga paling dikit 30rb, kalau gini kamu

besok puasa aja! Jangan sarapan paginya!

Uangmu ini cuma cukup beli Bubur buat

adekmu si Rafi ini" ucap Bu Novi sambil

mulai menggendong Rafi, adik terakhir

Alvin yang baru berusia 7 bulan itu.

Alvin memiliki 2 adik, adik yang

pertama seorang gadis bernama Dina, yang

saat ini sudah duduk di bangku kelas 1

SMP.

"Baik Bu" jawab Alvin pasrah,

seraya hendak meminumn es teh yang

tersaji di meja, seolah menggoda untuk

segera meneguknya.

"Eh, jangan diminum!! Itu ibuk

nyiapin buat bapak, bentar lagi bapakmu

pulang kerja"pekik Bu Eleanor melarang

Alvin, membuat Alvin hanya bisa

menelan ludahnya sendiri.

Sebuah ingatan 2 tahun lalu, membuat

Alvin yang saat ini sedang berjalan kaki,

mulai berfikir ia harus berusaha lebih

keras selain menjadi tukang parkir. Asyik

dengan pemikirannya sendiri, membuat

waktu hampir satu jam tak terasa, sebab

kini ia sudah memasuki gang sebelah

kampungnya.

"Vin...Alvin!!" panggil seorang laki-

laki paruh baya, saat Alvin melintas di

depan rumahnya.

"Iya abah, ada apa ya" jawab Alvin

seraya berbalik dan mencium tangan haji

Maliki, pak RW yang juga seorang

pengusaha rosok yang cukup sukses di

kampung tersebut.

"Duduk sini le, baru pulang kamu?"

tanya haji Maliki.

"Iya bah, t tapi Alvin gak bisa lama

lama ini bah" jawab Alvin sambil duduk

di bangku yang tersedia.

"Iya gak lama, ini minum dulu. Pasti

kamu capek kan" ucap haji Maliki seraya

menyodorkan teko berisi es yang terlihat

menyegarkan.

"Maaf bah, Alvin lagi puasa" jawab

Alvin jujur.

"Oalah,maaf le, gak tau abah, maaf yo" ucap abah maliki tak enak hati.

"Mboten nopo nopo bah, santai

mawon jawab Alvin.

"Kamu masih betah markir di toko itu

le?" tanya Abah Maliki.

"Ilyah bah, mau gimana lagi. Ini juga

abis mandi mau langsung berangkat

kesana" jawab Alvin.

"Aku tadi dari sana, sepertinya ada

tukang parkir baru le, bukan yang

biasanya sama kamu itu, kamu sudah tau?"

tanya Abah Maliki lebih lanjut.

"Wah belum tahu e bah" ucap Alvin.

"Hmmm jadi gini, menurutku ya

kamu gak pingin berhenti aja jadi tukang

parkir?" entah pertanyaan atau saran yang

hendak di ucapkan oleh Abah Maliki ini

ini.

"Kalau saya berhenti, mau kerja apa

lagi sava bah. Mau ngamen lagi, juga pasti bapak bakal marah" jawab Alvin Jujur.

Pasalnya sebelum menjadi tukang

parkir, dulu ia sempat menjadi pengamen.

Namun begitu ketahuan oleh bapak,

Alvin di marahi habis habisan. Pak

Rohman, bapak Alvin begitu

menyayanginya. Beliau adalah sosok yang

Alvin hormati.

"Bapak masih sanggup membiayaimu,

gak usah ngamen ngamen lagi! Fokus

sekolah, kamu masih SD, bentar lagi

masuk SMP. Jangan habiskan waktumu di

jalanan!"murka pak Rohman kala beliau

mendapat aduan dari tetangga, jika selama

ini Alvin menjadi pengamen.

Bapaknya tidak tau jika anak nya Alvin tidak di beri jatah makan oleh istrinya yaitu ibu tiri Alvin

" Aku ada tawaran, gimana kalau kamu jadi tukang sampah di kampung ini.

Lagian disini cuma ada7 RT, aku kira

kamu bakal sanggup le, tiap RT juga cuma

satu gang kan" ujar Abah Maliki akhirnya

memberikan tawaran pekerjaan yang

membuat Alvin mulai tergiur.

"Loh emang tukang sampah

sebelumnya kemana bah?" tanya Alvin.

"Orangnya diajak pindah ikut anaknya

ke Madura, maklum sudah cukup sepuh

le, kasian juga kalau terus ngambili

sampah." ujar Abah Maliki.

"Hmmm kalau gitu boleh saya

pikirkan dulu bah, ada beberapa hal yang

perlu saya pertimbangkan terlebih dahulu

soalnya" jawab Alvin.

"Oh ya, tentu saja. Pikirkan yang

matang terlebih dahulu. Tapi jangan lama-

lama, paling lambat lusa loh, biar saya bisa

cari orang lain kalau kamu gak mau le"

ujar Abah Maliki membuat Alvin mengangguk.

"Nggeh pun bah, saya pamit dulu

nggeh, sudah terlalu sore ini, takut dicari

bapak sama ibuk" pamit Alvin seraya

meraih tangan Abah Maliki untuk

diciumnya sebagai tanda sopan santun.

"Iya le, hati-hati" jawab Abah Maliki.

Tawaran yang menggiurkan membuat

Alvin tertarik. Namun jika ia memang

menjadi tukang sampah, berati ia harus

bisa membagi waktunya, kapan harus

mengambil sampah, sementara ia harus

sekolah dari jam 7 pagi hingga jam 3 sore.

Selain itu, sedikit informasi dari Abah

Maliki mengenai tukang parkir baru,

membuat Alvin juga kepikiran, pasalnya

sampai kemarin ia masih markir di

tempat biasa, dan tak ada informasi

mengenai hal tersebut.

Asik berfikir membuat perjalanan Alvin tak terasa kini ia sudah sampai di

depan sebuah rumah sederhana, tempat ia

tumbuh selama ini. Melihat pintu rumah

yang sedikit terbuka, Alvin bermaksud

untuk langsung masuk tanpa mengucap

salam, sebab takut jika sang adik sedang

tertidur dan terganggu oleh suaranya.

"Lihat sekarang anak itu!! Jam segini

belum pulang sekolah, pasti keluyuran

dulu dia!" teriak Bu Eleanor di depan sang

suami. Membuat langkah Alvin

terhenti, ia memutuskan untuk berdiam

diri sebentar.

"Buk, sekolah Alvin yang sekarang

jauh, apalagi sekolah itu menmang sampai

sore, wajar kalau jam segini belum pulang.

Lagian mana pernah Alvin keluyuran

buk" bela pak Rohman membuat Alvin

sedikit lega, paling tidak bapaknya itu bisa

memahami dirinya.

"Bela terus aja anak itu pak, sampai

kamu lupa kalau dia cuma anak pungut mu dan istri pertama mu!"

teriak Bu Eleanor membuat pak Rohman menggebrak meja.

"Sudah bapak ingatkan berulang kali,

jangan pernah mengungkit hal itu,

bukankah kita sudah sepakat Eleanor!! Kamu

lupa kalau dulu kamu janji akan menyayanginya seperti istriku yang pertama!!" Bentak pak

Rohman sambil mengarahkan jari

telunjuknya ke wajah bu eleanor.

"Itu jauh sebelum kita punya Dina pak...

"Berhenti!! Jangan lanjutkan lagi, aku

gak mau denger kamu bahas soal ini lagi,

Alvin anak kita! Jangan membantah!!"

sambar pak Rohman sebelum Bu Eleanor

melanjutkan ucapannya, membuat Bu

Eleanor hanya bisa menggerutu karena kesal.

Sementara pak Rohman sudah berlalu.

Tanpa mereka tahu, Alvin yang

sebenarnya sudah datang sejak tadi,

merasa cukup terkejut dengan fakta yang

baru saja ia dengar. Tanpa masuk lagi ke

dalam rumah, Alvin memutuskan untuk langsung pergi ke tempat dia biasa memarkir.

Tanpa berganti baju, ia hanya sempat

berganti sandal dan mengambil baju yang

ada di jemuran untuk ia pakai saat markir

nanti.

Masih syok dengan apa yang ia dengar,

membuat Alvin sedikit kurang fokus.

Jika tak terdengar adzan magrib yang

berkumandang di musholla yang baru saja

ia lalui, mungkin Alvin akan terus

berjalan.

Dengan masih mengenakan seragam

sekolah, Alvin memutuskan untuk

menumpang mandi di musholla yang ia

lewati, setidaknya air kran di kamar

mandi tersebut cukup segar untuk

membatalkan puasa Alvin.

Usai berganti pakaian dan

melaksanakan sholat magrib, Alvin pun

bergegas menuju toko tempat ia biasa menjadi tukang parkir. Pikirannya hari ini

kacau, tawaran pekerjaan yang

menggiurkan begitu berbanding dengan

fakta yang harus ia dapati hari ini.

"Siapa aku sebenarnya?" batin

Alvin. Sembari mengingat rentetan

perlakuan kurang menyenangkan dari

sang ibu tiri.

Sedikit samar dalam ingatan, bahwa

Alvin pernah merasakan kasih sayang

teramat tulu saat dirinya masih kecil dulu,

namun perlahan tapi pasti memang ada

perubahan perlakuan yang cukup besar

dari sang ibu tiri, saat adik perempuannya

terlahir.

"Dek, tolong bawakan ini ya, saya mau

buka jok belakang dulu" ujar pemilik salah

satu mobil yang sedang dijaga oleh

Alvin, membuat lamunan Alvin

buyar.

" Oh iyah pak, saya bawakan" jawab Alvin sedikit gelagapan. Sembari

menerima beberapa paperbag yang di

serahkan oleh sang pemilik mobil.

Tanpa Alvin tau, di sudut lain

tampak seorang yang tengah

memperhatikannya sembari bergumam

"cih, gitu sekolah pakai beasiswa" namun

kemudian berlalu.

Tak lama setelah pemilik mobil

membuka bagasi belakang mobilnya,

Alvin pun segera membantu untuk

memasukkan paperbag belanjaan tersebut

ke dalam mobil.

"Makasih yah dek, ini buat kamu" ujar

pemilik mobil sembari memberikan

selembar uang 20ribuan sebagai upah.

"Waduh maaf pak, Ndak ada

kembaliannya ini. Saya baru datang

soalnya, kalau ada uang pas aja pak. Lima

ribu saja" tolak Alvin yang memang tak

memiliki uang kembalian.

"Ya udah buat kamu aja kembaliannya

dek" jawab pemilik mobil tersebut.

"Loh jangan pak, saya gak enak kalau

gitu" ucap Alvin.

"Udah gPP, anggap aja rejeki. Gak baik

loh nolak rejeki" ujar pemilik mobil yang

sudah siap tancap gas, membuat Alvin

mau tak mau menerima uang tersebut.

"Makasih pak" ucap Alvin yang

kemudian dijawab oleh klakson mobil

tersebut, sebagai tanda balasan untuk

Alvin.

Kepergian mobil tersebut membuat

Alvin sedikit sadar, jika saat ini dirinya

sedang bekerja. Untuk urusan apa yang

telah ia dengar sore tadi, seharusnya tak

boleh mempengaruhi kinerjanya saat ini.

1
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!