Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 12
Seperti hari kemarin, pagi ini pun Faza bangun terlambat.
Sudah pukul 7, namun Faza belum juga membuka kedua matanya.
Drrtttt.... Drrrtttt...
Ponsel Faza terus bergetar diiringi nada dering panggilan masuk.
Aric yang memang sengaja belum ke kantor karena menunggu Faza bangun pun segera mendekat ke arah ponsel Faza yang ada di atas nakas..
Terlihat panggilan itu dari seseorang yang bernama Mila..
Karena tak tega membangunkan Faza, Aric pun berinisiatif mengangkat sambungan itu. Bahkan peringatan yang Faza ucapkan semalam pun tak diindahkan nya.
"Halo, bu.. Saya baru sampai galery. Ibu tolong cepat kesini. Ada Tuan Ramon, beliau menunggu ibu di ruangan. Tolong cepat datang, ya, bu, saya takut.." Kata si Mila di sambungan itu..
"Ramon....." batin Aric
"Bu... Bu Faza ?" Mila terus bersuara menunggu respon Faza yang dia pikir ada di sambungan itu..
"Baik, nanti saya akan sampaikan pada istri saya.." ujar Aric menjawab panggilan itu
"Oh, maaf Pak. Saya kira yang mengangkat tadi Ibu Faza. Kalau begitu terimakasih. Selamat Pagi."
Ketika sambungan terputus dan ponsel masih ada di tangan Aric, Faza terbangun dari tidurnya. Tentu dia terkejut melihat Aric ada di hadapan nya sambil memegang ponsel miliknya.
Faza menyambar ponsel itu dengan kasar.
"Aku kan sudah bilang semalam, jangan sembarangan mengambil barang-barang milikku, termasuk hape ini!" Faza langsung marah, dan meninggalkan Aric masuk ke kamar mandi.
Aric diam terpaku. Bukan karena habis di marahi Faza, tapi Aric sedang memikirkan satu nama, Ramon.
Tak berselang lama, Faza pun keluar lagi dari kamar mandi. Faza bersiap untuk pergi lagi.
"Aku akan mengantar mu ke galery." ucap Aric
Faza menoleh "Ada apa dengan mu akhir-akhir ini ? Kenapa suka sekali mencampuri urusan ku ?"
Entah kenapa rasanya Faza ingin melampiaskan marah dan sedih nya.
"Aku sudah bilang, aku akan berusaha memperbaiki pernikahan kita." ucap Aric dengan nada rendah. Sejak dari taman hiburan sampai detik ini, Aric tak lagi menaikkan nada bicaranya pada Faza.
"Ngga perlu, Mas. Aku sudah menyerah. Jadilah dirimu yang seperti biasanya. Dingin, Angkuh dan tak perduli dengan ku! Aku sudah terbiasa dengan sikap mu itu!!"
Faza langsung keluar kamar dan menutup pintu kamar sedikit kencang.
Saat sampai di meja makan, Faza langsung di sambut hangat oleh Mama Dian, Papa Surya dan Alena..
"Faza, ayo sarapan dulu.." Kata Mama Dian pada Faza
"Maaf, mah, pah, sayang.. Aku harus pergi ke galery sekarang. Ada sedikit masalah disana." Kata Faza sambil mengusap pucuk kepala Alena
"Kalau begity mama siapkan bekal, ya. Tunggu sebentar..." Mama Dian hendak bangun dari duduk nya, namun segera Faza tahan.
"Ngga usah, mah. Faza takut bekalnya malah jadi mubazir, karena Faza ngga tau selesai urusan nya sampai jam berapa.." Ucap Faza kemudian
"Apa masalah nya serius ?" tanya Papa Surya
Faza tersenyum tipis "Ngga kok, pah." Jawab Faza singkat
"Yasudah, Faza pamit sekarang ya. Alena, kamu di antar Papa lagi, ya. Tante ada urusan dulu.. Ngga apa-apa kan ?"
Alena mengangguk, "Tapi kalau urusan tante udah selesai, antar jemput Alena lagi ya tante." Sahut Alena yang langsung memeluk Faza dari samping
"Alena, kamu di antar Oma saja, ya. Papa mau antar Tante Faza ke galery nya!" Aric menyambar percakapan Faza dan Alena.
Faza pun menatap Aric, tak suka.
"Ayo..." Kata Aric sambil berjalan duluan ke arah depan..
"Jangan menolak, mama berharap kalian bisa semakin dekat dan bisa memperbaiki hubungan." Ucap Mama Dian sebelum Faza benar benar pergi.
Dengan mengendarai mobil Faza, Aric pun memulai pertama percakapan dengan Faza.
"Apa ada masalah di galery ?" tanya Aric yang curiga dengan sikap Faza sejak tadi malam.
"Tidak ada."
"Kenapa kemarin pulang sampai malam ? Tidak biasanya kamu seperti itu ?"
"Memang biasanya aku seperti apa ?" Faza malah balik bertanya dengan nada dingin.
"Maksud aku, apa yang membuat kamu pulang sampai larut malam ? Jika ada masalah, kamu bisa cerita sama aku. Aku siap membantu apapun itu."
Faza memalingkan wajahnya ke jendela mobil, "Tidak ada." Jawab Faza pelan.
Setelah itu beberapa menit di selimuti keheningan hingga Aric kembali bersuara..
"Ramon.. Siapa dia ?" tanya Aric membuat Faza menegang seketika.
"Mas tau darimana nama itu ?"
"Jawab saja pertanyaan ku. Siapa Ramon ?"
Faza menelan ludah, "Dia Client di galery." Bohong Faza
"Apa masalah mu ada hubungan nya dengan dia ?" tanya Aric lagi dan untuk pertanyaan ini pun Faza bungkam hingga Aric langsung menarik kesimpulan bahwa memang benar Faza sedang ada masalah dengan laki laki bernama Ramon.
Aric menghubungi seseorang..
"Hari ini saya tidak datang ke kantor, jika ada yang mendesak segera hubungi saya. Terimakasih." Setelah memberi kabar di telepon, Aric langsung memutus sambungan itu.
"Aku akan menemani mu di galery!"
Faza terkejut bukan main. "Untuk apa ? Urusi saja pekerjaan kita masing-masing! Jangan campuri urusanku!!" Faza langsung memberi penolakan dengan keras.
Aric hanya diam dan terus fokus menyetir sampai kendaraan roda empat milik Faza tiba di galery.
Mengenai galery lukis sang istri, dua hari terakhir Aric sudah mencari tau semuanya. Aric sungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungannya dengan Faza. Ingin memulai semuanya dari awal. Ingin memberikan dukungan penuh pada kerja keras yang Faza lakukan selama ini di galery.
Aric turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu mobil untuk Faza.
Faza tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menolak sikap dan perilaku Aric.
Aric berjalan di sisi Faza, masuk ke dalam galery dengan takjub. Aric tak tau ada bekas pencurian di galery karena letaknya di samping galery.
"Bu, Tuan Ramon sudah di ruangan ibu." Kata Mila ketika melihat Faza datang. Mila cukup terkejut kala menyadari Faza datang bersama dengan seorang pria tampan. Untuk kedua kali nya setelah hari pernikahan Faza dan Aric setahun yang lalu, Mila melihat suami Boss nya lagi.
"Selamat pagi, Pak Alaric." Sapa Mila menunduk hormat.
Aric membalasnya dengan anggukan kecil. Hari ini memang hanya Mila dan seorang Security yang Faza minta datang ke galery, sementara staf lain nya Faza liburkan untuk sementara waktu.
Faza segera menuju ruangan nya. Meski jantung nya berdebar-debar namun perempuan itu berusaha untuk bersikap biasa.
Aric menggenggam jemari Faza, seolah berkata 'Tenang saja. Ada aku disini.'
Faza dan Aric pun masuk ke dalam ruangan,
"Selamat Pagi, Tuan Ramon.." Ucap Faza. Faza pun melepaskan tangan nya dari genggaman Aric.
Laki-laki yang bernama Tuan Ramon itu langsung menatap tak suka saat melihat Faza datang bersama Alaric.
"Silahkan duduk kembali.." Kata Faza dan langsung mengambil posisi duduk di kursi tunggal.
Tuan Ramon duduk dengan angkuh.
"Ada urusan apa Tuan Ramon datang ke galery saya ?" tanya Faza yang sesungguhnya ingin langsung menunjuk-nunjuk dan meluapkan amarah nya pada laki-laki itu.
Tuan Ramon tersenyum smirk. "Saya sudah tau apa yang terjadi pada galery anda kemarin."
"Langsung to the point saja. Ada kepentingan apa anda menemui saya ?" Tanya Faza yang sudah tidak tahan dengan kepura-puraan laki-laki itu.
"Santai saja, Nona Faza Aqila." Ucap Tuan Ramon yang langsung menyulut emosi Aric.
"Anda tidak seharusnya memanggil istri saya dengan sebutan Nona. Panggil istri saya dengan sebutan Nyonya Sagara. Itu jauh lebih pantas!" Sahut Aric dengan tatapan nya yang tajam seperti elang..
Tuan Ramon menanggapi ucapan Aric dengan santai, laki-laki iti tersenyum tipis.
"Saya sedang tidak bicara dengan anda, Tuan Alaric yang terhormat. Saya bicara dengan Nona Faza pemilik dari Galery 'Harmoni Sentuhan Warna'