Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 12
Tring
Jeremy menghentikan acara minum kopinya. Padahal dia sedang sangat menikmati kopi buatan office girl yang baru. Rasa yang menurutnya sangat pas di lidahnya itu rasanya sangat sayang untuk berhenti menikmatinya.
Akan tetapi, suara notifikasi pesan yang masuk ke ponsel miliknya yang satu lagi, membuat Jeremy mau tidak mau meletakkan cangkir kopinya itu.
Jawaban yang sangat singkat dari Jeremy. Dia lalu mengambil kunci mobil yang ada di laci dan melenggang pergi. Tak lupa Jeremy memberitahu Olive bahwa dia akan keluar sebentar, tentu saja Jeremy tidak memberitahu kemana dia akan pergi. Karena urusan ini sangat tidak ada hubungannya dengn SJ Grub.
Tak!
Jeremy berhenti saat berjalan beberapa langkah dari ruangannya. Dia menghentikan langkahnya karena mendengar Xeena yang tengah bicara sendiri sambil mengerjakan pekerjaannya.
" ... Dan ternyata jauh dari keluarga ku yang toxic adalah jawabannya. Terimakasih Tuhan, aku berharap hariku seperti ini terus."
Jeremy mengerutkan alisnya ketika mendengar ucapan lirih Xeena. Terus terang, ia penasaran terhadap karyawan barunya itu bahkan sejak pertama bertemu. JIka ditanya mengapa, maka Jeremy pun akan menjawab tidak tahu.
Sebenarnya Jeremy ingin bertanya tentang apa yang sedang dipikirkan oleh Xeena. Akan tetapi, sekarang ini agaknya dia tidak bisa. Ada hal mendesak yang harus segera Jeremy ketahui.
Akhirnya Jeremy melenggang pergi tanpa menyapa Xeena. Dengan menggunakan mobil pribadinya, Jeremy meluncur menuju tempat dimana markas Wang berada.
Ya, selain menjadi seorang CEO SJ Grup, Jeremy merupakan ketua gangster Wang. Maka dari itu dia selalu memiliki pekerjaan lain disamping sebagai pewaris SJ Grup.
"Ada apa? Hal mendesak apa sampe kamu ngubungin aku?"
Jeremy sampai di markas. Sebuah rumah biasa jika terlihat dari luar, namu di dalamnya tentu begitu lengkap karena ada ruang rahasia yang hanya bisa diakses oleh anggota gangster.
"Itu Bos, anu. Ada pemintaan buat ngabisin orang,"ucap salah satu anak buah Jeremy dengan wajah penuh ketakutan.
Jeremy mengerutkan alisnya. Dia memiliki feeling yang tidak menyenangkan terkait ucapan anak buahnya itu.
"Paijo, ngomong yang bener dan jelaskan yang bener juga. Kalau buat laporan itu yang kumplit,"sahut Jermy.
"I-iya Bos. Itu, ada permintaan yang masuk. Orang itu minta kita buat ngabisin seseorang. Tapi dia ndak mau langsung abis targetnya. Dia minta si target dibuat sengsara dulu. Hanya saja, target itu adalah ini, Bos."
Paijo memperlihatkan isi surat elektronik yang berisi permintaan dari klien itu. Mata Jeremy membulat sempurna saat membacanya.
Brak!
Paijo terkejut bukan main ketika Jeremy memukul meja. Meskipun dia sudah tahu bahwa Jeremy akan melakukan itu, tapi tetap saja jantungnya kaget.
"Ini orang ndak ngerti opo ya siapa orang mau dia celakai itu siapa. Dan kamu Jo, dia bukannya minta dihabisi, dia cuman minta dicelakai. Jangan nambah-nambahi koe. Tapi siapa bajingan yang berani-beraninya minta hal macem gini ke aku."
"Anu Bos, yo mereka mana tahu kalau orang itu adalah kakak ipar Bos. Kan mereka ndak tahu identitas pemilik gangster Wang."
Jeremy paham, identitasnya sebagai ketua Wang dan siapa saja keluarganya tentu tidak ada yang tahu persis. Jeremy tidak pernah muncul pada pertemuan besar yang dilakukan di negeri yang memiliki julukan tirai bambu, dia hanya menunjukkan perwakilannya saja.
Namun, nama Erlan Austin Brown yang merupakan dokter jenius dan juga pemilik RS Brown sekaligus kakak iparnya itu menjadi target dari pemintaan klien, membuat Jeremy gusar.
Terlebih Erlan juga merupakan temannya. Dia tidak mungkin menyetujui permintaan itu. Erlan adalah keluarganya, dan dia tidak mungkin menyakiti Yasmin yang merupakan kembarannya.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah siapa orang itu. Orang yang menginginkan keburukan terjadi pada keluarga kakak iparnya. Jeremy harus mencari tahu tentang itu, dan dia juga harus bertemu dengan Erlan untuk menyampaikan ini agar berhati-hati.
Mungkin Jeremy bisa menolak, tapi bisa jadi orang itu mencari bantuan ke pihak lain. Hanya saja, jika ada yang berani menyentuh keluarganya maka itu berarti akan berurusan dengannya.
"Tolak, aah jangan. Coba pancing dulu. Tanya-tanyain aja dia mau model kayak gimana. Aaah ndak usah, langsung tolak. Terus coba telusuri alamat surel punya orang itu. Langsung kabari kalau udah nemu titik terangnya."
"Siap Bos."
Huft
Jeremy menghembuskan nafasnya kasar. Dia tidak pernah menyangka bahwa akan ada orang yang ingin mencelakai Erlan.
Memang benar, posisi Erlan dan popularitasnya pasti akan membuat beberapa orang yang memiliki hati yang busuk akan merasa iri dan dengki. Hal tersebut bisa memicu keinginan dalam diri untuk melakukan sesuatu yang buruk kepada orang yang dibenci.
"Halo Lan, kamu sedang sibuk ndak? Lagi di rumah apa di rumah sakit." Jeremy mengambil ponselnya dan langsung menghubungi iparnya tersebut. Beruntung oleh Erlan, panggilan Jeremy langsung diangkat.
"Oh Jer, aku di rumah sakit. Sekarang sih ndak lagi sibuk ya. Tapi ndak tau nanti, kenapa?" jawab Erlan dari seberang sana.
"Aku ke sana ya, mau ketemu bentar. Tunggu, semoga kamu ndak sibuk. Ini penting."
Jeremy menutup ponselnya dan langsung segera menuju ke tempat Erlan. Sampai di rumah sakit, Jeremy beruntung karena Erlan tengah free dan tidak sedang menangani pasien.
"Kenap je Jer, kok kayaknya nada suaramu kok koyone (sepertinya) rodo khawatir." Erlan mengerutkan alisnya ketika melihat raut wajah Jeremy yang sangat tidak baik.
Jeremy tidak langsung menjawab. Dia memilih untuk memberikan hasil tangkapan layar isi surel yang diterimanya itu.
"Aaah ini, tenang aja. Hal kayak gini kan ndak hanya sekali dua kali to Jer. Beberapa musuh dan orang yang ndak suka ke aku agaknya masih berusaha buat nyari celah. Kamu tenang aja. Aku ngerti kudu ngelakuin apa,"ucap Erlan tenang. Memang benar, dia bukannya sekali dua kali mendapat ancaman. Tapi baginya itu bukanlah sesuatu yang berar.
"Iyo aku paham Lan, cuman. Aku cuman khawatir sama Yasmin dan Rose. Mereka pasti rawan an,"sahut Jeremy. Mungkin Jeremy tidak perlu meragukan kesiapan Erlan. Tapi tetang saja dia mengkhawatirkan saudara kembarnya berserta keponakannya yang masih berusia balita.
"Aku paham, Jer. Aku akan melakukan ekstra pengawasan. Kamu juga boleh ngirim anak-anakmu buat penjagaan ekstra. Jangan lupa Papi sama Ibu juga. Dan mungkin kamu juga. Mereka tahunya kamu adalah adik iparku, dan bukannya pimpinan geng Wang, jadi kamu pun perlu ati-ati."
Jeremy mengangguk paham. Apa yang dikatakan Erlan memang benar adanya. Musuh Erlan itu termasuk banyak. Dari orang yang iri dengki, hingga mungkin orang yang tidak terima penolakan dari Erlan atas sebuah permintaan. Keselamatan Jeremy sebagai ipar dari Erlan tentu juga menjadi sesuatu yang harus diperhatikan.
"Oke kalau gitu, aku cuman mau bilang gitu aja. Iya, aku juga akan hati-hati juga."
"Makasih ya Jer, dan kamu pun harus hati-hati juga."
Jeremy mengerti akan hal itu. Dia mungkin bukan pribadi yang perhatian terhadap orang lain. Dia juga dinilai sebagai orang yang tak acuh. Akan tetapi tidak dengan keluarga. Jeremy sangat perhatian dan menyayangi keluarganya.
TBC
kok medok bangett