NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Tuan Davison

Istri Rahasia Tuan Davison

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Rembulan Pagi

Pura-pura menikah dengan tetangga baru? Tentu bukan bagian dari rencana hidup Sheina Andara. Tapi semuanya berubah sejak tetangga barunya datang.

Davison Elian Sakawira, pria mapan berusia 32 tahun, lelah dengan desakan sang nenek yang terus menuntutnya untuk segera menikah. Demi ketenangan, ia memilih pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Namun, hari pertama justru dipenuhi kekacauan saat neneknya salah paham dan mengira Sheina Andara—tetangga barunya—adalah istri rahasia Davison.

Tak ingin mengecewakan sang nenek, Davison dan Sheina pun sepakat menjalani sandiwara pernikahan. Tapi saat perhatian kecil menjelma kenyamanan, dan tawa perlahan berubah menjadi debaran, masihkah keduanya sanggup bertahan dalam peran pura-pura?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Sebuah Kebetulan Yang Manis

Pagi itu, langit sedikit mendung, tapi angin bertiup pelan, cukup sejuk untuk membuat Sheina merasa hari ini mungkin tidak seburuk biasanya. Ia melangkah keluar dari rumah dengan rambut yang dikuncir rapi dan setelan sederhana namun bersih. Di tangannya, ponsel sudah terbuka pada aplikasi ojek online. Jemarinya tinggal satu kali sentuh lagi untuk memesan perjalanan ke tempatnya bekerja, TK kecil yang terletak di pinggiran kota.

Namun sebelum ia sempat menekan tombol ‘pesan’, suara pagar otomatis dari arah rumah sebelah membuatnya menoleh.

Pintu garasi terbuka perlahan, memperlihatkan mobil hitam mengilat yang langsung melaju pelan keluar. Di balik kemudi, terlihat sosok Davison dengan kemeja putih rapi, jam tangan perak di pergelangan, dan wajah yang selalu tampak tenang.

Kaca mobil diturunkan.

"Ayo bareng lagi," katanya singkat.

Sheina terkejut sejenak. Tatapannya berpindah dari layar ponsel ke wajah Davison. "Nggak usah, Pak Dev. Saya bisa naik ojek aja."

"Gapapa. Sekalian. Saya juga lewat sana kok," balasnya cepat.

Untuk beberapa detik, Sheina menimbang. Matanya menatap mobil, lalu kembali ke ponsel. Ada jeda kecil, keraguan yang menggantung. Tapi kemudian ia mengangguk pelan dan membuka pintu penumpang.

"Ya udah makasih ya."

Davison hanya tersenyum kecil. Mobil perlahan melaju keluar dari kompleks perumahan, menyusuri jalan utama yang masih lengang pagi itu.

Sepanjang perjalanan, percakapan mereka tidak banyak. Hanya beberapa kalimat ringan, dan Sheina pun lebih banyak menatap ke luar jendela, memperhatikan pepohonan yang bergerak perlahan di sisi jalan.

Setibanya di TK, suasana langsung berubah menjadi lebih hidup. Beberapa ibu-ibu wali murid sudah berkumpul di depan gerbang, menunggu giliran mengantar anak-anak mereka masuk ke dalam.

Mobil hitam itu belum sempat benar-benar berhenti ketika bisik-bisik mulai terdengar.

Begitu Sheina keluar, seorang ibu yang mengenakan kerudung motif langsung menegur dengan senyum menggoda.

"Mobil yang kemarin ya, Bu Sheina," katanya sambil menyenggol lengan ibu di sebelahnya.

Sheina hanya tersenyum. "Iya, Bu. Kebetulan ditawarin nebeng."

"Kebetulan ya," timpal yang lain dengan nada bercanda, disambut tawa kecil.

Ia hanya menanggapi dengan senyum canggung, lalu buru-buru masuk ke dalam gedung. Ada rasa geli sekaligus risih yang ia tahan sendiri. Sheina tahu, gosip kecil seperti itu mudah tumbuh di lingkungan seperti ini.

Sementara itu, Davison telah sampai di kantornya, sebuah gedung tinggi bergaya minimalis dengan kaca besar yang mendominasi fasad depan. Ia memasuki lantai utama dengan langkah mantap. Tak lama, ia menuju ruang kerjanya yang luas dan terorganisir, tempat di mana setiap detail punya tempatnya sendiri.

Ari—asisten kepercayaannya—sudah menunggu di dekat meja dengan map biru di tangan.

"Udah beres belum, Ri, kontraknya?" tanya Davison sembari melepas jas dan meletakkannya di gantungan di pojok ruangan.

"Udah, Pak. Ini dokumennya," jawab Ari, menyerahkan map.

Davison menerimanya, lalu membuka map tersebut dan mulai menelusuri isi kontrak. Matanya fokus, meneliti tiap poin, seolah mencari sesuatu yang tersembunyi di balik susunan kata-kata hukum yang kaku.

Ruangan itu senyap untuk beberapa saat, hanya ada suara kertas dibalik dan dentingan samar jam dinding.

Namun kesenyapan itu terpecah oleh ketukan pelan di pintu.

Tok. Tok.

Davison tidak mengangkat kepala. "Masuk."

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan Clara—staf divisi hubungan mitra—yang tampak sedikit ragu untuk melangkah masuk.

"Maaf ganggu, Pak. Barusan ada email masuk dari pihak Aurora Group. Mereka minta revisi di pasal delapan, soal termin pembayaran."

Davison menutup map perlahan. "Siapa yang nangani komunikasi mereka?"

"Saya, Pak."

"Oke. Bales aja. Kita bisa kompromi di sistem termin, tapi nominal tetap sesuai."

"Siap, Pak."

Clara mengangguk dan segera keluar dari ruangan. Davison kembali bersandar di kursinya, menatap keluar jendela di mana awan mulai menebal.

...****************...

Sore itu, cahaya matahari mulai meredup perlahan, membentuk bayangan keemasan di dinding kaca ruang kerja Davison. Lantai marmer mengilap memantulkan kilau hangat mentari yang masuk dari sisi barat gedung. Udara di dalam ruangan tetap dingin dan teratur, disesuaikan dengan suasana kerja yang formal dan rapi, cerminan dari sang pemilik ruangan.

Clara, staf dari divisi hubungan mitra, melangkah masuk dengan ketukan ringan sebelum membuka pintu. Ia membawa map tipis dan laptop kecil yang terbuka sebagian. Ekspresi wajahnya tampak lega, seolah baru saja menyelesaikan sebuah urusan panjang yang melelahkan.

Davison sedang berdiri di dekat rak buku, memeriksa dokumen legal yang baru ia tandatangani pagi tadi. Saat mendengar suara pintu, ia menoleh perlahan.

“Pak,” ucap Clara pelan. “Semua urusan dengan pihak Aurora Group sudah selesai. Proposal kerja sama sudah disepakati, sponsor dari pihak ketiga pun sudah final.”

Aurora Group, yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan anak-anak itu memang sudah lama menjadi mitra sosial Devaco. Beberapa proyek CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan diarahkan untuk mendukung program-program Aurora, khususnya dalam bidang pendidikan usia dini dan pemenuhan gizi anak-anak.

Davison mengangguk kecil, menaruh dokumen di meja, lalu berjalan ke arah kursinya. “Bagus. Ada kendala apa?”

Clara menggeleng, tapi ada sedikit jeda dalam gerakannya. “Bukan kendala, sih. Tapi lebih ke permintaan khusus.”

Alis Davison sedikit terangkat. Ia duduk perlahan, tangan bersedekap ringan. “Permintaan seperti apa?”

Clara membuka laptopnya dan menunjukkan dokumen rundown acara. “Karena Devaco adalah sponsor utama, dan Bapak adalah CEO-nya, media akan menyorot kehadiran Bapak. Dalam acara puncaknya nanti, Bapak diminta untuk secara simbolis memberikan penghargaan kepada para pemenang lomba mewarnai antar-TK. Selain itu, akan ada penyuluhan tentang pentingnya gizi anak, yang akan dibuka oleh perwakilan Devaco juga.”

Davison memandangi layar tanpa langsung memberi respons. Hanya suara pendingin ruangan yang terdengar untuk sesaat.

“Acaranya cukup besar?” tanyanya akhirnya.

“Cukup besar, Pak. Akan melibatkan sekitar lima belas TK dari berbagai wilayah pinggiran kota. Aurora Group bekerja sama dengan beberapa sponsor tambahan, dan pusat acaranya akan digelar di TK Cemara.”

“TK Cemara?” ulang Davison sambil sedikit menyipitkan mata, mencoba mengingat sesuatu.

Clara mengangguk cepat. “Iya, Pak. TK-nya cukup representatif. Di sebelahnya ada lahan kosong yang masih hijau, milik salah satu sponsor. Jadi kegiatan besar bisa dilakukan di sana. Kami sudah pastikan tempatnya layak.”

Davison diam sejenak. Penasaran, ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi peta. Jarinya cepat mengetik: TK Cemara, Jalan Anggrek Putih.

Begitu peta terbuka dan titik lokasi muncul, napasnya tertahan sebentar.

Jalan Anggrek Putih. Nama yang tidak asing.

Ia memperbesar peta, memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar kebetulan. Posisi, arah jalan, dan sudut bangunan yang muncul di layar ponsel, semuanya persis seperti yang ia lihat setiap pagi, saat mengantar seseorang naik mobil hitam miliknya.

"TK Cemara," gumamnya. Itu tempatnya Sheina.

Davison menyandarkan punggungnya ke kursi. Matanya masih terpaku pada layar ponsel. Rasanya aneh, membayangkan ia akan muncul di tempat kerja Sheina bukan sebagai tetangga, bukan sebagai pria yang menawari tumpangan, tapi sebagai CEO, lengkap dengan sorotan kamera dan perhatian publik.

“Saya wajib menghadiri acara, kan?” tanyanya, nada suaranya pelan namun pasti.

Clara menutup laptopnya sambil mengangguk. “Iya, Pak. Kehadiran Bapak sangat penting untuk representasi Devaco. Apalagi tayangan ini akan disiarkan juga di TV lokal dan platform media sosial Aurora Group.”

Davison mengangguk, kali ini pelan dan penuh pertimbangan. “Baik. Saya akan bersiap.”

Clara tersenyum puas, lalu pamit keluar ruangan dengan membawa dokumen yang tadi sempat ia buka. Saat pintu menutup kembali, ruangan kembali sunyi.

Davison menatap jendela yang sekarang sudah mulai berembun karena perbedaan suhu di luar dan dalam. Cahaya matahari tinggal bias jingga yang menari samar di antara kaca. Tapi pikirannya masih tertambat pada satu titik di layar ponsel—TK Cemara.

Ia menggulir peta sekali lagi, memastikan alamat itu memang benar. Tidak salah. Itu tempat Sheina mengajar. Kebetulan, katanya dulu. Tapi kadang, kebetulan datang terlalu tepat waktunya untuk disebut kebetulan belaka.

Davison menarik napas dalam, mencoba mengatur ritme pikirannya.

"Sheina," gumamnga pelan. "Semuanya selalu menjadi kebetulan."

Pertemuan itu tak bisa dihindari. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa tidak keberatan.

Bahkan, mungkin ia sedikit menanti.

1
LISA
Menarik juga nih ceritanya
LISA
Aneh tp ntar kmu suka sama Sheina Dev🤭😊
LISA
Aku mampir Kak
Rian Moontero
lanjuutt thor,,smangaaat💪💪🤩🤸🤸
Rembulan Pagi: terima kasih kakk
total 1 replies
Umi Badriah
mampir thor
Rembulan Pagi
Bagi yang suka romance santai, silakan mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!