Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengantin Baru?!
"Aduh, Bu Mel, Tuan Zaidan sangat hot ya? Kelihatan sih dari bentuk tubuhnya. Jalan kamu sampai seperti itu"
"Haha.. Iya nih Bu Mel, padahal kenapa masuk sih kalo masih sakit. Cuti aja"
Melati mengerjap kaget dengan ucapan para guru yang berada di ruang guru ini. Padahal Melati berjalan seperti ini karena bokongnya yang masih sakit bekas jatuh tadi. Tapi, pemikiran kepala sekolah dan para guru disini, malah berbeda.
"Ah, saya jadi kebayang bagaimana Tuan Zaidan melakukannya sampai Bu Mel susah berjalan begitu. Kalian menghabiskan berapa ronde?" tanya Bu kepala sekolah tanpa rasa bersalah.
Melati tersenyum masam, lalu dia duduk di mejanya. Apanya yang berapa ronde sih? Mereka gak tahu aja kalau aku bahkan pisah kamar dengan dia. Gerutunya dalam hati. Tapi sepertinya karena dia terjatuh pagi tadi, membuat semua orang berpikir jika pernikahan ini berjalan sesuai pikiran mereka.
Seorang guru bertumbuh gempal mendekatinya, duduk di meja kerja Melati dan menatapnya dengan penuh menggoda. "Bagaimana staminanya Bu Mel? Pasti sangat kuat ya? Berapa jam semalam? Apa sampai pagi?"
Hah? Lagi Melati hanya bisa tersenyum dengan masam. Semua pertanyaan itu malah membuatnya muak dan ingin sekali pergi dari sini. "Ah Ibu bisa saja. Sudahlah, aku mau ke kelas dulu. Sudah waktunya masuk"
Akhirnya Melati menghindari mereka yang begitu ingin tahu yang terjadi dengan malam pertama Melati setelah menikah itu. Yang sebenarnya tidak terjadi apa-apa.
"Biasalah Bu, namanya juga pengantin baru. Masih malu-malu"
Samar Melati masih mendengar percakapan absurd di dalam ruang guru. Dia segera berjalan cepat menuju kelas TK B tempat dia mengajar.
"Ck, mereka sukanya menggosip terus. Tapi kenapa juga aku yang harus jadi bahan gosip"
Masih menggerutu sambil terus berjalan.
*
Malam hari, Melati sedang duduk di ruang tengah bersama Zenia. Dia sedang menemani Zenia mengerjakan beberapa soal matematika dasar yang di ajarkan di sekolahnya.
"Pintar, nanti kalo ini selesai Ibu kasih coklat deh, tapi gak boleh banyak-banyak ya. Nanti giginya sakit" ucap Melati sambil mengelus kepala Zenia.
"Wah, makasih Ibu"
"Iya Sayang"
Berdiri beberapa meter dari sana, Zaidan terdiam melihat pemandangan di depannya. Hal yang selalu dia harapkan sejak kepergian istrinya. Ketika dia pulang ke rumah dan melihat anak dan istrinya sedang menunggunya pulang di ruang tengah seperti ini. Namun sayang, hal itu tidak terwujud saat bersama Diana. Karena dia terlalu singkat menjalani pernikahan dengan Zaidan. Tuhan lebih sayang padanya, dan mengambil dia lebih dulu.
Saat menyadari ada yang memperhatikannya, Melati menoleh dan tersenyum pada Zaidan. "Sayang, kamu sudah pulang?"
Deg... Zaidan terdiam dengan kening mengernyit. Tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat ini ketika Melati memanggilnya sayang. Lalu dia melihat Melati sedikit melirik ke arah Zenia, seolah memberikan kode pada Zaidan jika dia berbicara seperti itu karena ada Zenia disana.
Zaidan mengangguk kecil, akhirnya dia mengerti kenapa Melati tiba-tiba memanggilnya seperti itu. Zaidan berjalan ke arah mereka. Duduk di sofa tunggal disana, menatap anaknya yang sedang fokus mengerjakan soal.
"Zen, sedang apa?"
Zenia mendongak dan menatap pada Ayahnya itu. "Mengerjakan soal Pa, nanti kalau Zen bisa menyelesaikan semuanya, dikasih coklat sama Ibu"
Melati tersenyum dan mengelus kepala Zenia dengan lembut. "Iya, tapi janji jangan banyak-banyak ya. Nanti giginya sakit"
"Siap ibu"
Zaidan terdiam, melihat interaksi anaknya dan juga istri bayarannya ini. Membuat hatinya menghangat. Seolah memang ini yang dia inginkan selama ini.
Melati menoleh pada suaminya itu, sedikit ragu saat melihat wajah datar itu. "Sayang, mau makan dulu? Biar aku-"
"Aku akan mandi dulu, beritahu Pak Than untuk mengantarkan makan malam ke kamar, aku makan malam di kamar saja"
Eh, dia tidak suka kali ya karena aku semakin gencar memanggilnya Sayang. Lagian siapa juga yang mau coba? Salah dia sendiri meminta aku bersandiwara dengan panggilan sayang itu.
"Baik" jawab Melati.
Zaidan langsung berlalu dari sana, menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sementara Melati hanya menatap punggung lebar suaminya itu. Lalu, beralih pada Zenia yang masih fokus pada buku.
"Zen, Ibu mau ke dapur dulu ya. Zen selesaikan saja dulu"
"Iya Bu"
Melati berjalan ke arah dapur, bertemu dengan Pak Than disana. "Pak, Tuan Zaidan ingin makan malamnya di antar ke kamar"
"Ah baik Nona. Tapi apa Nona akan makan malam sekarang?"
Melati mengangguk pelan. "Iya Pak, sebentar saya mau panggil Zen dulu"
Di dalam kamarnya, Zaidan baru saja selesai mandi saat Pak Than datang membawakan makan malam. Bahkan Zaidan masih menggunakan jubah mandi sekarang.
"Silahkan makanannya Tuan" ucap Pak Than yang menyimpan makanan di atas meja depat sofa di ujung ruangan ini.
Zaidan berjalan ke arah sofa dan duduk disana. "Apa dia sudah makan?"
"Sedang makan bersama Nona Kecil"
Zaidan mengangguk mengerti, dia terdiam sejenak, lalu kembali menatap Pak Than. "Bilang padanya, besok malam ada acara dengan rekan kerja dan dia harus bersiap"
"Baik Tuan"
Zaidan mengangguk pelan, setelah itu Pak Than sudah tahu jika Tuannya tidak ada lagi yang dibutuhkan. Jadi dia berlalu pergi sekarang.
Kembali ke meja makan, dia langsung menghampiri Melati yang masih makan bersama Zenia. "Nona, besok malam ada acara dengan rekan kerja Tuan Muda. Anda harus bersiap"
Uhuk.. Melati sampai tersedak makanannya sendiri. Ucapannya Pak Than benar-benar membuatnya terkejut. "A-acara apa Pak?"
"Hanya acara biasa, anda bisa tanyakan langsung pada Tuan Muda" Pak Than tersenyum kecil, lalu berlalu dari sana.
Aduh dia mau apalagi sih? Kenapa sudah harus ada acara di saat pernikahan kita baru dua hari begini. Tapi, memang ini tugasku sebagai istri bayaran.
Melati melanjutkan makan dengan tidak tenang. Memikirkan bagaimana besok dia bersikap? Bagaimana cara dia berbicara saat berada di depan rekan kerja Zaidan. Saat sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Melati melihat ponselnya yang berbunyi. Sebuah pesan masuk, itu dari Ares.
Besok malam kamu harus bersiap Mel. Ini acara pembukaan Apartemen baru yang dibawah naungan Perusahaan Tuan Zaidan dan rekan kerjanya, Tuan Reynan. Pokoknya kamu akan dibantu bersiap oleh Maya dan Lina.
Melati hanya menghembuskan napas kasar membaca pesan dari Ares itu. Sepertinya ini sudah waktunya dia bekerja sebagai istri bayaran Tuan Zaidan. Hiks.
Bersambung
nextttt thor.....