NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Drama Perdapuran

Di dapur, Anaya tampak sibuk mengawasi dan mencicipi makanan yang sedang di siapkan.

"Pakai pisau kue, Mbak. Jangan pakai pisau biasa seperti ini. Nanti hasil potongannya kurang rapi." Ujar Anaya sambil mencontohkan caranya memotong kue.

"Njih, Raden Ayu." Ujar abdi dalem yang tersenyum melihat cara kerja Anaya yang cepat dan Rapi.

"Aduh, Raden Ayu, bagaimana ini kok rasanya jadi aneh." Keluh salah satu Abdi dalem sambil membawa sendok berisi makanan yang ia maksud untuk di cicipi Anaya.

"Gak apa - apa. Ini masih bisa di perbaiki rasanya." Ujar Anaya sambil tersenyum.

Ia kemudian mengambil alih satu wajan besar daging yang sedang di siapkan dan mulai memperbaiki rasa masakan.

Di dapur nampak begitu heboh karna abdi dalem yang biasa mengurus perbumbuan dan mengoreksi rasa kebetulan sedang sakit karna usia yang memang sudah tak lagi muda.

Raden Ajeng sendiri sampai bingung harus membantu apa karna dia memang tak pandai dengan urusan dapur. Namun ia juga merasa kasihan melihat kakak iparnya yang pontang - panting, kesana - kemari.

"Raden Ayu, ada yang bisa aku bantu? Aku gak tau mau ngapain, tapi gak tega lihat Raden Ayu yang pontang - panting sendirian seperti ini." Ujar Raden Ajeng Meshwa yang menghampiri kakak iparnya.

"Enggak apa - apa, Raden Ajeng. Raden Ajeng bisa duduk saja sambil tolong awasi mereka yang sedang menyiapkan kue." Ujar Raden Ayu yang masih bisa tersenyum padahal bajunya sudah basah oleh peluh.

Raden Ajeng Meshwa pun hanya menurut, dari pada nantinya ia menyebabkan kekacauan di dapur yang sudah di atur sedemikian rupa oleh Raden Ayu Anaya.

"Raden Ayu, gawat! Salah satu toko kue yang di pesan Gusti Ayu, mendadak membatalkan kue pesanan yang sudah di pesan Gusti Ayu." Adu salah satu Abdi dalem.

"Apa yang di pesan Gusti Ayu?." Tanya Anaya.

"Kue Bolu sebanyak dua puluh loyang yang akan di suguhkan untuk tamu."

"Waahh!! Wahh!!!." Anaya memijat pelipisnya yang tiba - tiba berdenyut.

"Sudah sore seperti ini, bagaimana mungkin memesan kue yang akan siap untuk malam nanti. Terlebih lagi, butuh satu jam perjalanan untuk sampai di kecamatan terdekat." Batin Anaya yang resah.

"Apa kita punya bahan untuk membuat kue?." Tanya Anaya.

"Apa saja yang di butuhkan, Raden Ayu?."

Anaya kemudian mencatat semua yang ia butuhkan untuk membuat kue sebanyak yang di pesan Ibu mertuanya.

"Tetapi kita tidak memiliki oven besar, Raden Ayu. Oven besar yang ada, sudah lama rusak." Keluh Abdi dalem yang membuat kepala Anaya hampir meledak.

"Yasudah, tolong cek semua bahan ini dulu di gudang bahan makanan. Aku akan meminta pekerja lelaki membuat oven darurat." Titah Anaya.

"Sendiko dawuh, Raden Ayu."

"Ada apa, Raden Ayu?." Tanya Raden Ajeng Meshwa yang menghampiri.

Anaya pun menceritakan semua permasalahan yang sedang di alami. Raden Ajeng Meshwa sendiri sampai shock karna mendengar penuturan dari kakak iparnya.

"Lalu bagaimana? Raden Ayu mau membuat semua kue itu sendiri?. Gak mungkin cukup waktunya kalau kita pergi dan cari ke toko kue yang ada di kecamatan atau Kabupaten." Tanya Raden Ajeng Meshwa.

"Mau bagaimana lagi, Raden Ajeng? Kita harus menjaga nama baik keluarga, jangan sampai kita kekurangan suguhan untuk tamu." Jawab Anaya.

"Raden Mas kan sudah berpesan kalau Raden Ayu hanya perlu mengawasi, kalau Raden Mas marah gimana? Kita bisa lapor ke Ibu untuk masalah ini." Kata Raden Ajeng Meshwa yang juga di buat resah.

"Ini darurat, Raden Ajeng. Raden Mas pasti mengerti. Lagi pula kasihan Ibu kalau nantinya jadi repot sendiri." Jawab Anaya.

"Raden Ayu, semua bahan dan alat yang diperlukan sudah di siapkan." Ujar Abdi dalem yang menghampiri.

Anaya mengangguk dan mengumpulkan abdi dalem yang ia butuhkan. Ia pun menelfon Mbak Tika untuk membawa abdi dalem yang ada di rumahnya. Setelah mereka semua berkumpul, Anaya segera membagi tugas yang harus mereka kerjakan.

Anaya meminta para pria menyiapkan oven panjang dan lebar dari seng dengan kayu yang akan menjadi bahan bakarnya. Setelah menggambarkan keinginannya, para abdi dalem pria pun segera bergerak menjalankan perintah.

Raden Ajeng Meshwa sampai terkagum - kagum dengan bagaimana cara Anaya memberikan instruksi pada para pekerja.

"Emang gak salah Romo menjodohkan Raden Mas dengan Raden Ayu." Raden Ajeng bermonolog sambil tersenyum - senyum sendiri.

"Raden Ajeng, tolong bantu siapkan topping untuk kuenya." Pinta Anaya.

"Siap, Raden Ayu!." Seru Raden Ajeng Meshwa dengan semangat.

Anaya tampak sibuk membuat kue dengan empat macam rasa berbeda. Tangannya begitu cekatan menuang bahan - bahan. Netranya pun begitu teliti mengawasi pekerjaan para abdi dalem yang sedang membuat kue.

"Raden Ayu, oven daruratnya sudah siap." Ujar salah satu Abdi dalem pria yang menghampiri.

Anaya berjalan cepat menuju ke tempat oven darurat itu di buat. Oven itu di buat di kebun belakang rumah Kanjeng Gusti yang memiliki lahan cukup lebar.

"Sip! Terima kasih banyak. Tolong di tunggu dan di jaga suhunya. Sebentar lagi adonan juga siap." Pinta Anaya yang tampak senang karna oven darurat itu sesuai dengan apa yang ia gambarkan.

Setelah semua siap, mereka mulai memanggang kue - kue itu secara bersamaan untuk mengejar waktu yang sangat terbatas ini. Menjelang magrib, kue - kue itu pun akhirnya matang dengan sempurna.

Anaya di bantu Raden Ajeng Meshwa dan para pekerja segera menghias kue - kue itu hingga siap untuk di hidangkan.

"Alhamdulillah." Ujar Anaya yang sangat lega.

"Good Job! Raden Ayu." Girang Raden Ajeng.

Dua saudara ipar itu kemudian saling berpelukan. Raden Ajeng Meshwa pun merasa senang karna bisa turut membantu.

"Raden Ayu! Kamu dari mana saja, kenapa belum siap - siap?." Tegur Raden Mas Mahesa yang menghampirinya di dapur.

"Sepurane, Raden Mas. Aku baru selesai menyiapkan kue untuk suguhan." Jawab Anaya.

"Raden Mas jangan ngomel deh! Raden Ayu lagi capek tau, lihat nih semua kue ini di buat Raden Ayu bersamaku dan abdi dalem." Ujar Raden Ajeng yang mengomel duluan sebelum kakaknya mengomel. Ia pun menceritakan masalah yang mereka alami sore ini.

"Kenapa kalian gak bilang, Dek Ayu, Raden Ajeng?. Kan kita bisa beli di tempat lain." Ujar Raden Mas Mahesa.

"Emangnya Raden Mas kira, kita hidup di kota yang gampang cari kue?. Udah jangan ngomel, kita lagi capek! Apa lagi Raden Ayu." Sergah Raden Ajeng Meshwa.

"Raden Ayu, aku tinggal duluan ke kamar untuk mandi dan siap - siap ya. Capit saja mulut Raden Mas dengan food tongs ini kalau Raden Mas masih mau mengomel." Kata Raden Ajeng Meshwa sambil mengangkat alat mencapit makanan.

"Iya, Raden Ajeng." Jawab Anaya yang terkekeh geli melihat bagaimana galaknya Raden Ajeng Meshwa.

"Ayo, kita sholat lalu bersiap, Dek Ayu." Ajak Raden Mas Mahesa dengan wajah yang merasa bersalah karna hampir mengomeli istrinya.

Mereka pun segera mandi, setelahnya melaksanakan sholat magrib berjamaah di kamar mereka yang ada di rumah Kanjeng Gusti.

"Kenapa gak bilang, Dek Ayu. Pasti capek banget." Ujar Raden Mas Mahesa sambil mengusap kepala istrinya.

"Gak sempat Raden Mas. Lagi pula aku takut akan menyebar kepanikan, sedangkan di depan sudah ada tamu yang sedang mempersiapkan tampilan juga. Karna bahan dan perlengkapannya ada, jadi aku pikir lebih baik di buat sendiri saja." Jawab Anaya sambil tersenyum.

"Maa Syaa Allah, hebat sekali istriku. Matur suwun njih, Sayangku. Sepurane, tadi aku hampir mengomelimu. Aku mencarimu di kamar tapi tidak ada, padahal adzan magrib sudah lewat." Ujar Raden Mas Mahesa.

"Gak apa - apa, Raden Mas. Yang penting semua sudah beres tepat pada waktunya. Untung abdi dalem yang ada di sini semuanya cekatan." Kata Anaya.

"Uuh Sayangku. Terima kasih karna sudah menyelamatkan nama keluarga." Ucap Raden Mas Mahesa sambil menghujani istrinya dengan kecupan.

1
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!