NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Meski di akui bahwa Rafka sangat berbakat dalam hal bermain basket, namun dia masih harus melalui proses uji coba untuk tim dan dia telah lulus dengan nilai yang bagus.

Pak Edo sangat terkesan dengan kelincahan dan performanya, memikirkan bagaimana memanfaatkan keterampilan alami Rafka di lapangan.

Setelah kelas berakhir, Rafka menemui Abila.

"Bil, lo yakin ngga mau ngadu ke kepala sekolah?." Tanya Rafka saat mereka berjalan beriringan menuju ke tempat kerja paruh waktu.

"Ngga." Jawab Abila singkat, sembari menggelengkan kepalanya. "Aku ngga mau masalah ini jadi lebih panjang, Ka."

"Astaga, Abila. Mereka udah coret-coret loker punya lo." Seru Rafka. "Seenggaknya lo harus kasih mereka semua pelajaran, biar kapok!."

"Trus kalo aku lapor, apa yang bakalan terjadi?." Tanya Abila dengan hati-hati. "Kalau mereka tau, pasti aku besok di ganggu in lagi. Udahlah, biarin aja. Nanti juga pada akhirnya kenakalan mereka pasti berhenti."

Rafka hendak berdebat, tetapi Abila berhenti dan menoleh ke arahnya. "Aku ngga mau jadi beban bunda. Kalau aku lapor kepala sekolah, pasti bunda juga ikut di panggil." Katanya dengan suara kecilnya. "Aku liat bunda sibuk sama pekerjaannya dan aku ngga mau nambahin beban beliau." Abila meraih tangan Rafka dan menggenggamnya. "Aku harap kamu ngerti maksud aku."

"Ck, terserah lo!." Rafka melempar raut wajah pasrahnya. "Tapi kalau hal itu ke ulang lagi dan bahkan lebih buruk dari hari ini. Kita harus lapor kepala sekolah. Ngerti?."

Abila tersenyum meringis, kedua lesung pipinya terlihat epic, menambah kesan manis dan lucunya gadis itu. Diam-diam dia bersumpah tidak akan membiarkan Rafka mengetahui kejadian serupa ini lagi karena tidak ada gunanya mengkhawatirkan hal itu.

"Siap, pak bos!." Abila mengangkat tangan kanannya, dan memberikan hormat di depan Rafka. "Kalau hal itu terulang lagi, kita lapor kepala sekolah." Jawabnya berbohong.

"Ngomong-ngomong..." Rafka terdiam sejenak. "Gue ikut gabung sama tim basket sekolah."

"Apa?." Bibir Abila terbuka, ia sedikit terkejut saat mendengarnya. "Wah, selamat ya. Aku tau kamu ngga akan nolak ajakannya Pak Edo buat gabung tim basket itu." Imbuh Abila, dan langsung memeluk Rafka dari samping.

Rafka tersenyum tipis, melihat sahabatnya itu juga ikut berbahagia untuknya.

"Ini mah, harus dirayain!." Abila menjerit, senang. "Nanti aku kasih tau Bunda dan kita semua pesen pizza! Yeeeyy!!."

"Iya-iya, Bawel!." Kata Rafka.

Bersamaan dengan itu, mereka telah sampai di perempatan jalan.

"Kita ketemu lagi nanti malam. Anak kecil, lo  hati-hati di jalan, ya." Rafka kembali buka suara.

"Kebiasaan! Aku udah gede tau!." Bibir Abila langsung mayun. Dia langsung kesal setiap kali Rafka memanggilnya anak kecil.

Tetapi hal itu rupanya menjadi hiburan tersendiri bagi Rafka yang memang suka menjaili Abila.

"Maaf-maaf, soalnya gue selalu lupa kalau lo udah gede." Kata Rafka, mengusap puncak kepala Abila. "Dah sana, kasian bunda nungguin lo kelamaan."

Abila mengangguk pelan, sembari membenarkan tas ranselnya. "Bye-bye, Rafka tiang listrik. Pulangnya jangan malem-malem!."

Di perempatan jalan itu, mereka berpisah.

Rafka bekerja paruh waktu di sebuah toko komik, setiap pulang sekolah. Sementara Abila, karena hari ini tempat kerjanya sedang libur, gadis itu pergi ke toko musik milik Ida, karena sudah berjanji akan membantu wanita itu untuk mengantarkan gitar pesanan salah satu pelanggan.

Setibanya Abila di toko milik Ida, rupanya wanita itu sedang ada urusan di luar. Jadi hanya ada mbak Nisa yang merupakan asisten Ida, yang menjaga toko itu.

Sesuai arahan Ida, Nisa memberikan gitar pesanan pelanggan itu kepada Abila untuk di antar.

"Maaf ya.... Abila. Mbak sampe harus ngerepotin kamu segala. Kalo aja mbak ngga harus ke bank hari ini, pasti mbak bisa nemenin kamu." Kata Nisa, saat memberikan gitar itu. "Kamu ngga apa-apa, kan? Kalo harus pergi sendiri?."

"Mbak tenang aja." Jawab Abila. "Abila bisa kok nganterin gitar ini sendirian." Imbuhnya.

"Ya udah, kamu hati-hati di jalan."

*

Abila perlahan berjalan di sepanjang trotoar, diam-diam ia menikmati hangatnya hari yang cerah dan tidak terlalu panas ini.

Rumah pelanggan yang akan ia tuju pun berada beberapa blok jauhnya dari danau sehingga pemandangan di sana cukup menyenangkan. Mata biru lentiknya tak sengaja tertuju pada dek di danau yang terisolasi pada waktu itu. Tidak ada seorang pun di sekitar dek itu, jadi Abila perlahan berjalan mendekatinya. Hanya untuk mencari sedikit hiburan.

Melihat sekeliling sekali lagi untuk memastikan bahwa tidak ada orang di sekitar tempat itu. Abila duduk di dek dan membuka ritsleting tas gitar yang ia bawa.

Lalu ia dengan hati-hati mengeluarkan gitar dan memposisikan benda itu di pangkuannya.

Abila tidak pandai bermain gitar, tetapi dia pernah diam-diam berlatih gitar di ruang karaoke di toko musik  Ida ketika tidak ada orang di ruang karaoke tersebut.

Abila suka bernyanyi ketika dia sedang sendirian, dan di tepi danau ini adalah tempat yang tepat untuk dirinya menyendiri. Gadis itu terlalu malu untuk bernyanyi di depan umum.

Bagaimana jika mereka-mereka tidak menyukai nyanyiannya? Bagaimana jika dia salah menyanyikan lagu itu? Pemikiran-pemikiran seperti itu kadang mengganggunya.

Jadi, Abila lebih suka bernyanyi ketika ia sedang sendirian dan dengan pikiran yang tenang.

Abila menarik napasnya dalam-dalam dan mulai bernyanyi sembari memainkan gitar  dengan lembut.

~"Di bawah langit yang cerah, aku menyanyikan sebuah lagu untukmu. Ketika menatap matamu, aku merasa sangat nyaman. Cintaku padamu sungguh nyata. Tapi, aku tak tahu kenapa kamu begitu jauh. Hatimu menjadi dingin. Dan perasaanmu tak kunjung terungkap. Tapi aku tetap bernyanyi untukmu dengan segenap cintaku, aku-~"

Gemerisik dedaunan membuat Abila terkejut dan dia dengan gugup menoleh ke sekelilingnya. Hal yang membuatnya kembali terkejut , Abila melihat sesosok tubuh tinggi keluar dari balik pepohonan.

"Zerga!." Cicit Abila lirih.

"Ck, sebelumnya gua mikir, siapa nih orang yang berani ganggu waktu tidur gua." Lelaki itu menyeringai. "Ternyata itu lu."

Abila benar-benar terkejut sekaligus takut, apalagi saat melihat seringain Zerga. Tangannya gemetar saat melihat lelaki itu. Kenangan tentang ciuman kemarin dan apa yang terjadi pagi ini, kembali terngiang-ngiang di kepalanya, membuat Abila merasa gugup.

Zerga berjalan mendekat dan berhenti tepat didepan Abila.

Gadis itu merasa seperti seekor tikus yang berhadapan dengan seorang raksasa saat melihat Zerga menunduk, melayangkan tatapan tajam ke arahnya.

"Temen cowo lo yang sok hebat itu ikut gabung ke tim basket gua hari ini." Kata Zerga. "Lo itu tahu, kan?."

Abila dengan sungguh-sungguh menganggukkan kepalanya. Jantungnya berdetak  kencang dan untuk sesaat, ia takut jika lelaki yang berdiri di hadapannya saat ini kembali menciumnya lagi seperti kemarin.

Bagaimana jika Zerga memang benar melakukan hal itu lagi?

"Suruh dia keluar dari tim basket sekolah!." Perintah Zerga.

Abila sedikit mendongak, terkejut dengan permintaan Zerga yang terlalu tiba-tiba.

"Lo bilang ke dia, kalau dia harus keluar dari tim basket. Dan nanti, gua akan larang temen-temen supaya ngga ngebully lo!." Lagi, Zerga kembali buka suara dengan penawaran yang menurutnya menguntungkan bagi Abila. "Lyoraa yang udah ngerusak loker punya lo, iya kan? Gua bisa nyuruh dia supaya berhenti gangguin lo, asalkan lo mau nurutin permintaan gua tadi! Gua mau si Rafka keluar dari tim! Ngerti?!."

"Nggak!."

Zerga berkedip karena terkejut dengan jawaban yang keluar dari mulut Abila.

Bahkan Abila juga terkejut dengan keberaniannya sendiri, tetapi ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya dengan lantang.

"Lo ngomong apa tadi?." Zerga berbisik dengan nada nya yang berbahaya.

"A-aku ngga akan minta Rafka keluar." Jawab Abila tergagap. "D-dia suka banget sama basket dan aku ngga  mungkin minta dia keluar."

Selama beberapa saat Zerga terdiam. Tiba-tiba dia menarik gitar dari tangan Abila.

"Eh, jangan di ambil!." Abila berdiri dan mencoba meraih gitar yang di angkat tinggi-tinggi oleh Zerga sampai diatas kepala lelaki itu, dan jauh dari jangkauan Abila. "Balikin gitarnya!."

Byurrr!

Zerga dengan santai melemparkan gitar itu ke danau yang membuat Abila merasa kecewa, takut sekaligus sedih.

"Kok kamu tega banget sih!." Abila mulai menangis.

"Kalo lu mau, ambil aja sendiri." Zerga mengejek, tanpa rasa bersalah. "Cepetan sana, ntar keburu tenggelam loh."

Abila mengusap air matanya. Gitar itu masih terlihat mengambang di danau, menuju ke arah bendungan yang deras.

Zerga menyeringai melihat keadaan Abila yang tidak berdaya.

Sementara itu, Abila berada dalam dilema, tetapi ia tidak punya pilihan lain.

Gadis itu dengan nekat, tiba-tiba menceburkan diri ke dalam danau yang dalam.

"Dasar cewe tol**!." Gumam Zerga. "Mau aja buang-buang waktu cuma buat ambil gitar murahan!." Sambungnya, hendak berbalik untuk pergi, tetapi dia melihat Abila terbatuk-batuk dan terlihat sepertinya akan tenggelam!.

"Anjink." Zerga mengumpat. Bergegas melepaskan kaosnya, sebelum akhirnya menyusul melompat ke dalam danau.

Abila berpikir bahwa air mungkin sudah memenuhi paru-parunya. Dan dia juga tidak bisa berenang, tetapi masih mencoba mendekati gitar yang terus menjauh darinya. Air yang dalam menariknya ke tengah-tengah danau dan dia kesulitan bernapas.

Kacamatanya juga melayang dan pandangannya menjadi kabur. Dalam keadaan itu, Abila berhasil memegang gitar, tetapi tenaganya telah terkuras.

"Apa aku bakal mati di danau ini?." Pikir Abila.

Tetapi tiba-tiba sebuah tangan meraihnya dan dengan paksa menariknya keluar dari genggaman air jahat itu. Masih memegangi gitar, Abila membiarkan orang yang menyelamatkannya menarik dirinya dari dalam air.

Begitu mereka mencapai tepian danau, Abila memuntahkan semua air yang masuk kedalam mulutnya.

"Eh, cewe aneh! Lu itu udah gil4 atau gimana sih, hah?!." Zerga berteriak pada Abila. Rambut hitamnya basah dan  dada bidang yang tel4nj4n9 terlihat memukau mata.

Keduanya benar-benar basah dan kedinginan saat ini.  Seragam Abila menempel didada Zerga, rambut panjang gadis itu yang basah juga menempel di tubuh Zerga. Tetapi Abila tidak dapat melihat apa pun dengan baik karena penglihatannya kabur.

"Kenapa lu mau-mau aja nyebur ke danau buat ngambil gitar murahan itu, hah?." Teriak Zerga, ia tidak ingin masuk penjara karena difitnah telah menenggelamkan gadis konyol ini.

Abila sedikit ketakutan mendengar suara benatakan Zerga yang keras didepannya.

"Ngomong! Jangan cuma diem dong." Bentak Zerga lagi.

"I-itu gitar punya tante Ida." Jawab Abila dengan gugup. "Tante Ida jual gitar itu ke orang. Dan gitar penjualannya buat modal usahanya lagi." Imbuh nya dengan suara lirih.

Abila mendongak, menatap Zerga dengan mata kecilnya yang berkaca-kaca. "Aku ngga mau biarin kerja kerasnya hilang sia-sia."

Untuk sesaat, Zerga terdiam karena terkejut. Sulit mengatakannya, tetapi bagi Zerga, Abila terlihat lebih cantik ketika tidak memakai kacamata. Gadis menjengkelkan itu punya mata yang sangat cantik.

Jika perasaan Zerga saat ini tidak kesal, pasti ia juga akan memuji wajah Abila yang manis. Pipinya sedikit chubby dan memerah, tetapi itu semakin mambuat Abila terlihat lebih polos dan jarang menemukan gadis secantik itu.

Zerga juga tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap bagaimana pakaian basah Abila memeluk sosoknya yang langsing.

Zerga berdehem. Sebagian dari dirinya ingin lebih memarahi gadis itu karena kecerobohannya, namun dirinya yang lain tahu kalau ini memang salahnya.

"Good!." Zerga menyeringai. "Lo bawa ini, trus pulang sana! Gua udah muak sama lo! Lagi pula gua juga lagi bad mood!."

Abila meraih gitar itu dan perlahan berdiri. Gadis otu masih tidak dapat melihat dengan jelas dan mulai berjalan kearah yang tidak karuan.

"Awas!." Zerga meraih pergelangan tangan Abila dan menarik gadis itu kearahnya.

Abila terkejut karena apa yang Zerga lakukan, wajahnya menabrak dada bidang Zerga. Membuat merasa malu, mengingat bahwa pria itu masih bertelanjang dada.

Abila bisa merasakan dada Zerga yang keras dan dengan cepat menarik tangannya, menahan diri agar tidak terus meraba dada Zerga.

"Lo mau mati lagi apa? Disitu ada danau, kocak!." Zerga kembali membentak. "Lo ngga bisa liat, ya?."

Abila menggelengkan kepalanya. "Aku ngga bisa liat tanpa kacamata." Jawabnya lirih.

Zerga mengumpat kesal.

"Ck, lu itu emang bener-bener ngeselin, ya."

Abila sedikit mengernyitkan dahinya, jelas Zerga yang mulai duluan, dia yang membuang gitarnya ke danau dan karena itu juga kacamatanya hancur!

Abila ingin mengatakan hal itu, tetapi ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya, tidak ingin membuat Zerga semakin kesal dan melakukan hal yang akan merugikannya lagi.

"Ada baju cadangan dimobil gua." Kata Zerga. "Dan gua juga bawa handuk dua. Untung aja gua tadi ngga latihan basket atau kalau ngga... mungkin lo sekarang ngga punya baju ganti." Lelaki itu menyeringai. "Gara-gara cowok lo, gua jadi males ikut latihan basket." Zerga melepaskan Abila dari pelukannya.

"Dia sahabat aku." Gumam Abila.

"Terserah." Zerga berjalan mendekati mobilnya dan membuka pintu kedua. "Gua jagain di luar. Lo bisa ganti didalem." Katanya lagi.

Abila merasa ragu dan menggelengkan kepalanya. 'ganti baju dimobil Zerga?.' Batin Abila, ia merasa malu.

"Lo mau jalan-jalan pake baju lo yang basah itu?." Zerga tersenyum mengejek.

Abila menunduk, melihat seragamnya yang benar-benar basah.

"Udah sana ganti baju!."

Abila menghela napasnya. Ia benar-benar tidak punya pilihan lain.

Abila perlahan menganggukkan kepalanya. Dan Zerga kemudian mengambilkan jaket dan celana olahraganya bersama dengan handuknya. Mempersilakan Abila masuk, sementara dirinya keluar dari mobil.

Untungnya jendela mobilnya berwarna sangat gelap sehingga sulit bagi siapa pun untuk melihat apa pun yang terjadi didalam.

Zerga berdiri di luar mobil, berusaha untuk tidak memikirkan betapa cantik gadis itu tanpa kacamatanya. Ia tidak pernah memperhatikan gadis itu sebelumnya, tetapi sekarang ia menyadarinya, sulit untuk melupakan paras Abila yang menawan.

Zerga berdiri sembari dengan iseng memainkan ponselnya dan membuka media sosialnya untuk mengalihkan pikirannya dari gadis menyebalkan itu.

Jari jemarinya berhenti sejenak saat melihat media sosial pak Eko yang memposting sebuah foto bersama dengan anggota tim yang baru.

Tatapan mata Zerga menyipit saat memperhatikan wajah Rafka di foto itu.

"Cowok sialan!." Umpat Zerga pelan. "Andai aja gua punya cara buat balas dendam ke nih orang."

Zerga tiba-tiba menyeringai, begitu sebuah ide tercetus di pikirannya. "Abila.." Gumamnya lirih.

Tuk! Tuk!

Abila mengetuk jendela. Zerga pun berbalik dan melihat Abila yang sudah mengenakan jaket dan celana olahraganya, gadis itu tampak lemah lembut dan bingung.

"Kamu bisa anterin aku pulang ngga?." Pinta Abila. "Aku mau ambil kacamata lamaku."

Zerga berdebat dengan dirinya sendiri untuk sementara waktu. Gadis ini bisa menjadi salah satu cara untuk menyingkirkan Rafka dari Sma Mahardhika untuk selamanya.

"Oke." Jawab Zerga langsung menyetujuinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!