Harin Adinata, putri kaya yang kabur dari rumah, menumpang di apartemen sahabatnya Sean, tapi justru terjebak dalam romansa tak terduga dengan kakak Sean, Hyun-jae. Aktor terkenal yang misterius dan penuh rahasia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Harin buru-buru memutar tubuh, mencoba kabur keluar lorong sempit itu. Namun tangan Hyun-jae lebih cepat. Dalam sekali tarikan, ia menarik tali tas delivery di punggung Harin hingga tubuh mungil itu oleng ke belakang, hampir jatuh. Gadis itu menjerit pelan, berpegangan pada dinding dingin marmer.
"Lepasin! Saya harus kerja, mas!" serunya gugup. Helmnya masih tertutup rapat, suaranya terdengar teredam. Pura-pura tidak kenal Hyun-jae. Kan kulitnya sudah dibikin kusam.
Hyun-jae menatapnya tajam. Lalu menariknya lebih dekat, membuat tubuhnya bersandar di dinding dan pria itu menguncinya dengan kedua tangannya.
Harin cepat-cepat memalingkan wajahnya ke arah lain, namun Hyun-jae tidak membiarkannya bergerak sedikit pun.
"Aku mengenalmu, Harin." suara itu rendah namun penuh tekanan.
"Ha-Harin? Siapa itu?" Harin masih pura-pura. Suaranya dia buat agar berbeda, namun tentu saja Hyun-jae tidak akan pernah tertipu. Tangan lelaki itu terangkat dan menyeka bedak yang menempel di wajahnya.
Hyun-jae terkekeh pelan menatap gadis itu lagi.
"Aktingmu tidak lebih baik dariku. Aku belum memberimu perhitungan dengan ciuman itu, sekarang kau membuat mobilku lecet." Harin cepat-cepat menutup mulut Hyun-jae dengan tangannya lalu menatap kiri-kanan.
Ia baru bisa bernafas lega setelah melihat tidak ada orang sama sekali yang melewati lorong itu.
"Oppa, tolong jangan bahas ciuman lagi. Aku bener-bener nggak sengaja semalam, suer." bisiknya menahan malu. Hyun-jae tersenyum miring. Ia melepaskan tangan Harin yang masih menutupi mulutnya.
"Bagaimana dengan mobilku? Kau berniat lari dari tanggung jawab?" katanya. Awalnya dia tidak peduli dan tidak ingin memperpanjang masalah, tapi karena pelakunya adalah Harin, dia malah menjadi semangat mencari-cari kesalahan gadis itu. Karena menurutnya menyenangkan.
Harin tertunduk.
"Aku ... Aku ... Kalau punya duit aku nggak bakal lari dari tanggungjawab, tapi karena gak ada duit ya jadi khilaf. Mobil oppa terlalu mahal, aku mana sanggup bayarnya. Tinggal aja sekarang aku numpang." ucap gadis itu jujur. Sesekali ia mendesah berat. Sifatnya apa adanya justru makin menarik di mata Hyun-jae.
"Eh, ngomong-ngomong, oppa kok ada di sini? Kebetulan banget! Mana hari pertama aku kerja lagi." Harin baru sadar setelah sekian menit.
Hyun-jae yang gemas, tidak tahan mencubit pipinya. Tapi tanpa senyum, membuat Harin bingung apa artinya mencubit pipinya. Yang pasti dia malu banget sekarang.
"Oppa, bisa nggak oppa nggak nagih hutang masalah lecetin mobil oppa dulu? Aku beneran belom ada uang sekarang. Lihat aja kerjaan baru aku, cuma jadi tukang antar makanan." ucap Harin dengan nada yang agak manja. Bukan karena dibuat-buat, tapi dia memang tipikal gadis yang manja.
Hyun-jae kembali menatap penampilan Harin dari atas ke bawah. Sangat tidak cocok penampilannya kalau jadi kurir makanan. Apalagi tahu benar wajah aslinya secantik apa.
"Kau benar-benar bekerja jadi pengantar makanan?
Harin mengangguk. Hyun-jae yang tidak yakin. Sehari kerja saja dia sudah bikin lecet mobil orang, bagaimana kalau seminggu, sebulan, atau bahkan setahun? Kalau menurut Hyun-jae tipe-tipe perempuan manja dan ceroboh seperti Harin ini lebih baik menikah saja dengan laki-laki kaya yang bisa mengurusnya dan menjadi ibu rumah tangga, mengurus anak-anak mereka, daripada harus kerja seperti ini. Laki-laki kaya yang bisa mengurusnya itu seperti ...
Hyun-jae menggeleng pelan.
Apa yang kau pikirkan Hyun-jae?
Ia cepat-cepat membuag jauh-jauh pikiran anehnya itu. Bisa-bisanya dia masih sempat memikirkan hal itu.
Sementara itu, wajah Harin panik ketika mendengar bunyi langkah kaki. Ia reflek menarik Hyun-jae ke tempat yang lebih tersembunyi. Raut wajahnya seperti orang yang takut ketahuan mencuri.
Harin menarik tangan Hyun-jae, menyeretnya ke balik pintu samping yang sedikit terbuka. Di ruangan sempit itu, nyaris tanpa cahaya, tubuh mereka otomatis berdempetan. Harin bisa merasakan degup jantungnya berpacu tak karuan, sementara napas Hyun-jae berhembus tepat di wajahnya.
Ya ampun ...
Harin menunduk cepat, kedua pipinya panas sekali. Posisi ini benar-benar bikin malu. Hidungnya hampir menyentuh dada bidang Hyun-jae, dan ketika ia mendongak sedikit saja, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.
Hyun-jae mengangkat sebelah alisnya, menatapnya lekat-lekat.
"Kenapa kau yang panik? Bukannya aku yang harusnya kesal karena mobilku lecet?" bisiknya pelan, suaranya dalam dan menekan, tapi entah kenapa ada nada menggoda.
Harin menelan ludah.
"Kalau ketahuan aku di sini sama oppa, dunia perdrakoran pasti bakal heboh. Oppa kan aktor terkenal. Nanti nama baik oppa jadi buruk, aku yang di salahin. Gimana dong?" suaranya berbisik pelan sedikit bergetar, menjelaskan, meski matanya menghindar.
Hyun-jae menunduk lebih dekat, sampai kepala Harin nyaris menyentuh dagunya. Terlalu dekat, terlalu menempel, dan terlalu ... Meresahkan.
Harin menunduk semakin dalam, ingin sekali menghilang dari posisi yang membuat darahnya berdesir begitu cepat. Kedua tangannya mengepal di samping tubuh, tapi tak berdaya karena ruang sempit membuatnya seolah terperangkap dalam kurungan yang diciptakan Hyun-jae.
"Apa aku terlihat peduli dengan gosip?" suara pria itu rendah, nyaris berbisik, tapi mampu membuat bulu kuduk Harin meremang.
"Aku lebih peduli denganmu sekarang, peduli menagih hutangmu karena membuat mobilku lecet."
Kata-kata itu membuat Harin menahan napas. Ia mengangkat wajahnya perlahan, hanya untuk menemukan mata Hyun-jae menatap lurus padanya, intens, seolah membaca isi hatinya.
Jangan lihat aku kayak gitu.
Gumam Harin pada dirinya sendiri, ia gugup, pipinya semakin merah.
Hyun-jae tersenyum samar, tidak segera mundur. Justru tangannya bergerak, menyibakkan sedikit poni Harin yang menempel di keningnya karena keringat. Sentuhan singkat itu membuat tubuh Harin menegang. Tangan kiri gadis itu memegangi helm kuat-kuat, sedikit meremasnya.
"Kenapa kau gemetar? Karena aku berdiri terlalu dekat?" ucap Hyun-jae dengan nada menggoda.
Harin buru-buru menoleh ke samping, berusaha mengalihkan diri.
"Aku ge-gemetar karena takut ketahuan, iya!" kilahnya cepat.
Hyun-jae terkekeh pelan, suara tawanya teredam di ruangan gelap itu.
"Alasan yang manis."
Suasana jadi semakin senyap, hanya terdengar napas mereka berdua yang saling bertabrakan di udara sempit. Harin merasa dadanya sesak, bukan karena tak ada oksigen, tapi karena jarak yang terlalu dekat membuatnya tak bisa berpikir jernih.
"Sekarang katakan, bagaimana kau akan membayarku?" nada suara Hyun-jae rendah sekali.
"Hah?"
Harin mendongak ke pria itu. Udah tahu dia lagi apes gak punya duit, malah minta di bayar. Kakaknya Sean emang kebangetan dinginnya. Dia harus mikirin cara.
Begitu tidak terdengar suara langkah kaki lagi, Harin menggunakan kesempatan tersebut mendorong keras tubuh Hyun-jae dan lari terbirit-birit meninggalkan sang aktor.
ketahuan kamu Luna ...😁😂😂
tunggu aja kalo udh ketauan semuanya lenyaplah kamu dari muka bumi 🤣🤣