Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….
===========
“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11 ~ Masa Lalu
Bab 11
Zahir memukul stir mobilnya karena kesal. Terlalu rumit urusan pribadinya juga masalah di kantor. Ingin menunjukan eksistensi agar bisa dilirik dan berpeluang besar untuk naik jabatan, Zahir dengan sengaja menemui salah satu direksi.
Kenyataan yang dia dengar membuat jalannya agak sulit untuk menempati kursi kepemimpinan.
“Sepertinya Pak Indra akan menunjuk keluarganya untuk kursi direktur, karena pada akhirnya orang itu akan menggantikan beliau menjadi presdir. Siapa orang itu tidak ada yang tahu, mungkin juga asistennya. Asistennya yang sekarang cukup handal. Bagus kamu punya ambisi, tapi menikahi putri pemegang saham tidak akan memuluskan rencanamu. Keluarga Daswira masih pemegang saham terbesar.”
“Keluarga Pak Indra, siapa kandidatnya?”
“Kedua anak Indra itu perempuan, salah satunya tidak bergelut di dunia bisnis dan satunya sudah menempati anak cabang di Surabaya. Ada gosip, Pak Indra memiliki anak laki-laki yang masih dirahasiakan. Entahlah, tapi kalau itu benar bisa dipastikan sainganmu berat.”
Mengingat percakapan itu, Zahir kembali emosi. Ia menarik ikatan dasi ke kerah kemejanya yang terasa mencekik.
“Si4l,” pekik Zahir.
Ponselnya bergetar, nama sang kekasih muncul di sana. Sudah menyanggupi akan menikah, ia pikir bisa meloloskan rencana dan mendukungnya. Nyatanya rencana itu, kurang efektif. Belum lagi urusan Adel yang mendesaknya dengan tanggung jawab dan ia belum ada waktu untuk menjelaskan tanggung jawab yang dimaksud.
“Siapa anak haram pak Indra, aku tidak boleh kalah dengannya.”
Zahir belum menjalankan mobilnya, tampak memikirkan sesuatu.
“Bunda, dia pasti bisa bantu aku.”
Di tempat berbeda, Abi sudah berdiri di depan unit apartemen. Menekan bel berkali-kali, tanpa henti. Tidak lama pintu pun terbuka, Kemal berdiri bersedekap dengan raut kesal.
“Padahal udah tahu passcodenya, kenapa harus tekan bel.”
“Sengaja,” ucap Abi memasuki unit apartemen mewah milik Kemal. Langsung menghempaskan tubuhnya di sofa dan berbaring di sana.
Kemal berdecak melihat kelakuan sahabat sekaligus tamunya malam ini. Ia mengambil tablet lalu menempati sofa tunggal.
“Kayaknya capek banget hari ini,” ejek Kemal. “Masih sanggup jadi OB? Nggak usah pake jadi mata-mata, langsung aja terima permintaan Pak Indra.”
“Perasaan lo laki, tapi cerewet.” Abi pun beranjak duduk dan bersandar. Menerima tablet yang disodorkan oleh Kemal.
“Mau cari apaan sih?”
“Nggak usah kepo.”
Abi sibuk dengan tablet milik Kemal, sesekali ia mengernyitkan dahi lalu mengeluarkan ponselnya untuk mencatat sesuatu.
“Zahir, udah senior juga ya," cetus Abi.
“Hmm.”
“Belum nikah dia?” tanyanya.
“Entah, gue nggak penasaran dia menikah atau belum. Lebih penasaran sama karyawan yang baru diangkat. Namanya … Adelia Inka. Iya, Adel.”
“Bangk3, lo ngeledek gue.” Abi mengambil bantal sofa di sampingnya lalu melempar pada Kemal yang berhasil menangkap lalu tergelak.
“Memang kurang info dari gue tentang Adelia Inka?”
“Bukan itu, gue bukan cari tentang Adel.” Abi fokus pada layar tablet lalu meletakkan di atas meja.
Sebenarnya Abi mencari informasi jadwal Zahir yang melibatkan dengan timnya, yaitu Adel. Entah mengapa ia begitu penasaran. Kasihan atau perasaan, entahlah. Abimanyu pun tidak mengerti.
Menyandarkan kepala lalu menatap langit-langit ruangan, tidak lama ia mengusap wajahnya. Ada perasaan tidak nyaman di dadanya saat mengingat wajah sendu Adel mendengar penuturan Zahir dan menolak untuk turun bersama.
Yang dia tahu Adel biasa ceria. Diantara para staf perempuan di divisi marketing, perempuan itu paling menggemaskan menurut Abimanyu. Senyumnya semakin menarik dengan penampilan gigi gingsul. Gaya berpakaian selalu tampak rapi dan bersahaja, tidak terlihat seksi apalagi centil.
Katakanlah Abi lebay saat hatinya mengatakan Adel bak bidadari ketika pertama kali datang sebagai karyawan magang, dengan santun menegur dirinya dan mengajak berkenalan.
“Zahir minta waktu bertemu Pak Indra,” seru Kemal menyadarkan Abi dari lamunan tentang Adelia Inka.
“Apa urusannya sama gue, lo yang asisten beliau.”
Terdengar tarikan nafas Kemal. “Nama Zahir ada di kandidat calon direktur dan yang gue perhatikan sepertinya dia berminat dan ambisi. Lo rela Zahir akan gantikan Pak Indra. Saat dia tempati posisi direktur, para pemegang saham juga direksi akan berpihak padanya. LO pasti paham akan seperti apa kedepannya.”
Abi menegakan punggung lalu mengusap dagu.
“Lo siap terima kenyataan kalau lo sebenarnya ….”
“Nggak,” sahut Abi menyela ucapan Kemal lalu beranjak dari sofa. “Ada makanan apa, gue lapar.”
Kemal hanya menghela nafas dengan sikap Abimanyu.
“Gue serius, Abimanyu.”
“Gue juga serius. Lapar dan ngantuk. Pesenin pizza, ada kamar kosong 'kan. Gue mau tidur disini ya,” teriak Abi.
***
“Pagi, bunda,” sapa Zahir menyapa ibunya bahkan mencium pipi wanita itu.
“Kalau kamu datang sepagi ini, pasti ada maunya.”
Zahir hanya tersenyum lalu duduk di seberang sang Bunda yang siap untuk sarapan.
“Sudah sarapan?”
“Belum, tapi aku cukup kopi saja.”
Ibunda Zahir memanggil asisten rumah tangga dan mengarahkan untuk membuat kopi.
“Bunda setuju dan restui kamu menikah, jadi ada masalah apa lagi?”
Zahir tersenyum lalu mendekatkan tubuhnya ke meja makan
“Aku bukan hanya butuh restu Bunda, tapi aku akan menikah secepatnya.”
“Secepatnya?” Zahir mengangguk masih dengan wajah tersenyum.
“Kekasihmu hamil?”
Kali ini Zahir kembali bersandar dan malah terkekeh.
“Kita kesampingkan dulu masalah pernikahan, Bunda hanya perlu temani aku dan restui kami. Ada hal lain yang lebih penting.”
“Apa lagi yang penting bagimu, selain Digital Solution.”
“Aku mengikuti jejakmu, dulu pun Digital Solution adalah hal paling penting di dunia ini. Bantu aku, Bun. Rekomendasikan aku pada Pak Indra Daswira.”
Sendok di tangan Ibunda Zahir pun terlepas dan menimbulkan suara saat menyentuh piring.
“Temui Pak Indra dan pastikan aku menempati posisi direktur. Masa lalu kalian pasti penuh arti, meski kalian tidak pernah menikah.”
“Zahir, itu masa lalu dan bunda tidak ingin ….”
“Harus! Bunda harus bantu aku.”
Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan elegan itu memandang ke arah lain dengan tatapan nanar. Sepagi ini ia malah dikejutkan dengan keinginan sang putra yang membahas lagi masa lalunya.
“Anggap saja usaha bunda kali ini sebagai penebus dosa. Dosa karena masih berhubungan dengan Indra meski sudah bersama Ayah dan melahirkan aku.”
“Zahir ….”
“Aku tunggu hasilnya.” Zahir pun beranjak dan pergi, tanpa mendengar keluhan dan penolakan dari wanita yang sudah melahirkannya.
Bunda Zahir -- Murni Sari, pernah menjadi sekretaris mendampingi Indra cukup lama. Bahkan tahu bagaimana perkembangan perusahaan. Bukan hanya profesionalisme kerja, ia juga memiliki hubungan terlarang dengan Indra yang saat itu sudah menikah. Bahkan saat Murni menikah pun hubungan mereka masih berlanjut.
Saat Zahir remaja dan suaminya mengetahui ternyata dibalik profesionalisme kerja Murni, ada urusan lain. Rumah tangga mereka pun mulai tidak harmonis. Murni memilih resign, tapi hubungan mereka masih berlanjut.
Ayah Zahir meninggal karena kecelakaan, Murni sempat tinggal di luar kota bersama Zahir. Hidup dengan warisan suaminya dan juga apa yang dia dapatkan dari Indra selama ini. Sampai akhirnya saat Zahir dewasa ia menghubungi Indra untuk merekomendasikan putranya. Tidak menduga kalau sang putra ternyata berambisi besar.
“Zahir, maafkan bunda. Jangan khawatir, bunda akan lakukan yang terbaik untuk kamu.”
siap siap aja kalian berdua di tendang dari kantor ini...
hebat kamu Mona, totally teman lucknut
gak punya harga diri dan kehormatan kamu di depan anak mu
kalo perlu zahir nya ngk punya apa " dan tinggal di kontrakan biar kapok
sedia payung sebelum hujan