Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralia melupakannya. Namun, takdir membencinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34: Cerita MASA Lalu
Andralia telah mendengarkan penjelasan Lucian tentang penandaan yang terjadi dengan Zavyerol.
"Kata Lucian, Zavyerol ini adalah Iblis, namun dia bukan Iblis yang sama dengan Lucian ataupun Iblis yang lain. Zavyerol seperti wadah yang menyimpan kutukan ratusan tahun. Aku masih tidak mengerti maksudnya. Tapi, Lucian terlihat tidak nyaman saat membicarakan itu" Andralia melirik ke arah Lucian yang kembali di kursi kerjanya.
"Dan istri Zavyerol, adalah seorang Iblis. Namun, kastanya jauh di bawah Lucian dan Zavyerol. Saat penandaan itu terjadi, insting Zavyerol sebagai Iblis bangkit. Dia tidak bisa mengendalikan insting itu, hingga membuat Istrinya tersiksa sebelum mereka menikah dan berujung kebobolan" Andralia menyeruput tehnya perlahan.
"Kalau begitu, Lucian pasti bisa menahan instingnya sebagai penanda, karena dia memanglah Iblis murni" Andralia kembali menoleh ke arah Lucian.
Bertepatan, Lucian juga melihat ke arahnya. Lucian tersenyum dan menghela napas. "Keningmu berkerut. Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Lucian.
Andralia meletakkan cangkir tehnya di meja perlahan. Dia melihat ke arah kuku jarinya yang berkutek merah jambu. "Lucian, aku pernah membaca sesuatu tentang sejarah Kerajaan Erundil" dia kembali menatap ke arah Lucian.
"Lalu?" tanya Lucian.
"Ya, jika kau Iblis murni, harusnya kau bisa menahan insting protektifmu" lanjut Andralia.
Lucian terlihat berpikir. Dia menempelkan dagunya pada punggung tangannya di hadapannya.
"Itu memang benar. Tapi, aku belum siap" jawab Lucian.
"Kenapa kau belum siap? Ini juga demi Kerajaan ini, bukankah kau sendiri takut jika dirimu mengkhianatiku?" tanya Andralia.
Lucian meringis lebar. "Ya, lalu.... bagaimana jika kamu meninggalkanku setelah penandaan? Aku tidak bisa hidup dengan tenang" ucap Lucian karena berada dipihak yang dirugikan saat penandaan.
"Baiklah, jika kamu memaksa, bagaimana jika kita menjalin hubungan yang saling menguntungkan? Tidak ada pihak yang dirugikan, ataupun pihak yang khawatir ditinggalkan?" Lucian kembali berdiri, berjalan ke arah meja piknik Andralia. Dia duduk di atas meja itu, berdekatan dengan guci teh Andralia.
"Kamu adalah sosok yang cantik, sayang" Lucian membelai pipi Andralia dengan lembut.
"Aku sungguh beruntung karena menjadi suamimu, aku tidak pernah rugi sedikitpun. Tapi, sangat tidak adil jika kamu di masa depan nanti meninggalkanku" Lucian mengusap ubun-ubun Andralia dan merapikan pin rambut Andralia.
"Aku akan menandaimu, jika kamu mau memiliki anak denganku" ucap Lucian meringis lebar. "Dengan begitu, kamu juga tidak akan meninggalkanku. Adil bukan?" balas Lucian.
Andralia menepis tangan Lucian. Keningnya kembali berkerut. "Aku masih berusia 19 tahun" ucap Andralia.
Lucian masih tersenyum lebar sambil mengusap punggung tangannya. "Aku juga masih 21 tahun~" jawab Lucian.
"Tapi kau laki-laki. Yang hamil itu aku. Kau mana tau rasanya orang hamil dan melahirkan!" Andralia merasa geram dengan mulut Lucian yang enteng.
"Tidak apa-apa, sayang.... Ini juga demi kelangsungan Kerajaan Erundil. Kerajaan Erundil membutuhkan pewaris~" Lucian mengangkat kedua tangannya setinggi bahunya. Dia berniat main-main dengan Andralia. Namun, Andralia memberikan respon yang serius.
Andralia membekap bibirnya perlahan. Dia berfikir, karena inilah tujuan mereka menikah. Untuk kelangsungan Kerajaan Erundil. Tapi, semakin dipikir, semakin membuatnya kesal. Lucian sungguh licik. Dia tidak mau rugi sendiri.
"Ah, jadi... kau mau membuat anak sebagai jaminanku agar tidak meninggalkanmu, gitu?" Andralia mencubit paha Lucian dengan keras.
"Aduh! Maaf! Bukan gitu! Cuma saja, bagaimana jika penandaanku hanya membuatmu menderita, sayang?" Lucian duduk di sebelah Andralia dan mendekap tubuh kecil Andralia.
Kening Andralia masih berkerut. "Apa hubungannya memiliki anak dengan penandaan?!" Andralia menyikut perut Lucian untuk tidak memeluknya.
Lucian meringkuk karena sikutan keras itu. "Yah... dengan begitu, aku sungguh akan melindungimu dan anakku juga. Jadi, kamu tidak perlu khawatir aku akan melukaimu saat suatu hal buruk terjadi padaku"
Tangan Andralia memegang kepala Lucian tiba-tiba. Dalam pikiran Lucian mungkin Andralia akan mengusap kepalanya. Sayangnya, "GRRT!" Andralia malah menjambrak rambut Lucian.
"ADUH!"
"Hal buruk apa yang akan terjadi?" Tanya Andralia.
Lucian meringis kesakitan. "Tidak, hanya berjaga-jaga saja. Karena aku berada di Erundil, aku tidak bisa membuang energi sihirku sembarangan. Jadi, aku takut menyerangmu, sayang..." jelas Lucian.
Andralia melepaskan jambarakan itu, dan dia mengusap kepala Lucian dengan pelan meski agak kasar. "Kurasa, aku akan baik-baik saja. Aku memiliki sihir juga" ucap Andralia.
Lucian tiba-tiba terdiam. Dia duduk di sebelah Andralia dan menempelkan kepalanya di bahunya.
"Jika pemilik sihir Tetes Matahari hamil, kamu tidak bisa menggunakan sihirmu lagi. Saat masa itu, kamu sungguh hanyalah manusia biasa, sayang" Lucian merangkul pinggang Andralia dengan pelan.
Andralia baru mengetahui hal ini. Dia menoleh ke arah Lucian. Sambil menahan tangan Lucian di pinggangnya.
"Apa maksudmu?" Tanya Andralia.
Lucian menenggelamkan wajahnya pada bahu Andralia. "Kamu sangat benci jika aku berbicara tentang Erundil" lirih Lucian.
"Apa hubungannya dengan dia? Katakan padaku!" Andralia menarik pipi kanan Lucian untuk menceritakannya.
Lucian semakin memeluk Andralia. "Sebenarnya, Erundil pernah mencintai seorang pria. Saat itu, dia seusiamu. Dia baru mengenal laki-laki, namun dia tidak pernah melihatku sebagai laki-laki. Setiap malam, Erundil selalu keluar. Dia tidak pernah mengatakan padaku siapa pria yang dia temui, dia hanya berkata,-"
MASA LALU ERUNDIL DAN CHAIDEN AGHA.
"Aku mencintainya" ucap seorang gadis berambut emas berusia 19 tahun kepada teman laki-laki sebayanya.
"Dia sungguh Pria yang baik! Kamu tau! Dia bahkan mengajakku ke tempat hiburan! Lihat! Dia membelikanku kalung ini!!! Cantik, bukan???!"
Mata biru langit gadis itu berbinar saat menunjukkan kalung emas pada temannya di hadapannya, Chaiden Agha.
Chaiden Agha menyembunyikan rasa cintanya. Dia selalu terluka setiap kali melihat raut bahagia Erundil itu, tidak berasal darinya namun dari pria lain.
Chaiden tersenyum lebar, dia menunjukkan wajah bahagianya, namun tidak dengan hatinya. "Aku selalu memberikan banyak perhiasan untukmu, namun kamu tidak pernah sebahagia ini"
"Aku sungguh mencintainya. Nanti malam, kami akan bertemu lagi. Tolong rahasiakan ini ya, Tuan Tanah!"
Erundil adalah gadis yang ceria. Chaiden Agha sungguh tidak menduga hal buruk tiba-tiba menimpa Erundil. Erundil pulang di pagi hari dalam keadaan berantakan. Bahkan, gaun cantik kesayangannya itu menjadi lusuh.
"Erundil... kamu kenapa?" Chaiden Agha khawatir dengan keadaan Erundil yang berantakan. Tangannya ditampis oleh Erundil.
Aroma alkohol dan amis asing tercium dari tubuh Erundil.
"Jangan menyentuhku. Aku kotor!"
Erundil menjadi pendiam sejak saat itu.
KEMBALI KE MASA KINI
"Dia mengalami gejala mual setiap kali akan makan ataupun dilewati oleh prajurit yang berkeringat. Karena hal itu, rumor Erundil hamil menyebar dengan cepat diantara para Iblis" Lucian memainkan jari jemari Andralia.
"Aku sungguh kasihan padanya. Aku sudah berusaha menutupi rumor itu. Namun, hanya bertahan selama lima minggu"
Andralia masih mendengarkan Lucian bercerita.
"Erundil tidak bisa lagi mengeluarkan sihirnya. Namun, dia adalah orang yang tak mengenal lelah. Dia berusaha mengeluarkan sihir, hingga dia pingsan di hadapanku"
"Dan saat itu juga, aku mendengar dari tabib, jika Erundil hamil usia 6 minggu"