Duda Tampan , Tetangga Baru Ku

Anggia memalingkan mukanya , tidak sedikitpun ada keinginan untuk melihat anaknya yang sudah ia perjuangkan antara hidup dan mati itu.

Bagas menatapnya sendu , " Nggi....lihatlah , putra kita sangatlah tampan ".

" Singkirkan dia dari tubuhku Sus ". Anggia mengabaikan Bagas. , Ia benar- benar tidak mau melihat bayi itu.

Biarkan saja Bagas mengira ia ibu yang jahat , ini ia lakukan demi masa depannya. Jika ia melihat bayi itu pasti hatinya akan luluh, dan bisa dipastikan juga ia tidak akan tega buat meninggalkan bayi itu.

Anggia sedari awal memang tidak berniat untuk merawat bayi itu , ia harus mengejar mimpinya menjadi istri Arshaka....bayi itu akan menghambatnya.

Bisa dikatakan Anggia serakah , ia ingin jadi Istrinya Arshaka tetapi ia juga tidak ingin kehilangan Bagas , laki - laki yang penuh perhatian dan yang ia cintai pula.

" Nggi , kamu tidak ingin lihat buah cinta kita ?". Bagas kembali merayu Anggia.

" Kalau kamu menginginkannya bawa dia Gas , rawat dia ".

" Kamu tidak mau merawat anak kita ?".

" Tidak , kamu saja...kalau kamu menolak, aku bisa menitipkannya di panti asuhan ".

" Kamu tega Nggi , bagaimana aku merawatnya sendirian, sedangkan aku juga bekerja Nggi ?".

" Kamu berhenti kerja atau kamu cari orang buat membantu kamu buat merawatnya , tenang saja , aku yang akan menanggung semua biayanya ".

Gampang sekali mulutnya berbicara seperti itu , aku yang bekerja saja masih di hina sama Papa kamu , apalagi aku jadi pengangguran terus di biayai oleh kamu Nggi....makin di injak harga diriku...

Bagas hanya bisa marah dalam hatinya , tangannya mengepal agar tidak sampai melepaskan amarahnya pada Anggia , jujur ia memang bodoh , masih mencintai wanita yang jelas tidak menginginkannya menjadi suami wanita itu.

" Nggi , menikahlah dengan aku , kita rawat anak kita bersama , aku janji akan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan kamu dan anak kita ".

" Aku tidak bisa Gas....kamu tau kan , siapa ingin aku jadikan suamiku ".

" Keluarlah Gas , aku ingin istirahat......kita bicarakan lagi nanti "

Dengan langkah pelan, Bagas pun keluar dari ruangan inap Anggia. Sampai saat ini ia masih leluasa menemui Anggia, karena Pak Hendrawan belum datang ke rumah sakit di mana Anggia melahirkan, mungkin Pak Hendrawan tidak ada niat buat menjenguk putrinya itu.....karena ia juga tidak mengharapkan cucu yang di nadinya mengalir darah Bagas.

*

*

Arshaka mulai waspada , ia tau ada yang ingin tau tempat tinggalnya . Saat sampai di kampus pun ia melihat mobil yang waktu itu mengikutinya itu terpakir tak jauh dari kampus.

" Ck...penjahat amatir , mereka sudah kepergok aku kemaren , tapi masih mencobanya lagi dengan mobil yang sama pula ". Arshaka bukannya takut tapi malah tertawa lirih.

" Hanya orang bodoh yang mau menyewa mereka ". gumam Arshaka sambil menggelengkan kepalanya.

Kali ini ada ide gila yang melintas di otaknya. Selesai mengajar di kelas lain , ia sengaja mendatangi kelas Sila.

Seisi kelas tentu saja kaget , bukankah tidak ada jam ngajarnya Pak Arshaka.

" Maaf menganggu , saya mau perlu sama Aysila ". ucap Arshaka membuat semua mata menatap ke arah gadis itu.

Mulai lagi nih , si Duda mau buat masalah buat hidup gue...... Sila terpaksa memasang wajah polosnya.

" Sila , nanti sebelum pulang ke ruangan saya sebentar , ada tugas tambahan buat kamu ". perintah Arshaka membuat Sila bingung .

Tugas apaan coba....bukannya sudah selesai semua , ngaco nih Dosen ..

" Iya Pak ". pada akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Sila , ia tidak jadi protes.

Begitu Arshaka pergi, Nindi berdiri dan mendatanginya.

Apa gue bilang, si ular keket panas nih...gue lagi jadi yang jadi sasaran....

" Mau apa ?" Tanya Sila ketus.

" Elo pake pelet apa sampai Pak Shaka sampai nyamperin elo kemari?". tangannya bersedekap , seakan menatap rendah Aysila.

" Pelet ikan ". jawab Sila asal , seisi kelas langsung tertawa.

" Cih...sok alim , gue rasa elo sudah menyerahkan badan elo kan , dasar jalang ".

Sila masih tetap tenang meski kedua sahabatnya sudah ingin menimpali Nindi.

" Jangan fitnah Nindi , elo bisa kena pasal pencemaran nama baik , bukan gue tapi Pak Shaka yang secara tidak langsung kamu tuduh sebagai laki - laki yang doyan jajan ".

" Gue ingetin kalau elo lupa , di ruangan ini banyak cctv , jadi bukti bisa di dapat dengan mudah bukan ".

Jleb....mulut Nindi langsung bungkam , mengapa ia melupakan hal itu.

" Bagus sekali jawaban elo Sil....si Nindi langsung kena mental ". bisik Kinar

" Oh ya , biasanya yang mengatai itu yang melakukannya , atau jangan - jangan itu pekerjaan sampingan elo Nin ".

" Jaga mulut lo Sil !!".

" Elo juga , punya mulut harus di jaga , kalau tidak bisa mengatakan yang baik - baik mending diam deh ". ucapan Sila yang terakhir langsung mendapat tepuk tangan meriah dari teman- teman kelasnya , terkecuali Nindi dan cs nya.

Dengan kesal Nindi kembali ke tempat duduknya.

" Kira - kira ada tugas apa ya Sil , kok cuma kamu aja , gue enggak?" tanya Chika.

" Gue aja enggak tau , elo malah nanya gue Chik....Pak Duda cuma mau bikin gue dalam masalah , gue rasa begitu ".

" Jangan berfikiran buruk dulu Ay , siapa tau bukan tugas tapi malah mau di ajak kencan , gue juga mau kayaknya ." ucap Chika lagi.

Semoga bukan masalah besar , Pak Shaka terlihat sangat serius tadi.

" Iya Neng Chika, terima kasih atas wejangannya ".

" Sama - sama cantik ". Jawan Chika, mereka pun terrawa bersama .

Bersambung....