Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak di Kota Hilang
Perpustakaan Abadi akhirnya mereda dari hiruk-pikuk pertempuran. Rak-rak yang runtuh diperbaiki oleh cahaya penjaga, dan udara di dalamnya kembali jernih. Liang Shen berdiri di hadapan Penjaga Perpustakaan, masih merasakan gema dari ujian yang baru ia lalui.
Penjaga itu menatapnya dengan mata setajam bintang. “Ujian pertama membuka pintu hatimu. Kini kau harus berjalan di dunia luar, sebab jawaban tak semua ada di sini.”
“Dunia luar…?” Shen bertanya.
Penjaga mengangguk. “Ada sebuah kota yang telah hilang dari peta manusia—Kota Hilang Fengdu. Di sana, jejak naga dan rahasia Sekta Bayangan saling bersilangan. Jika kau ingin memahami takdirmu, pergilah ke sana.”
Shen menelan ludah. Nama itu terasa asing, namun mengandung hawa dingin. Lin Feng yang masih lemah bangkit dari duduknya. “Kalau Shen pergi, aku juga ikut. Aku tak akan membiarkannya menghadapi bahaya sendirian.”
Mereka berdua akhirnya meninggalkan perpustakaan, dengan pedang naga berdenyut tenang di sisi Shen. Jalan setapak membawa mereka menuruni lereng gunung, melewati hutan berkabut yang penuh dengan suara aneh. Burung hitam dengan mata merah terbang rendah, seolah mengawasi setiap langkah mereka.
“Sekta Bayangan pasti tahu kita masih hidup,” kata Lin Feng dengan waspada. “Perjalanan ini takkan mudah.”
Shen hanya mengangguk, matanya menatap lurus ke depan. Dalam dirinya, semangat setelah melewati ujian pertama masih membara.
Dua hari perjalanan kemudian, mereka tiba di lembah luas yang dipenuhi reruntuhan. Batu-batu hitam menjulang, sebagian retak dan dipenuhi lumut. Di kejauhan, bayangan bangunan megah tampak samar, seolah kota itu sendiri berada di antara dunia nyata dan mimpi.
“Kota Hilang Fengdu…” Shen berbisik.
Begitu mereka melangkah masuk, hawa dingin langsung menyelimuti tubuh. Suara-suara samar terdengar, seperti bisikan dari roh yang sudah lama mati. Lin Feng merapatkan jubahnya. “Tempat ini… bukan kota biasa. Seperti dipenuhi arwah yang belum bisa tenang.”
Saat mereka menjelajahi jalan-jalan kosong, Shen merasakan aura yang sama dengan pedangnya. Di dinding reruntuhan, ukiran naga muncul samar, bercahaya saat ia mendekat. Seolah naga Longyuan sendiri meninggalkan jejaknya di kota ini.
Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Dari balik reruntuhan, bayangan hitam merayap. Puluhan sosok berjubah hitam muncul, wajah mereka ditutupi topeng putih. Salah satu di antara mereka melangkah ke depan.
“Liang Shen…” suaranya bergema dingin. “Akhirnya kau datang ke tempat yang benar. Kota ini menyimpan warisan yang seharusnya jatuh ke tangan Sekta Bayangan, bukan bocah sepertimu.”
Shen mengangkat pedangnya, mata bersinar tajam. “Jika rahasia kota ini benar-benar berhubungan dengan naga, maka aku yang akan mengungkapnya. Bukan kalian.”
Pertempuran pun pecah. Pedang Shen menari, mengeluarkan kilatan cahaya perak yang memotong kabut hitam. Lin Feng, meski belum pulih sepenuhnya, melantunkan jurus pedang cepat untuk menahan musuh. Namun jumlah mereka terlalu banyak.
Saat keadaan mulai terdesak, bumi bergetar hebat. Dari bawah reruntuhan, cahaya biru membuncah, menelan sebagian kota. Para anggota Sekta Bayangan terlempar mundur, menjerit ketakutan.
Dari cahaya itu, muncul pintu gerbang batu raksasa, dihiasi ukiran naga yang berputar hidup. Gerbang itu perlahan terbuka, memperlihatkan tangga panjang menurun ke kegelapan.
Shen dan Lin Feng saling berpandangan. Mereka tahu, pintu itu adalah panggilan—sebuah jalan menuju rahasia terdalam Kota Hilang Fengdu.
“Shen,” bisik Lin Feng, “jika kita masuk, mungkin tak ada jalan kembali.”
Shen menggenggam pedangnya erat. “Aku sudah terlalu jauh untuk berhenti sekarang.”
Dengan langkah mantap, mereka berdua melangkah melewati gerbang, meninggalkan cahaya dunia luar dan memasuki perut kegelapan Kota Hilang.