Dijual kepada mafia kejam, Arini disiksa dan dikurung dalam neraka bernama cinta. Tapi tak seperti gadis lemah dalam dongeng, Arini memilih bangkit. Karena tidak semua cinta pantas diperjuangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfrida Sitorus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
pagi harinya,matahari tidak benar-benar bersinar.langit mendung menggantung,se olah tau di rumah besar itu,sesuatu sedang tumbuh perlahan.bukan harapan, tapi amarah yang membara dalam diam.
arini duduk ditepi tempat tidur,memandangi catatan kecil ditanganya.hanya berisi coretan-coretan samar:jumlah pintu,jama pergantian jaga,bahkan nama-nama pelayan yang terlihat mencurigakan.dia tahu,satu-satunya cara keluar dari rumah ini bukan dengan menangis,tapi dengan strategi.
langkahnya pelan saat dia keluar dari kamar.dia menuju dapur,bukan untuk makan,tapi untuk memperhatikan.davin ada disana,sedang menyeka meja.tatapan mereka bertemu sekian detik.tak ada kata,tak ada senyum.tapi bagi arini,ada kode tak terlihat di balik mata davin.seolah seseorang sedang berkata."jangan berhenti."
hari ini,Leonardo sedang tidak ada dirumah.dan setiap kali pria itu tidak ada,udara dirumah sedikit lebih ringan.tapi tasya,seperti bayangan yang tak pernah tidur,tetap mengawasi.
"kenapa kau tak makan siang?"tanya ketus,memperhatikan arini yang hanya menyentuh roti panggang.
"Aku tidak lapar."jawab arini datar
tasya mendekat,menaruh pisau kecil diatas meja makan,sangat pelan.lalu,berbisik ditelinganya."kau pikir kalau kau kurus dan pucat,tuan akan merasa kasihan ? dia bukan tipe pria yang bisa dibodohi oleh air mata
atau tubuh lemah."
arini menatap lurus kearahnya.untuk perama kalinya,dia tidak menunduk.tidak menghindar.hanya menatap tajam dan tenang.
tasya mengernyit ada yang berubah.
sore harinya,arini pura-pura pergi ketaman belakang.dia duduk diayunan tua yang sudah lama tak dipakai.pohon besar menaungi sebagian tempat itu,menyembunyikannya dari pandangan kamera utama.
davin muncul sepuluh menit kemudian,membawa kantong sampah kecil.dia berlagak seperti biasa.membuang sampah dan memungut daun.
"sudut utama rumah tak pernah dikunci saat malam,"ucapnya lirih.tanpa menoleh."tapi penuh sensor.kalau kau ingin keluar...kau butuh waktu dua menit untuk melewati pagar belakang sebelum alarmnya berbunyi."
arini nyaris menahan napas.
davin membuang sampah,lalu berdiri."ingat baik-baik.dua menit.dan jangan pernah kembali terlambat kekamar.mereka menghitung napasmu sekarang."
setelah itu,davin pergi begitu saja
dan arini masih duduk diayunan,jantungnya berdetak keras.bukan karna takut.tapi karna...dia akhirnya melihat celah.
malam harinya,dia membuka liontin singa bersayap yang masih tergantung dibenang tipis dilehernya.dibagian belakang liontin,ada goresan samar seperti huruf asing.
dia mengusapnya dengan ibu jari.dan saat cahaya lampu menyinari.ia menyadari bentuknya bukan ukiran biasa,itu simbol.
simbol yang sama seperti ukiran di surat misterius yang dulu ia temukan di koper tua rumah lamanya.simbol yang belum pernah ia pahami...sampai kini.
tiba-tiba,semuanya terasa berkait:liontin itu,dirinya,dan mungkin...masa lalunya yang bukan dari keluarga andra dan siska.
"siapa aku sebenarnya...?"bisik arini
namun sebelum pikiranya mengembara lebih jauh,suara ketukan pelan dipintu membuatnya terlonjak.
bukan ketakutan keras seperti biasanya.tapi pelan,beraturan,seperti...kode.
Arini berdiri,menatap pintu.
darahnya berdesir
apakah ini...awal dari jalan keluar
arini menahan napas.matanya tak lepas dari pintu yang masih tertutup rapat,tapi ketukan tadi masih bergaung ditelinganya.tiga kali,pelan,seperti kode rahasia.
dia melangkah perlahan,menyentuh gagang pintu tapi tak langsung membukanya.jantungnya berdegup tak karuan. di rumah ini,ketukan bisa berarti dua hal:hukuman...atau kesempatan.
"siapa diluar?"tanyanya,berbisik nyaris tanpa suara.
tak ada jawaban.hening,lalu suara langkah menjauh.sangat pelan,terlalu pelan untuk ukuran tasya.terlalu rapi untuk pelayan biasa.
arini membuka pintu dengan hati-hati.lırong kosong.tapi dilantai,tergeletak secarik kertas kecil yang dilipat empat.ia memungutnya,menutup pintu kembali,lalu cepat-cepat membukanya di balik selimutnya.
dikertas itu hanya ada satu kalimat:
"kepercayaan dibangun dalam diam.tapi hancur dalam satu kata."
tidak ada nama.tidak ada petunjuk.tapi arini tahu,itu bukan ancaman.itu pesan,peringatan, atau mungkin...petunjuk dari seseorang yang sedang membantunya diam-diam.
diluar kamar arini,berjalan dilorong lain,memastikan kamera tidak merekam arah padanya.dikantong bajunya,ada salinan liontin berbentuk serupa yang pernah ia temukan di irlandia.lambang keluarga O'reilly,pemimpin tertinggi dunia gelap yang di segani bahkan oleh para mafia Amerika latin.
dan gadis di kamar atas itu...adalah darah dari keluarga yang sama.
davin tahu waktunya belum tepat untuk membongkar semuanya.tapi semakin lama ia melihat luka-luka di butuh gadis itu,semakin ia sadar: Arini tidak hanya perlu diselamatkan .dia harus dipulihkan,dididik,dan dikembalikan pada tahta yang seharusnya.
dikamar atas,arini menatap liontin di genggamannya.tanganya bergetar.sda sesuatu yang mulai tumbuh di dalam dadanya.bukan ketakutan,tapi rasa penasaran.dan harapan kecil yang menyala tipis di balik semua luka.
untuk pertama kalinya,ia bertanya bukan"bagaimana caranya kabur?"melainkan,"siapa aku sebenarnya?
dan pertanyaan itu lebih berbahaya daripada semua cambuk yang pernah mendarat ditubuhnya
