NovelToon NovelToon
TUKAR PASANGAN

TUKAR PASANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Naik ranjang/turun ranjang / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:883
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

"Karena sudah terlanjur. Bagaimana jika menambah bumbu di atas omong kosong itu?"

Asha menatap Abiyan, mencoba mengulik maksud dari lawan bicaranya. Kedua mata Asha bertemu dengan milik Abiyan, ada sirat semangat yang tergambar di sana.

"Menikahlah denganku, Ash!"

Asha seorang wanita yang hidup sebatang kara menginginkan pernikahan yang bahagia demi mewujudkan mimpinya membangun keluarganya sendiri. Namun, tiga hari sebelum pernikahannya Asha diberi pilihan untuk mengganti mempelai prianya.

Abiyan dengan sukarela menawarkan diri untuk menggantikan posisi Zaky. Akankah Asha menerima ide gila itu? Ataukah ia tetap memilih Zaky dan melajutkan pernikahannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

"Siapa ini? Bukankah ini Asha? Sahabatku yang tiba-tiba saja menghilang sejak pulang dari Paris?" Rhea datang dengan rambut panjangnya yang di gerai, make up paripurna yang dulu setiap kali Asha melihat Rhea memoles wajahnya begitu ia akan merasa iri. Namun kini bagi Asha, Rhea terlihat seperti badut.

Sepertinya setelah melihat Rhea menggelinj*ng di bawah hentakan Zaky malam itu, rasa sayang dan kagum yang Asha miliki pada Rhea menguar bersama luka yang begitu mudah Rhea torehkan.

Asha menurunkan tangannya lalu melepas cincin dan menyerahkan pada pegawai toko. "Aku pilih ini saja. Tolong dibungkus!"

"Kamu membeli cincin pernikahan?" Wajah Rhea yang semula dipenuhi senyum kepalsuan kini berubah kecut. "Aku dengar dari Zaky, kamu membatalkan pernikahan."

Wah wanita ini! Sudah tidak ditutup-tutupi lagi rupanya.

Asha tertawa kecil. "Bukankah itu sedikit menyedihkan, untuk jadi pertanyaan pertama yang kamu ucapkan pada sahabat yang bahkan bertahun-tahun tidak kamu temui?"

Rhea tersenyum canggung. "Mm–maaf, maaf Asha. Aku hanya terkejut kita bertemu di sini." Rhea mendekat mencoba memeluk Asha seperti biasanya.

Asha hanya berdiam dalam pelukan Rhea yang rasanya begitu membuat Asha sesak. Siapa yang tidak tahu jika sikap yang Rhea tunjukkan saat ini hanya palsu.

Atau mungkin persahabatan kami juga palsu sejak awal?

Asha tersenyum getir. Tidak— tidak. Aku tidak boleh larut dalam pikiranku sendiri.

"Waah, lihat semua perhiasan ini!" pekik Rhea begitu matanya menangkap set perhiasan dengan diamond terbaik di atas etalase.

"Bolehkah ... ."

"Pilih milikmu sendiri, jangan mengusik milik Asha!" Suara berat Abiyan memotong kalimat Rhea. Semua orang menatap. pada pria yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Abi ... " Lagi-lagi kalimat Rhea tidak rampung, Abiyan lebih dulu melanjutkan bicaranya pada Asha.

"Kamu sudah memilihnya?"

Asha mengangguk, namun segera ia berdiri dan berbisik di telinga Abiyan, "Aku rasa set perhiasannya tidak perlu."

Abiyan menggeleng. "Pilihlah!" titahnya dengan nada rendah dan lembut, membuat Rhea menatap Abiyan tanpa berkedip.

Asha membuang napasnya panjang. "Baiklah, sebenarnya semua perhiasan ini cantik dan aku benar-benar bingung memilih ini atau yang itu." Asha menunjuk pada dua buah set perhiasan di atas etalase.

Abiyan tersenyum. "Istriku sudah memilihnya. Tolong bungkus kedua set perhiasan ini dan juga cincin pernikahannya!" seru Abiyan pada pegawai toko.

"Istriku? Apa maksudnya ini, Abi? Kamu dan Asha ... ."

"Ya, Aku dan Asha akan menikah tanggal delapan nanti. Kamu boleh datang."

"Apa maksudnya ini, kita baru saja— "

Abiyan memotong teriakan Rhea. "Aku harap kamu tidak terlalu bodoh untuk mempermalukan dirimu sendiri," ucap Abiyan.

Rhea terdiam, matanya memandang sekitar. Semua orang menatapnya dengan pandangan penuh tanya. Rhea hanya bisa berdecak kesal. Wanita itu menghentakkan kakinya ke lantai dan menatap iri pada Asha yang diperlakukan istimewa oleh Abiyan.

Asha menangkap semua ekspresi yang Rhea tunjukkan. Seperti menonton pertunjukan opera hal itu cukup menghiburnya, Asha tertawa kecil.

Abiyan menghampiri Asha dengan dua buah paper bag berisi set perhiasan. "Ayo pulang! Masih banyak yang harus kita persiapkan, Ash." Abiyan mengulurkan tangan.

Asha menyambut ukuran tangan Abiyan tepat di depan mata Rhea yang menatap tajam. Langkah pertama baru saja Asha tapaki, namun lengan kirinya dicekal oleh Rhea. Asha terpaksa menghentikan langkahnya begitu pun dengan Abiyan. Kedua orang itu menoleh pada Rhea yang sudah menata mimik wajahnya, akan tetapi baik Asha maupun Abiyan tahu betul wanita itu hanya berpura-pura.

"Bukankah kita perlu bicara? Kita sudah lama tidak bertemu, kita harus mengobrol. Dan ... ." Rhea mengangkat sudut alisnya seolah mengejek. "Aku rasa kamu bahkan tidak tahu jika Ace sudah kembali. Kita perlu bertemu bertiga, bukan?" Rhea menatap tajam pada tangan Abiyan yang tak kunjung melepaskan Asha.

Asha memutar bola matanya dengan malas, rasanya sangat muak berhadapan langsung bahkan disentuh oleh Rhea. Namun, Asha meyakinkan dirinya sendiri jika ini belum saatnya Asha meluncurkan serangan balasan. Asha memilih untuk mengikuti semua permainan yang Rhea buat. Biarkan sahabatnya itu merasa menang sudah berhasil membodohinya. Yang terpenting Asha kini tahu jika sahabatnya itu bukan wanita yang sepenuhnya jujur. Asha hanya perlu meningkatkan kewaspadaan.

Asha menoleh pada Abiyan. "Boleh?"

Abiyan menatap Rhea dengan sinis, raut wajahnya tidak menutupi kebenciannya pada Rhea. Abiyan beralih pada Asha yang memasang wajah anjing, memohon dengan ekspresi imut yang di buat-buat.

Apa yang sedang kamu rencanakan, Ash? Dan ekspresi lucu ini, apa kamu sering melakukannya pada Zaky dulu? Abiyan menghembuskan napasnya kasar. Tentu saja dia melakukannya Abiyan, jangan bodoh! Tapi peduli apa? Saat ini, dia menunjukkan ekspresi itu kepadaku.

Tanpa sadar pria itu mengulas senyum. Tidak lama ia segera tersadar lalu mendehem pelan dan mengalihkan pandangannya ke samping. Asha terlalu menggemaskan untuk tidak membuatnya merasa lucu. Pria itu segera mengatur ekspresi.

"Hm." Jawaban singkat mewakili persetujuannya.

Mereka berpisah ketika Rhea usai mengatur janji untuk bertemu lagi pada pukul tujuh malam di hari yang sama. Abiyan mengulurkan lengan yang disambut Asha dengan terpaksa menggandengnya. Tanpa perlu dikomando lagi, Asha tahu betul jika ini adalah saatnya untuk bermain peran.

Tidak ada protes maupun konfirmasi antara Asha dan Abiyan seolah keduanya sama-sama sudah saling mengerti sejak lama.

Di penthouse Asha membuang bobot tubuhnya ke atas sofa. Abiyan mengikuti di samping setelah meletakkan paper bag ke atas meja kaca. Hening.

Untuk beberapa saat keduanya hanya saling diam tanpa bicara. Asha masih mencoba mencerna apa yang terjadi hari ini, sedangkan Abiyan sepertinya sibuk merangkai kata untuk memberi Asha penjelasan, sebab seharian ini dengan segala hal yang terjadi berasal dari keputusan Abiyan kecuali persetujuan wanita itu untuk menikah dengannya.

Setelah cukup lama hening akhirnya Abiyan membuka suara, dan kalimat pertama yang pria itu ucapkan tidak lain adalah kata maaf.

Asha menatap Abiyan, wanita itu diam tidak menyahuti. Sampai Abiyan melontarkan kembali beberapa kalimat maaf karena sudah menyeret Asha dalam segala keputusan tidak masuk akal itu.

"Sudahlah, Ian! Toh, aku yang setuju menikah denganmu."

"Meskipun aku tidak yakin ke depannya kita bisa saling mencintai, tapi aku bisa berjanji untuk tidak pernah main-main dalam hal tanggung jawab dan pernikahan ini. Dan yang pasti, tentu saja tidak akan ada orang ketiga di antara kita," ucap Abiyan dengan wajah serius.

Asha tahu betul, ekspresi itu bukanlah ekspresi yang dibuat-buat. "Terima kasih, Ian."

"Jadi ... ."

Dering ponsel milik Asha memotong kalimat yang akan Abiyan ucapkan. Asha mengorek isi tasnya untuk mengambil ponsel yang yang terselip di antara barang-barangnya yang lain.

Ace. Nama dari sang penelepon terpampang jelas di sana. Dahi Abiyan mengerut. Dari yang Abiyan dengar tadi di toko perhiasan Rhea menyebut jika Asha belum tahu Ace kembali.

Dan siapa Ace ini, Abiyan bahkan belum tahu siapa dia. Apa hubungan antara Ace dengan Asha? Abiyan menelan sendiri pertanyaan yang berkumpul dalam kepalanya sejak tadi.

Asha melukis senyum hangat dan lebar di wajahnya begitu menerima panggilan telepon itu. Bukan maksud hatinya untuk menguping namun Abiyan dapat dengan jelas mendengar pembicaraan mereka, termasuk dengan betapa akrabnya mereka sampai tawa renyah yang sesekali Asha buat. Abiyan mengepalkan tangan.

Begitu panggilan berakhir, Abiyan menatap wajah Asha serius dan dengan tidak sabar melempar pertanyaan, "Apa hubunganmu dengan Ace?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!