Cakka Barani, seorang mahasiswa yang juga merupakan otaku yang berasal dari dunia modern, mendapati dirinya tiba-tiba saja terlempar ke dunia lain saat keluar dari kamarnya. Berkat pengetahuan yang dimilikinya, mampukah dia bertahan hidup di dunia baru yang penduduknya bertahan hidup mengandalkan sihir dan pedang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awaluddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Dua Petualang Beruntung
Setelah Darkuin dan Theo kembali ke pangkalan dengan selamat, mereka segera mendapat perawatan atas luka-luka yang mereka alami. Luka yang mereka terima sangat parah—terutama Theo yang nyaris kehilangan nyawanya jika sedikit saja terlambat ditangani. Dibutuhkan waktu selama dua minggu hingga kondisi mereka membaik. Setelah kondisi mereka membaik, kedua orang itu dipanggil oleh Guild Master untuk menceritakan kejadian yang telah mereka alami.
"Sebenarnya apa yang telah kalian alami saat itu?"
Guild Master menanyakan peristiwa yang mereka alami saat tiga minggu yang lalu. Guild Master tampak sangat bersyukur melihat kedua orang itu dapat pulih dari luka-luka yang mereka terima.
"Sebenarnya kami berdua juga bingung dengan kejadian yang begitu cepat itu." Yang menjawab adalah Theo.
"Benar, saat itu... ketika Criss kembali dari sungai untuk mengambil air, dia menemukan sarang Silica Ant. Ketika hendak memutar arah, tanpa sengaja ada satu semut yang menemukannya. Kau tahu sendiri kan akan bagaimana jadinya jika satu semut saja menemukan mangsanya? Yah... saat itu kami langsung terkepung oleh semut-semut besar itu. Senjata dan sihir kami tidak mempan terhadap monster itu, untung saja Dean dengan cepat melantunkan aria-nya untuk menciptakan dinding tanah dari sihirnya sebagai pelindung." Darkuin menambahkan perkataan dari Theo.
"Itu benar, namun yang mengejutkannya bukanlah saat kami terjebak di antara ratusan semut itu. Tapi suasana sunyi yang tiba-tiba saja terjadi, aku yang begitu merinding dengan kejadian tersebut. Perasaan tidak enak memenuhi seluruh tubuhku." Jawab Theo.
"Saat aku menyuruh Dean untuk menonaktifkan mantra sihirnya, tiba-tiba saja yang ada di hadapan kami adalah sosok makhluk berbentuk Hjyuman berwarna hitam pekat dengan udara yang terdistorsi di sekelilingnya." Lanjut Theo.
"Hanya dengan kehadirannya saja dapat merusak mentalmu dengan rasa takut yang ditimbulkannya. Saat itu dia hanya berdiri diam dan kami tidak dapat menggerakkan bahkan ujung jari kami sekalipun. Rasa takut menghantui kami, perasaan dingin menjalar dari tulang belakangku. Bahkan mengingat kejadian itu saja sudah bisa membuatku menggigil ketakutan." Darkuin melanjutkan.
"Kemudian dia berbicara namun itu adalah bahasa yang tidak pernah kami dengar, bukan bahasa Demi-Human ataupun Beastman. Aku pernah bertarung dengan Demon dan Angel jadi aku juga yakin itu bukan bahasa mereka." Theo menambahkan.
"Saat itu aku menggigit lidahku untuk mempertahankan kesadaran dan Theo menebas lengannya sendiri, mendengar suaranya benar-benar ingin membuatmu pingsan. Daripada disebut berbicara, itu lebih terdengar seperti sebuah mantra yang dapat menyerang mental."
"Dan setelah itu kalian menyuruh rekan kalian untuk kabur agar informasi ini bisa sampai ke sini, kan? Lalu setelah itu apa yang terjadi?" Tanya Guild Master.
"Yah setelah itu tidak ada yang terjadi." Mereka berdua serentak menjawab dengan wajah datar.
"APAAA!? APA-APAAN MAKSUD KALIAN BERDUA, HAH!?" Karena terkejut dengan jawaban yang mengejutkan itu, Guild Master tanpa sengaja meninggikan suaranya.
"Tenang dulu Tuan Roberto."
Darkuin menyuruh Guild Master untuk menenangkan dirinya. Ternyata Guild Master itu bernama Roberto, mantan petualang Rank A yang telah lima tahun pensiun sekaligus orang yang melatih Darkuin hingga menjadi petualang hebat seperti sekarang.
"Saat itu kami sudah siap bertarung. Aku telah menghunuskan pedangku ke arah makhluk itu, namun otak otot yang gila bertarung di sampingku ini entah mengapa tiba-tiba saja terus mengajak makhluk itu untuk berbicara."
"Yah... kau tahu sendiri kan kalau kita berdua tidak akan mampu untuk melawan makhluk seperti itu. Lagi pula saat itu dia seperti berbicara kepada kita, jadi aku pikir kita bisa menghindari kematian jika berhasil bernegosiasi dengannya."
"Tapi kau tahu sendiri kan perkataan makhluk itu lebih terdengar seperti aria yang akan menghasilkan mantra serangan mental."
"Tapi aku yakin dia sedang berbicara meskipun aku tak tahu dia bilang apa lagi pula—"
"Hentikan perkelahian bodoh kalian berdua ini." Roberto menyela pertengkaran kecil mereka berdua.
"Maaf ... akan aku lanjutkan," Sambil pura-pura terbatuk, Theo melanjutkan ceritanya, "Saat aku berpikir bahwa yang dilakukan Darkuin itu sia-sia saja, aku langsung melayangkan serangan ke kepalanya. Namun malah pedangku yang hancur." Theo melanjutkan.
"Setelah itu dibuat kaget dengan serangan tiba-tiba dari Theo, aku berniat menyerang makhluk itu dengan tinjuku. Tetapi sebelum aku sempat memukulnya, tiba-tiba muncul lingkaran gelap di bawah kaki makhluk itu. Kemudian seakan ditelan oleh lingkaran gelap itu, makhluk itu pun menghilang." Sambung Darkuin.
"Lingkaran hitam... apakah itu semacam sihir teleportasi?" Tanya Roberto.
"Kami tidak tahu pasti mengenai hal itu. Dibandingkan lingkaran teleportasi yang ada di kerajaan ini, lingkaran hitam yang menelan makhluk itu terlihat sangat mengerikan dan seakan mengandung aura gang sangat jahat."
"Lalu? Bagaimana kalian menjelaskan tentang luka yang kalian berdua alami saat baru kembali ke pangkalan ini?" Tanya Roberto penasaran.
"Ahh itu yah... kami mendapatkannya saat bertarung dengan Hound Wolf di perjalanan pulang kami kemari hahaha." Jawab Darkuin dengan santai.
"Yah benar kata Darkuin. Saat kami mencoba kembali kesini, kami bertemu dengan seekor Hound Wolf. Alasan aku menerima luka yang sangat parah itu karena pedangku telah hancur saat mencoba menyerang makhluk mengerikan itu sebelumnya." Theo menambahkan.
"Selain hal itu, kondisi mental kami berdua juga benar-benar kacau akibat makhluk misterius itu sehingga kami tidak bisa bertarung seperti biasanya."
"Jadi begitu yah ceritanya. Aku bersyukur kalian berdua dapat kembali dengan selamat, bagaimanapun aku tidak ingin kehilangan dua petualang hebat seperti kalian ini."
"Jadi Tuan Roberto, apakah kau tahu sesuatu mengenai makhluk hitam pekat itu?" Tanya Theo dengan wajah serius.
"Yah aku pikir itu adalah tujuan dari quest ini." Jawab Roberto dengan santai.
"Apa maksudmu Tuan Roberto?" Tanya Darkuin.
Roberto pun menceritakan kepada mereka berdua hal yang sebelumnya dia ceritakan kepada Luna, para petualang, dan kesatria sebelumnya.
"APAAA ELDER KATAMU?" Mereka berdua terkejut mendengarkan alasan diberikannya quest ini oleh kerajaan.
"Yah itu hanya masih asumsiku sebelumnya, namun setelah mendengar cerita lengkapnya dari kalian berdua aku jadi yakin bahwa makhluk itu adalah Elder yang ada di dalam cerita dongeng. Bagaimanapun aku akan memberikan informasi ini kepada kerajaan agar dapat segera membentuk tim penyelidikan secepatnya. Jika sudah menyangkut masalah Elder—maka itu sudah berada dalam lingkup urusan internasional dan bukan lagi menjadi tanggung jawab dari Guild Petualang saja, namun sudah mencakup berbagai pihak di benua ini. Kurang lebih itulah yang dikatakan High Priest saat bertemu dengan Yang Mulia Raja."
"Apakah Anda serius High Priest mengatakan hal mengerikan seperti itu." Theo mencoba memastikan kebenaran dari pernyataan Roberto.
"Aku tidak tahu apakah memang High Priest berkata seperti itu atau tidak soalnya aku tidak mendengarnya langsung. Aku hanya diberitahu oleh Espada mengenai hal itu."
"Kita benar-benar beruntung, Theo, kita dapat selamat dari monster yang dapat menghancurkan benua seorang diri hahaha."
"Diam kau bodoh."