"Biar saya yang menikahi Dira, Om."
"Apa? Gak bisa! Aku gak mau!"
***
Niat hati menerima dan bertunangan dengan Adnan adalah untuk membuat hati sang mantan panas, Indira malah mengalami nasib nahas. Menjelang pernikahan yang tinggal menghitung hari, Adnan malah kedapatan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Di saat yang bersamaan Rada—mantan kekasihnya, datang menawarkan diri untuk menjadi pengganti Adnan. Indira jelas menolak keras karena masih memiliki dendam, tetapi kedua orang tuanya malah mendukung sang mantan.
Apa yang harus Indira lakukan? Lantas, apa yang akan terjadi jika ia dan Rada benar-benar menjadi pasangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deshika Widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trust Me
Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Indira kala wanita itu tengah fokus pada layar komputer di depannya.
"Rumi?" gumamnya dengan kening mengkerut. Ada apa wanita itu mengirim pesan padanya? Apa pertemuannya dengan klien mengalami kendala?
Huh, Indira tidak bisa menduga-duga. Segera saja ia buka pesan dari sahabatnya itu.
[Aku punya berita bagus, Dir!]
Hanya sebaris pesan yang membuat kerutan di kening Indira makin dalam. Sang sahabat sungguh membuatnya penasaran.
"Mending aku telpon aja, deh. Urusannya pasti udah beres juga."
Wanita itu melirik jam dinding sejenak, lalu jarinya hendak menekan ikon telpon di kontak Rumi. Namun, belum juga terjadi, sang sahabat sudah mengirim pesan lagi.
[Nanti aku cerita, deh. Tapi kayaknya aku gak akan keburu ke kantor. Nanti malam aja aku telpon.]
Sontak saja Indira berdecak kesal setelah membaca pesan itu. Bisa-bisanya Rumi membuat ia penasaran begini.
Huft!
Lebih baik sekarang Indira kembali fokus pada pekerjaannya agar segera selesai dan bisa pulang. Ia harus berbicara dengan Rada untuk menyelesaikan masalah di antara mereka. Tak apa walau kali ini ia harus menurunkan egonya.
Sementara itu di ruangan lain, Rada dan Rendi pun tengah fokus pada layar komputer masing-masing. Hingga tiba-tiba Rendi merasa penasaran dengan sikap Indira tadi siang yang tampak berusaha akrab dengan Rada. Padahal sebelumnya tidak.
"Rad?" panggilnya yang membuat sang sahabat berdeham pelan. "Kamu sama Dira berteman di luar kantor?"
"Maksudnya?" Rada balik bertanya. Aslinya hanya pura-pura tak mengerti saja.
"Ya selain di kantor, kalian berteman juga gak? Saya lihat tadi Dira akrab banget sama kamu, Rad. Selama kerja di sini, saya belum pernah lihat dia akrab banget sama staf laki-laki, kecuali Pak Revan."
Sialan!
Revan lagi!
Seketika tangan Rada mengepal di atas meja.
"Gak usah bahas itu dulu, bisa? Kita fokus dulu aja, Ren. Saya mau cepet selesai."
Mulut Rendi yang hendak terbuka pun sontak terkatup rapat. Ia mengangguk dan kembali menatap komputer di depannya.
Menit-menit berlalu, ruangan itu terasa sunyi. Hanya ada suara detak jarum jam dan keyboard yang dimainkan jemari Rada juga Rendi. Hingga setelah pekerjaan selesai, keduanya memutuskan bersantai sejenak di atas sofa.
"Kamu belum ada rencana kenalin istri kamu ke saya, Rad?"
Pertanyaan yang keluar dari bibir Rendi itu sontak membuat kening Rada mengekerut. "Buat apa?"
"Ck! Memangnya istri kamu gak pernah tanya soal teman-teman kamu di kantor? Pacar saya aja protektf banget."
Rada hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Untuk apa bertanya, jika ia dan sang istri saja bekerja di tempat yang sama.
"Cepat halalin biar gak protektif lagi," usul Rada sembari mengeluarkan ponsel dari saku celana. Jemarinya berselancar di sosial media yang sudah cukup lama tak dibuka.
Hingga tiba-tiba saja matanya terbelalak melihat unggahan sebuah video yang berisi Adnan, Dita, dan Rumi.
"Kenapa bisa begini, sih?" gumamnya kesal.
Tak menunggu lagi, ia segera bangkit dan keluar dari ruangan tanpa berucap sepatah kata pun pada Rendi.
"Lah, kenapa dia?" gumam Rendi bingung.
***
Indira tercengang saat memutar sebuah video yang lewat di beranda sosial medianya. Tampak Rumi tengah menuding-nuding Adnan dan Dita dalam video tersebut dengan disaksikan banyak orang dalam butik.
"Heh! Dasar, pasangan gila! Apa kalian ini gak punya malu, hah? Masih berani keluar mesra-mesraan kayak gini, padahal udah bikin dosa besar!"
Adnan dan Dita tampak terkejut dan berusaha meminta Rumi untuk diam. Namun, wanita itu tetap bersuara lantang.
"Udah selingkuh bertahun-tahun, eh sekarang malah hamil di luar nikah. Pake mau pesta segala, lagi! Dasar, gak punya malu!"
"Tunggu! Ja-jadi ... sekarang Dita hamil?" gumam Indira dengan suara bergetar.
Separah inikah Adnan berkhianat sampai menghamili sahabatnya?
"Tuhan ...."
Indira hanya bisa terduduk lemas di atas sofa dengan ponsel yang masih memutar video di layar.
"Kalian dengar baik-baik!" teriak Rumi lagi. Matanya menatap tajam Adnan dan Dita. "Laki-laki ini 5 tahun jadi pacar teman saya. Dan kalian tahu? Dia malah selingkuh sama perempuan ini bertahun lamanya tanpa sepengetahuan teman saya! Teman saya sampai gak jadi nikah sama dia!"
Sejenak tawa Rumi terdengar. Tawa yang seperti tengah meremahkan. "Tapi gak apa-apa. Saya malah senang teman saya gak jadi nikah sama pecundang kayak dia!"
Kini Rumi tampak mendekat pada Dita dan Adnan, lalu berkata penuh penekanan. "Kalian denger, ya! Sekarang Dira udah bahagia sama Rada. Mereka punya cinta dan segalanya. Gak kayak kalian yang cuma punya nafsu kayak hewan!"
"Rumi!"
Indira spontan berteriak keras kala Rumi malah menyebut namanya dan Rada. Ia sampai berdiri saking terkejutnya.
Tuhan ... entah apa yang akan terjadi pada ia dan Rada setelah ini.
Tanpa Indira tahu, sejak tadi Rada sudah berdiri di ambang pintu ruangannya. Pria itu menyaksikan betapa frustasi ekspresi sang istri saat menonton video tersebut.
Perlahan Rada melangkah masuk.
"Dira ...."
Wanita itu mendongak cepat. Matanya tampak memerah menahan tangis.
"Rad ...." Ia langsung berjalan cepat dan masuk ke dalam pelukan sang suami. Menumpahkan tangis ketakutan di dadanya.
Sungguh, Indira takut video itu sampai pada petinggi Nuswantara atau para staf yang tentu tidak akan bisa tutup mulut. Bagaimana pun, ia dan Rada masih memerlukan posisi di kantor ini.
"Gi-gimana ini, Rad? A-aku—"
"Suuut ...." Rada makin mengeratkan pelukan. "Gak usah pikirin itu dulu, okey? Semua pasti akan baik-baik aja."
"Ta-tapi—"
"Udah, Sayang ...."
Baiklah. Indira diam, hanya menumpahkan tangis dalam pelukan suaminya hingga beberapa lama.
"Kerjaan kamu udah selesai, kan?"
Indira mengangguk pelan.
"Kemas-kemas, gih! Bentar lagi kita pulang."
"Tapi aku takut ...," ucapnya lirih.
Rada segera menggelengkan kepala. Ia hapus jejak air mata di pipi istrinya. "Gak usah takut. You'll be fine as long as you are with me. Trust me, Honey."
mumet ini pasti rada udah kerjaan belum dapet, kek nya mau nambah anggota baru ke
selamat ya dir mau jd ibu