NovelToon NovelToon
Pertukaran Jiwa: CEO Kejam Menjadi Istri Teraniaya

Pertukaran Jiwa: CEO Kejam Menjadi Istri Teraniaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Romansa / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Rachel sering mendapatkan siksaan dan fitnah keji dari keluarga Salvador. Aiden yang merupakan suami Rachel turut ambil dalam kesengsaraan yang menimpanya.

Suatu hari ketika keduanya bertengkar hebat di bawah guyuran hujan badai, sebuah papan reklame tumbang menimpa mobil mereka. Begitu keduanya tersadar, jiwa mereka tertukar.

Jiwa Aiden yang terperangkap dalam tubuh Rachel membuatnya tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada sang istri selama tiga tahun ini. Begitu juga dengan Rachel, jadi mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan oleh suaminya.

Ikuti keseruan kisah mereka yang bikin kalian kesal, tertawa, tegang, dan penuh misteri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Bab 21

“Apa yang kamu lakukan dengan mukaku?!” teriak Aiden begitu pandangannya jatuh pada wajah Rachel. Nada suaranya memecah udara pagi yang tadinya tenang.

Rachel, yang duduk manis di depan meja rias, menoleh dengan ekspresi polos, seperti anak kecil yang baru saja memakan kue sebelum makan malam. “Ada apa? Apa ada yang salah?”

“Tentu saja!” jawab Aiden cepat. Mata pria itu menyipit, menatap setiap inci wajah istrinya seperti sedang memeriksa barang antik yang ternodai cat murahan. Rautnya campuran antara kesal dan… tidak percaya.

Wajah Rachel saat ini memang seperti kanvas yang disiram warna tanpa ampun. Blush on merah menyala menonjol di pipi, eyeliner tebal hampir menyaingi cat tembok, dan lipstik merah terang yang mengilat seperti permen karet basah.

“Aku sudah ikuti tutorial cara ber-make up lewat video,” ujar Rachel, suaranya penuh kebanggaan, seolah sedang menunjukkan karya seni yang siap dipamerkan di galeri.

“Iya. Tapi jangan kelewatan tebalnya! Cukup seulas yang penting rata!” Aiden meraih tisu dengan gerakan cepat, seakan tidak sanggup membiarkan pemandangan itu bertahan sedetik lebih lama.

Tanpa banyak bicara atau menunggu persetujuan, Aiden mengambil tisu dan mulai menghapus make up di wajah istrinya. Gerakannya cepat dan tegas, seperti sedang memusnahkan bukti kejahatan. Setiap kali tisu itu diangkat, warnanya berubah, merah, hitam, lalu oranye keemasan. Seakan dia sedang membersihkan kanvas abstrak.

Rachel hanya bisa mendengus kecil. “Hei, itu susah loh bikinnya.”

“Percayalah, yang kamu sebut susah itu di mataku sama saja seperti kerjaan badut karnaval,” balas Aiden.

Setelah wajah itu bersih, Aiden menarik kursi dan duduk di depannya. “Oke, sekarang biar aku yang kerjakan. Jangan bergerak.”

Rachel ingin protes, tapi begitu Aiden mulai memegang wajahnya, ia malah diam. Sentuhan jarinya hangat, lembut, dan penuh ketelitian. Dia memulaskan alas bedak tipis-tipis, meratakan dengan spons yang hampir tak terasa di kulit. Lalu, sedikit blush on hanya sedikit di pipi, dan sentuhan lipstik yang membuat bibir Rachel terlihat segar, bukan menyala seperti lampu lalu lintas.

“Lihatlah! Sekarang kamu sudah jauh lebih cantik. Tadi mirip ondel-ondel,” gerutunya sambil sedikit menggeleng.

Rachel memiringkan kepala, bingung. “Apa itu ondel-ondel?” tanyanya dengan nada tulus.

Aiden mengangkat alis. “Kalau ingin tahu, cari saja di internet. Aku mau siap-siap dulu.” Dia lalu berbalik menuju lemari pakaian, meninggalkan Rachel yang sudah dipenuhi rasa penasaran.

Begitu pria itu sibuk dengan jasnya, Rachel diam-diam membuka ponsel. Jarinya mengetik kata yang baru saja didengarnya. Saat gambar-gambar ondel-ondel muncul di layar. dengan wajah besar, riasan tebal, dan senyum lebar yang sedikit menyeramkan. Tawa Rachel meledak karena geli, hingga bahunya ikut terguncang.

“Sebaiknya kita segera turun sebelum Grandma marah,” ajak Aiden sambil memasang jam tangan.

Rachel berdiri sambil tersenyum nakal. “Mana berani Grandma marah sama aku.”

Aiden menatapnya serius. “Ingat, sekarang kamu jadi aku!”

Rachel mendelik, bibirnya mengerucut. Saat itu juga, bayangan hukuman kemarin. Tatapan tajam neneknya, suara dingin yang menusuk, dan rasa malu yang membakar pipinya muncul di kepalanya. Seketika senyum di wajahnya memudar.

Hillary menatap Rachel dengan mata menyala penuh kebencian. Pandangan itu tajam seperti bilah pisau yang siap menggores kapan saja. Di dalam hatinya, dia yakin seratus persen bahwa wanita itu pasti sudah mengadu pada Aiden dan tentu saja, membesar-besarkan cerita. Baginya, hanya itu alasan logis kenapa Aiden sampai berani menghukumnya dengan begitu keras.

Sementara itu, Rachel tetap duduk dengan sikap santai, menyendokkan makanan ke mulutnya seolah tidak ada yang terjadi. Namun, di balik ketenangannya, dia tahu betul bahwa Hillary sedang mengamatinya.

Suara Aiden memecah ketegangan meja makan. “Rachel, pekerja di rumah sudah berkurang. Sebaiknya kita mencari pekerja baru lewat agen penyalur tenaga kerja. Cari orang yang benar-benar kompeten dalam melakukan pekerjaannya. Jangan cari orang-orang yang hanya bisa bergosip dan membuli.”

Kalimat terakhir itu meluncur seperti anak panah yang tepat menembus dada Hillary. Rachel dan Hillary yang sedang mengunyah sontak tersedak hampir bersamaan, lalu saling melirik. Di mata Hillary, tatapan Rachel seperti berkata, ‘Kena kau.’

“Kamu saja yang mencari. Aku tidak pandai menilai orang,” jawab Rachel sambil meneguk air putih, suaranya ringan namun mengandung nada halus yang membuat Hillary makin panas.

Aiden menatapnya lekat-lekat. “Kalau begitu, bagaimana kalau kita cari sama-sama?”

Mata mereka bertemu singkat, tetapi cukup membuat suasana di ruangan itu terasa berbeda. “Boleh,” jawab Rachel, lalu tersenyum manis.

Senyum itu bagai pisau kedua yang menusuk hati Hillary. Tangan wanita berambut pirang itu terkepal erat di bawah meja, jemarinya memutih menahan amarah. Dia cemburu, tetapi juga merasa tak berdaya.

Di ujung meja, Nenek Hilda hanya diam, wajahnya kaku tanpa ekspresi. Dia masih marah pada Aiden dan tidak ingin membuka mulut, seolah kehadirannya hanyalah patung dingin di tengah suasana yang memanas.

Ketika Rachel beranjak, hendak melangkah meninggalkan meja makan, Hillary melihat itu sebagai kesempatan. Dengan gerakan cepat namun tersamar, dia menjulurkan kaki di bawah meja. Rachel yang tidak menduga apa-apa langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur ke lantai.

“Rachel!” teriak Aiden, kursinya bergeser keras ketika dia berdiri. Suaranya sarat kepanikan. Dia pun meraih tubuh istrinya.

Hillary hanya senyum tipis. Lalu, dia bicara dengan nada panik yang dibuat-buat. “Kalau jalan, lihat-lihat, Rachel. Apa kamu mau menuduh aku yang membuatmu jatuh?”

Rachel menatapnya tajam. Dia tahu betul kaki yang menjegalnya tadi milik siapa. Akan tetapi dia juga tahu, jika marah sekarang malah akan memperkeruh keadaan rumahnya.

Jika aku marah pada Hillary, malah akan membuat Aiden semakin marah. Dan itu akan membuat rumah ini berubah jadi medan perang, batinnya.

Jadi dia memilih balasan yang lain. Senyum miring muncul di bibirnya. “Tidak. Tapi aku sarankan sebaiknya kamu memakai kacamata tebal. Biar bisa melihat dengan jelas.”

Aiden nyaris tertawa, tetapi buru-buru menahan diri. Dia jadi tahu kalau barusan itu Hillary berulah lagi. Namun dari matanya, Rachel tahu suaminya itu sudah mengerti siapa dalang kejadian barusan.

Lalu suaranya terdengar dingin dan tegas, menusuk ke jantung Hillary. “Ingat, Hillary! Meski kamu adalah sepupuku, kalau terus saja berbuat kekacauan di rumah ini, terutama menyakiti Rachel. Maka aku tidak akan segan-segan mengusirmu. Kalau perlu, memasukkanmu ke penjara!”

Kalimat itu membuat tiga orang di ruangan itu terkejut serentak. Rachel tertegun, Hillary membeku, dan Nenek Hilda menoleh cepat. Semua tahu, ucapan Aiden bukan ancaman kosong. Apalagi mengingat alasan Hillary bisa tinggal di rumah ini adalah karena dulu nyawanya terancam dan Aiden sendiri yang bersumpah akan melindunginya.

1
Sweet Girl
😲
Sweet Girl
Kasihan Rachel jadi kambing hitam
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak/Pray//Pray/
Susi Akbarini
karena Tuhan Maha adil...

mendengar srmua doa dan kesakitan Rachrl..
supaya mata Aiden tervelek pada pendeeitaan Rachrk selama ini..
😀😀😀❤❤❤❤
Tasmiyati Yati
mungkin biar mereka bisa merasakan kehidupan satu sama lainnya biar tidak selalu bertengkar karena fitnah orang orang sekitar nya
Ita rahmawati
mungkin supaya kamu tau penderitaan yg dialami rachel,,pertukaran itu secara lgsg membuka matamu yg selama ini tertutup
Ita rahmawati
siapkah itu 🤔
Ita rahmawati
terus aja lakuin apa yg kamu mau hill biar di masukin penjara secepatnya sm aiden
Ita rahmawati
males gtu hel,,ngapain belajar bisnis emang kalian akan selamanya tertukar 🤦‍♀️🤣
Hasanah Purwokerto
Biar Aiden bs merasakan penderitaan Rachel..
Karena selama ini Aiden ga pernah percaya dg Rachel,,tp mudah diperdaya org" disekelilingnya
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Astaga...ya kalian biar bisa akur🤣🤣
Dan bisa ngerasain di cambuk nenekmu
juwita
biar km merasakan apa yg Rachel derita selama ini
Esther Lestari
ya supaya kalian bisa merasakan dan mengalami apa yang selama ini terjadi tanpa kalian tahu dan supaya kalian bersatu kembali sebagai suami istri😊
Sukhana Ana lestari: Itu semua udah kehendak yg diatas biar kamu ngalami & ikut merasakan apa yg Udah Rachel alami selama jd istrimu Aiden.. selama ini kamu ga pernah percaya sm sm omongan Rachel atas perlakuan duo parasit..
total 1 replies
partini
buat mata kamu terbuka ga merem terus kasihan dong istri mu lanjut Thor 👍👍👍👍👍🥰🥰🥰
Tasmiyati Yati
siapa tuh, laki laki apa perempuan oh jangan jangan si ulat bulu Sandra
Tasmiyati Yati
lawan hilary dengan elegan Rachel biar dia kena mental
Susi Akbarini
lanjutttt ...
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
siapa ituuuuu...
😀😀😀😀❤❤❤❤
Noor hidayati
sandra si ulat bulu
Noor hidayati
senangnya selalu ada balasan balik pada hilary
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!