NovelToon NovelToon
Heavanna

Heavanna

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Smiling27

Karena penghianatan pacar dan sahabatnya, Zianna memutuskan untuk pindah sekolah. Namun siapa sangka kepindahannya ke SMA Galaxy malah mempertemukan dirinya dengan seorang cowok bernama Heaven. Hingga suatu ketika, keadaan tiba-tiba tidak berpihak padanya. Cowok dingin itu menyatakan perasaan padanya dengan cara yang sangat memaksa.

"Apa nggak ada pilihan lain, selain jadi pacar lo?" tanya Zia mencoba bernegosiasi.

"Ada, gue kasih tiga pilihan. Dan lo harus pilih salah satunya!"

"Apa aja?" tanya Zia.

"Pertama, lo harus jadi pacar gue. Kedua, lo harus jadi istri gue. Dan ketiga, lo harus pilih keduanya!" ucap Heaven dengan penuh penekanan.

Follow IG Author : @smiling_srn27

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Smiling27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. MENCARI PERLINDUNGAN

Zia sedang duduk santai di depan televisi, sambil mengelus Jaka yang sedang duduk di pangkuannya. Sejak tadi gadis itu terus menekan tombol remote, mengganti saluran televisi yang mungkin bisa membantu mood nya yang sedang tidak jelas menjadi lebih jelas. Membosankan, Zia tidak tahu harus melakukan apa saat ini.

Lama berpikir, Zia akhirnya mengingat sesuatu. Persediaan makanan untuk Jaka sudah habis, rencananya ia akan beli di minimarket. Sambil mencari udara segar, mungkin itu akan sedikit membuang rasa bosan.

"Jaka turun dulu ya, Zia mau beli makanan dulu buat Jaka!" Zia menurunkan Jaka dari pangkuannya, menyambar tas kemudian berlari menuju Tante Viara untuk meminta izin.

"Tante! Paman!" panggil Zia sembari mengedarkan pandangannya. Kakinya dengan cepat menuruni anak tangga, karena memang kamarnya berada di lantai dua.

"Kenapa sayang?" Viara yang sedang duduk di ruang tamu, menoleh sambil tersenyum.

"Pak Didin udah pulang belom?" Zia menanyakan keberadaan supir yang biasa mengantar jemput dirinya.

"Eum kayaknya belum!" ucap Viara seraya berfikir.

"Kamu mau ke mana?" tanya Max yang duduk di samping istrinya.

"Zia mau ke minimarket bentar ya Paman, bosen nggak tau mau ngapain!" Melihat Paman Max mengangguk, Zia tersenyum lebar dan langsung berlari keluar.

"Jangan lama-lama, udah malem soalnya!" teriak Viara yang langsung di acungi jempol oleh Zia.

Di luar rumah, Zia langsung menuju pos jaga. Di sana adalah tempat biasa supirnya istirahat bersama pengawal lainnya, termasuk mata mata yang biasa mengawasi Zia setiap hari.

"Pak Didin!" panggil Zia tiba-tiba melongok dari balik pintu. Sampai mengejutkan semua orang yang sedang asik bermain kartu di pos jaga itu.

"Nona Zia!" Sontak semua pengawal merapikan kartu-kartu yang sudah berceceran, kemudian berdiri dengan patuh di hadapan Zia.

"Ini apaan?" Mengernyit tidak tahu, Zia mengambil kartu yang jatuh tepat di depan kakinya.

"Itu kartu as hati, Nona!" jawab salah satu pengawal dengan hati-hati.

Zia hanya beroho ria, lalu menyerahkan kembali kartu pada pemiliknya. Karena tidak tahu gunanya kartu bergambar satu hati berwarna merah itu untuk apa.

"Santai aja kali Pak, Zia cuma mau nyari Pak Didin aja kok!" Zia terkekeh melihat raut wajah para pengawal yang mendadak datar, padahal tadinya mereka sedang asik bersenda gurau.

"Kenapa Non, ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Didin gugup. Khawatir Zia akan melaporkan kegiatan mereka tadi pada Tuan Max, padahal untuk apa juga Zia melaporkannya.

"Pak Didin anterin Zia ke minimarket bentar ya!" pinta Zia.

"Baik Non, mari!" Pak Didin berjalan mengiring Zia menuju mobil.

Begitu masuk ke dalam mobil, Pak Didin langsung melajukan mobilnya menuju minimarket terdekat. Tidak berselang lama mereka sudah sampai di tempat tujuan. Tempatnya memang tidak terlalu jauh jika menggunakan mobil, tapi jika hanya mengandalkan kaki itu akan banyak menguras tenaga. Karena rumah Paman Max memang berada di dalam komplek perumahan elite, yang cukup jauh dari pusat perbelanjaan.

Sebelum masuk ke dalam minimarket, Zia lebih dulu memakai penutup kepala dari hoodie yang ia pakai. Cewek itu sedang tidak ingin menjadi pusat perhatian, meski ia sendiri belum tahu ada beberapa orang di dalam minimarket tersebut. Itu hanya untuk berjaga-jaga saja, agar lebih memudahkannya nanti.

"Nona! Sambil nunggu, saya ke warung nasgor itu dulu ya!" ucap Pak Didin menunjuk penjual nasi goreng di seberang jalan. Sejak tadi perutnya memang belum diisi oleh apapun, karena biasanya Pak Didin akan makan malam bersama istrinya di rumah.

"Oh! iya Pak!"

Zia memasuki minimarket setelah melihat tempat penjual nasi goreng di seberang jalan yang di tunjuk Pak Didin. Tanpa menunggu lama, Zia langsung mencari di mana letak makanan untuk kucing. Pelan tapi pasti Zia berjalan, sambil menelisik barang-barang jualan yang tertata rapi di sepanjang rak.

Akhirnya ketemu!

Zia tersenyum lebar setelah menemukan deretan bungkus makanan kucing dengan berbagai warna. Ralat, hanya ada tiga warna yaitu kuning, putih dan ungu. Gadis itu berjongkok untuk segera memilihnya, karena memang letaknya berada di rak paling bawah. Zia meletakkan makanan kucing itu ke dalam keranjang yang sempat diambilnya tadi.

Setelah selesai memilih, dengan langkah santai Zia menuju kasir sembari menatap deretan barang yang ada di rak sebelah kanan dan kiri. Siapa tahu ia membutuhkan barang lainnya, selain makanan kucing tentunya.

Bruk

"Awhh sshhh...."

Zia memekik kesakitan, baru saja seseorang berjaket hitam menyenggol bahunya dari arah belakang. Bukan bahunya yang terasa sakit, melainkan ujung jari kelingking kakinya yang tidak sengaja kejatuhan keranjang miliknya. Apalagi saat ini Zia hanya menggunakan sandal jepit berwarna biru. Jangan tanyakan bagaimana rasanya, bayangkan saja seekor simpanse obesitas sedang menyeimbangkan diri di atas jempol kaki. Tidak, jangan dibayangkan karena itu terlalu tidak mungkin.

Zia membuka penutup kepalanya, menatap kesal punggung seseorang yang telah menabraknya tadi. Sengaja atau tidak, seharusnya orang itu meminta maaf padanya, bukan malah pergi begitu saja. "Minta maaf kek, main pergi aja!" gerutunya.

Cowok yang sedang membawa minuman dingin itu menghentikan langkahnya mendengar ucapan itu, ia berbalik badan menatap Zia yang sedang berjongkok sambil memegangi kakinya. Sudut bibirnya sedikit terangkat setelah melihat wajah cewek itu, tanpa berpikir panjang ia kemudian berjalan mendekat.

Cowok itu lagi, kenapa aku selalu sial setiap kali ketemu dia. -gerutu Zia dalam hati.

"Apa?" kesal Zia menatap cowok yang kini berdiri di hadapannya. "Bukannya minta maaf malah main nyelonong aja!" gerutunya lagi.

Cowok itu hanya diam saja, perlahan berjongkok lalu menempelkan minuman dingin miliknya di jari kaki Zia yang memerah. Terpaku dalam diam, Zia terkejut dengan apa yang sedang di lakukan cowok itu. Beberapa detik berlalu, mereka masih berada di posisi yang sama. Rasa sakit di kaki Zia mulai menghilang diganti rasa dingin dari minuman tersebut.

"Heav! Lagi ngapain lo?" panggil seorang cowok yang baru datang.

Gala mengernyit heran melihat Heaven tengah berjongkok bersama seorang cewek berambut panjang. Memang benar cowok yang menabrak Zia tadi adalah Heaven. Heaven yang ditanya hanya mengangkat sebelah alisnya, seolah bertanya kenapa.

"Ikut gue, genting!"

Gala buru-buru pergi keluar setelah mengucapkannya. Melihat wajah sepupunya yang terkesan darurat, Heaven pun segera pergi mengikuti. Meninggalkan minumannya tanpa bicara apapun pada Zia. Menyadari minuman itu tergeletak di depan kakinya, Zia segera mengambilnya lalu mengejar cowok itu untuk mengembalikannya.

Sampai di depan pintu, Zia begitu terkejut melihat kekacauan di luar. Banyak orang yang tengah berkelahi, saling memukul satu dengan yang lainnya. Bukan hanya Zia, Heaven yang ada di sampingnya pun juga terkejut. Zia memegangi lehernya yang tiba-tiba terasa tercekik, ingatan penculikan di masa lalu kembali berseliweran di otaknya.

"Aaaaakkhhh...." Zia menjerit histeris sambil memegang lehernya, tubuhnya mendadak lemas setelah melihat seorang gadis tergeletak tak berdaya di antara orang-orang yang sedang berkelahi itu.

"HEAV AWAS!" Gala memekik saat melihat seorang cowok tengah melayangkan sebuah balok kayu kepada sepupunya.

Bugh

Terlambat, balok itu sudah lebih dulu mendarat di punggung Heaven. Cowok itu sebelumnya sedang fokus pada Zia yang tiba-tiba menjerit histeris, ia takut cewek yang belum dikenal olehnya itu kenapa kenapa. Alhasil ia tidak bisa mengelak dari serangan mendadak itu. Balok besar itu berhasil melemahkan tubuhnya. Beruntung balok itu tepat mengenai punggung, bukan kepalanya.

"Heav, mending lo masuk ke dalam!" titah Gala yang sedang menghajar cowok yang telah memukul Heaven tadi.

Heaven berusaha menahan rasa sakit di punggungnya, lalu menarik Zia bersembunyi di dalam minimarket. Zia yang sedang tidak terkendali memaksa Heaven untuk memeluknya agar lebih tenang. Mereka bersembunyi di balik rak sambil berjongkok. Di sisi lain, para pekerja minimarket juga sedang bersembunyi di tempatnya masing-masing.

"Dad, Anna takut!" lirih Zia menangis sambil memeluk erat cowok yang juga sedang memeluknya itu. Zia sedang mencari perlindungan sambil merapalkan tiga kata itu berkali-kali, bayangkan masa lalu yang berseliweran di pikirannya membuat lehernya semakin terasa tercekik.

"D-Daddy, A-Anna tak-ut!" lirih Zia tersendat.

Heaven mengerutkan kening heran, cewek yang sedang merintih ketakutan itu menganggap dirinya adalah Daddy. Tapi Heaven tidak peduli lagi, sambil menahan sakit di punggung ia masih berusaha menenangkan gadis itu. Mengelus punggung Zia yang sedang bergetar hebat akibat menangis juga ketakutan.

"Tenang Anna, ada Daddy di sini!" Meskipun terasa aneh, tapi Heaven tetap mengatakannya. Tidak peduli pada orang lain yang mendengarnya, Heaven hanya ingin cewek itu tenang dan merasa aman di dalam pelukannya.

Mendengar suara itu, perlahan Zia membuka matanya. Tangannya masih mencengkram erat jaket yang di pakai Heaven, masa bodo siapa cowok yang sedang di peluknya saat ini. Hangatnya tubuh Heaven tetap tidak mampu memberikan ketenangan untuk Zia. Gadis itu tidak bisa merasakan apapun selain ketakutan yang menghantui.

Zia terdiam dalam pelukan, pandangan matanya menangkap seorang cowok yang sedang mengendap-endap masuk ke dalam pintu bertuliskan 'HANYA UNTUK KARYAWAN!'. Di lihat dari tampilannya, Zia tahu cowok itu bukan pekerja minimarket. Ia seperti pernah melihat sebelumnya, tapi tidak tahu di mana. Pikirannya yang sedang tidak terkendali membuatnya tidak bisa mengingat dengan jelas.

Zia ingin mengatakannya pada Heaven, mana tahu cowok itu sedang merencanakan sesuatu yang tidak terduga oleh semua orang. Namun Zia tidak bisa mengatakannya, mulutnya terasa terkunci akibat rasa takut luar biasa yang menyerangnya. Seperti biasa, trauma masa lalu yang tidak mendapat penanganan cepat akan membuatnya mengunci mulut dalam beberapa hari ke depan.

Selang beberapa menit situasi sudah mulai kondusif, Gala masuk ke dalam minimarket untuk mencari Heaven. Cowok itu cukup khawatir dengan keadaan sepupunya setelah mendapatkan pukulan keras tadi.

"Heav! Heaven!" teriak Gala sambil mengedarkan pandangan mencari sepupunya.

"Gue di sini!" jawab Heaven dengan masih memeluk Zia yang belum mau melepaskan dirinya.

Gala terperangah melihat apa yang sedang dilakukan Heaven dengan seorang cewek, posisi mereka sedang sangat intim. Mereka berdua sedang berjongkok sambil berpelukan dan itu pun di balik rak yang tidak mungkin ada orang lain akan melihat. Hebat, seorang Heaven mampu melakukan hal demikian.

"Udah beres, gue ke depan dulu!" Gala salah tingkah sendiri melihatnya, dirinya seperti seseorang yang baru saja memergoki dua sejoli yang sedang berduaan. Merasa tidak nyaman dengan situasi itu, Gala buru-buru pergi keluar dari minimarket.

"Lo nggak papa kan?" tanya Heaven yang perlahan melepaskan pelukannya. Zia hanya diam saja, wajahnya sayu tidak menunjukkan reaksi apapun. "Udah beres katanya, mending kita keluar!"

Heaven memahami cewek itu sedang merasa takut saat ini, karena itu dia tidak menjawab pertanyaan itu. Perlahan Heaven membantu Zia berdiri, menuntunnya keluar dengan satu tangan berada di pinggang dan tangan lainnya memegang tangan gadis itu. Zia masih saja merasa takut, hingga tidak menyadari bahwa kini dirinya tengah memegang tangan Heaven dengan sangat erat.

"Lo ke sini sendiri?" tanya Heaven begitu sampai di luar.

Zia hanya diam saja, melihat suasana di depan minimarket yang sudah menyepi. Ada bekas darah di tengah pelataran itu, Zia yakin itu bekas darah dari perempuan yang terluka tadi. Hanya tinggal beberapa cowok di sana, sepertinya itu adalah teman cowok yang sedang memeganginya saat ini. Karena setelah keluar, beberapa cowok itu langsung datang menghampiri. Wajahnya pun ada yang sama seperti yang pernah Zia lihat saat pertama kali masuk sekolah beberapa hari yang lalu.

"Non, Non nggak papa?"

Pak Didin berlari tergopoh-gopoh menghampiri dengan raut wajah khawatir, ia telah teledor dengan membiarkan Nonanya sendirian. Sekali lagi Zia hanya diam saja, dan itu membuat Pak Didin semakin khawatir. Bukan hanya karena keadaan Zia, tapi juga nasib pekerjaannya nanti. Pak Didin sudah menduga setelah ini pekerjaannya akan menjadi taruhan.

"Bapak kenal sama dia?" tanya Heaven pada Pak Didin.

"Kenal Den, dia Non saya. Maksudnya saya supirnya!" ucap Pak Didin.

"Mending Bapak cepet anter dia pulang! Biar cepet istirahat di rumah!" saran Heaven.

"Iya Den, mari Nona!" Pak Didin menuntun Heaven dan Zia menuju mobil, untung saja mobil itu tidak kenapa kenapa meski tadi berada di antara para anak muda yang berkelahi.

Pak Didin membukakan pintu mobil, sementara Heaven menuntun Zia untuk masuk. Zia hanya menurut dengan mulut yang masih terkunci rapat, tak jarang air mata masih mengalir di pipinya. Setelah memastikan Zia duduk dengan nyaman, Heaven kembali menutup pintu mobil.

"Pak, hati-hati di jalan!" ucap Heaven sembari menepuk bahu Pak Didin.

"Iya Den, terimakasih sudah menolong Nona saya!" ujar Pak Didin kemudian masuk ke dalam. Perlahan Pak Didin mulai menjalankan mobilnya, sementara Zia hanya duduk diam sambil menyandarkan tubuhnya di belakang.

"Anna!" guman Heaven tersenyum tipis melihat mobil Zia yang kian menjauh.

"Lo suka?" tanya Gala yang memang lebih peka jika menyangkut Heaven daripada yang lain. Tidak kunjung menjawab, Heaven hanya balik menatap Gala dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Bos, ayo! Urusan kita sama mereka belom selesai! Kita harus amanin bukti!" ucap Agam menginterupsi semuanya.

1
레이디핏
Si Icha ini pen gue tempelenggggg, ziana juga kenapa ikut2an segalaaa
strawberry milk
bagus
Qaisaa Nazarudin
Lumayan
Qaisaa Nazarudin
Dari tadi Drama nabrak mulu..
Qaisaa Nazarudin
Katanya Dia paling berkuasa di sekolah itu,Masa untuk mencari data dan kelas seorang Zea aja gak bisa..ckk patut di curigain...
Qaisaa Nazarudin
Dio emang sengaja berdandan kek cupu gitu..
Qaisaa Nazarudin
Feeling ku mrngatakan kalo mereke ini putus Karna salah paham,Agam menyangka kalo Handa ada yg lain,Dan Handa juga lebih kurang mikir yg sama..
Qaisaa Nazarudin
Mungkin Agam TERPAKSA mutusin Handa takut Handa jadi sasaran musuhnya...
Qaisaa Nazarudin
Imut banget mukanya gak cocok jadi ketua gengster...😂😂😜😜
Qaisaa Nazarudin
Jangan nilang Itu Heaven ya..Heaven hanya untuk Zea...
klmnanara_
Luar biasa
Iyank Nha Rully
/Facepalm//Curse//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
Iyank Nha Rully
Luar biasa
Mamay
gala pdhl suka handa,
@ellenlenn`
bikinn Zia sukaa dongg Ama heaven
Angrani
kapan lanjut lagi nih thor😪😭, udh lama tau nunggu nyah huft
Fenti
aku mampir kak😁
Yuli Yanti
gala cita2nya jadi PMR 😁😁
Alif
bagus banget semangat kak untuk novel2 selanjutnyaaa ...
Alif
astagaa nandaaaa .. ngakak abis kalau SMA nandaa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!