Pesona Selir Yang Disia-siakan

"Apa?! Kenapa lihat-lihat seperti itu?!" bentak Lin-rang dengan muka menakutkan.

Deg..

Selir Wei xian terkejut super luar biasa, kalau dulu dia yang suka membentak Lin-rang. Sekarang sepertinya berbelok arah.

"Beraninya kamu membentak ku!" seru selir Wei xian.

"Memangnya kenapa aku tidak boleh membentak mu, siapa kamu? memangnya kamu ibuku!" Lin-rang nampak membentak selir Wei xian dengan suara yang lebih keras, bahkan volumenya seperti musik yang ada di tempat dugem.

Kau!" seru selir Wei xian. dia menunjuk wajah Lin-rang dengan wajah yang merah.

Lin-rang tersenyum, setelah itu jari selir Wei xian yang menunjuknya langsung dia jentik dengan jarinya dengan sangat keras. Hal itu membuat selir Wei xian berteriak karena kesakitan.

"Hai muka berudu, jangan pernah kamu berani menunjukku dengan jari-jari jelekmu itu ya, kamu sudah masuk ke rumahku, kamu sudah membobol rumahku. Dasar maling!" ujar Lin-rang dengan wajah yang sangat menakutkan.

Selir Wei xian yang tidak akan pernah mengira kalau rival beratnya itu sekarang berubah total. Bukannya takut padanya malah Lin-rang seolah memojokkannya.

"Sekarang kamu keluar dari sini, jika tidak akan ku ambil kayu besar itu, lalu memukul kalian satu persatu!" ujar Lin-rang yang kemudian benar-benar mengambil kayu yang tergeletak di sekitar tempatnya berdiri. hal itu membuat selir Wei xian ketakutan luar biasa, bahkan yang jadi sasaran utamanya adalah pelayan selir Wei xian.

Lin-rang memukulnya dengan sangat keras, hal itu membuat pelayan selir Wei xian berteriak dengan sangat keras. "Beraninya kamu!!!" seru pelayan selir Wei xian.

"Masih berani ya!" bentak Lin-rang yang kemudian memukul pelayan selir Wei xian kembali.

"Aaaaaa!" teriak pelayan selir Wei xian yang dipukuli oleh Ling ran.

Setelah itu Lin-rang beralih mengejar dua pengawal selir Wei xian, mereka tidak mampu melawan Lin-rang, hanya mampu diam tanpa mengatakan apapun. selir Wei xian seolah dibuat terkejut karena Lin-rang yang benar-benar sudah berubah total. bahkan kali ini Ming-na disuguhi adegan yang tidak akan pernah dia pikirkan sekalipun.

"Apakah aku mimpi? apakah ini benar-benar nyonya? apakah dia adalah gadis yang tumbuh besar bersamaku dulu?" ucap Ming-na yang tidak percaya. dia dari tadi hanya mampu menonton tanpa mengucapkan sepatah pun.

"Sini kalian! aku mau menghajar kalian sampai mati!" teriak Lin-rang dengan suara yang begitu keras. Dia mengejar dua pengawal selir Wei xian yang sudah kabur tunggang langgang, karena salah satu dari pengawal itu sudah dilempari oleh Lin-rang dengan kayu yang seukuran segenggam tangannya.

"Kamu mau tetap di sini? apa kamu mau aku pukuli?!" teriak Lin-rang kepada selir Wei xian. hal itu membuat selir Wei xian tidak berkata lagi.

Selir Wei xian langsung kabur secepatnya keluar dari rumah Lin-rang. "Dasar wanita gila! dasar wanita gila!" teriak selir Wei xian dengan wajah yang sangat ketakutan, dia berlari tanpa menoleh ke belakang lagi karena takut jika kayu yang ada di tangan Lin-rang akan melesat ke arahnya.

"Cepat kalian pergi dari sini, jika tidak wanita gila itu akan membunuh kita!" seru selir Wei xian yang meminta dua pengawalnya untuk segera membawa kereta kuda meninggalkan tempat Lin-rang.

Lin-rang menatap kereta kuda yang berlari dengan sangat kencang itu. "Dasar muka berudu, berani banget sama aku, lihat aja sebentar lagi aku akan menunggu bokong itu." ucap Lin-rang yang kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Lin-rang masuk ke dalam rumah dengan muka yang begitu berseri namun sangat kesal, sedangkan Ming-na dia langsung bertepuk tangan, saat Lin-rang memasuki rumah tidak kenapa kamu tepuk tangan seperti itu.

"Kamu kira aku habis menang lomba tinju." kesal Lin-rang.

"Kakak benar-benar hebat, padahal dulu wanita itu sangat jahat sama kakak, Dia adalah wanita yang kejam." ucap Ming-na.

"Apakah wanita itu juga sering menyiksamu dan aku?" tanya Lin-rang.

Ming-na menganggukkan kepalanya, dia sedikit bercerita mengenai apa saja yang dia alami bersama Lin-rang di istana dahulu. hampir 2 tahun mereka di sana tidak ada satu hari pun yang terlewat tanpa siksaan

"Dua tahun? aku di istana selama 2 tahun?" tanya Lin-rang sembari menunjuk wajahnya sendiri.

Ming-na menganggukkan kepalanya. "Dua tahun? berarti aku di istana lumayan lama dong. Kalau begitu aku berangkat dari rumahku berarti usia 14 tahun?" tanya Lin-rang.

Ming-na menganggukkan kepalanya, karena waktu itu Ming-na masih berusia menginjak 13.

"Waduh... berarti hidupku sia-sia selama 2 tahun di istana, sudah dicuekin, tidak dapat apa-apa, dan tidak dapat pengakuan pula, ck.. ck.. ck.., ternyata hidupku itu benar-benar sia-sia. Kalau begitu aku harus cari cara untuk masuk ke istana dan membalas dendam kepada para pasukan berudu yang menyiksaku." ujar Lin-rang.

"Kakak, pasukan berudu? pasukan berudu itu siapa?" tanya Ming-na sembari menggaruk rambutnya.

"Ya tentu saja para selir yang ada di istana juga para pelayan yang sering menyiksa kita." jawab Lin-rang yang kemudian masuk sembari menggoyangkan tubuhnya, berjoget ria seolah dia mendapatkan hadiah.

"Kakak, jangan berjoget seperti itu. Kamu ini perempuan, tidak baik!" seru Ming-na yang berusaha untuk menghentikan goyangan Lin-rang.

sore itu selir Wei xian pulang dengan wajah yang begitu kesal, dia memegang tangannya yang sudah dipukul oleh Lin-rang. sedangkan pelayannya, dia merintih kesakitan karena tubuhnya dipukuli oleh Lin-rang dengan sangat keras.

"Nyonya, aku tidak pernah mengira kalau si bodoh itu sudah berubah." ucap pelayan selir Wei xian.

"Iya, aku juga tidak mengira kalau dia berubah seperti itu, setelah kematian terakhirnya dia malah seperti perwujudan orang lain." jawab selir Wei xian.

Si pelayan merintih kesakitan, tubuhnya seperti sudah kejatuhan pohon super besar. "Aduh.. sakit nyonya," rintihnya ketika tubuhnya diobati oleh pelayan yang lain.

"Sudah, jangan manja seperti itu, Kamu kira tanganku tidak sakit? wanita itu melintir tanganku seperti memelintir makanan. lihat saja apa yang akan aku lakukan." ujar selir Wei xian yang kemudian malah ikut berteriak ketika tangannya diobati oleh pelayannya yang lain.

Suara teriakan mereka berdua terdengar begitu keras, salah satu Kasim yang bekerja untuk ibu suri memberitahukan mengenai kabar Kalau selir Wei xian baru pulang dari tempat Lin-rang.

"Apa kamu yakin Kasim?" tanya ibu suri.

"Iya yang mulia, Saya yakin." jawab Kasim.

"Dengarkan aku baik-baik kasim, terus selidiki mengenai para selir di kerajaan ini, aku sudah mendengar mengenai mereka yang selalu menyiksa selir Lin-rang dahulu." kata ibu suri.

"Baik ibu suri." Jawab Kasim.

*Bersambung*