 
                            Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Mencari Tahu Tentangnya.
Saat Rania keluar dari restoran, hujan deras masih mengguyur. Tapi ia seperti tidak merasakannya, membiarkan tubuhnya basah kuyup. Tanpa payung besar dan hanya mengenakan mantel tebal, ia berjalan menuju mobil. Rania kembali pulang ke apartemen.
Sementara Raffael yang sebelumnya begitu bernapsu melumat bibir Natalie, sudah melepaskan sekretarisnya itu saat mendengar suara pintu yang terbuka.
Seseorang masuk, membawa aura berkuasa yang begitu kuat.
"Tuan Rexi." Raffael langsung berdiri, menyambut rekan bisnis yang sudah ia tunggu-tunggu kedatangannya. Tangan yang Raffael ulurkan tak bersambut, melainkan diterima oleh Jack, sang asisten pribadi Rexi.
Raffael hanya terkekeh bercampur sinis melihatnya. Sudah biasa memang, jika seseorang yang bergelimang harta sekaligus memiliki kekuasan bersikap demikian—cenderung sombong, dingin dan tak tersentuh.
"Senang akhirnya bisa bertemu langsung, Tuan Rexi," kata Raffael dengan nada suara yang terdengar begitu akrab. Ia tahu bahwa saudara sepupu sang istri adalah adik ipar dari pria dingin di hadapannya ini. Karena itu, Raffael bersikap santai, kendati ini adalah pertemuan pertama mereka.
Raffael tersenyum kecil dan kembali bersuara, "Bagaimana jika kita minum lebih dulu sebelum membahas tentang pekerjaan." Raffael menggerakkan tangan, meminta agar Natalie menuangkan minuman untuk Rexi dan Jack.
Jack menegak habis whisky kualitas terbaik itu. Tidak dengan Rexi, yang hanya duduk diam. Netra dinginnya hanya mengarah pada Raffael yang bersikap sok akrab dengannya.
"Maaf, Tuan Raffael, di luar sedang hujan, mari kita segera memulai pembahasannya saja," kata Jack memahami ekspresi tuannya yang seperti seseorang tengah menahan asam lambung.
Tanpa menunggu persetujuan, Jack sudah bergerak cepat mengeluarkan berkas-berkas dan langsung memulai pembahasan kerja dengan cepat.
Natalie yang dari tadi terus memperhatikan wajah tampan Rexi pun harus rela beralih pada pekerjaannya. Natalie tadi terpaku, ia baru pertama kali melihat Rexi. Wajah rupawan dengan kharisma kepemimpinan yang begitu kuat terpancar. Aura yang jelas akan membuat banyak wanita menggilainya.
Dengan profesional, Natalie mendampingi Raffael dalam pekerjaan, sembari tetap melirik Rexi yang duduk dengan tenang dan berwibawa dalam diamnya.
Selagi Jack menyelesaikan pekerjaan, Rexi benar-benar hanya diam saja, ia bahkan tidak meraih minuman yang ada di atas meja, yang sudah dituangkan oleh Natalie untuknya.
Natalie membuka pembicaraan bersama Rexi dengan cara menawarkan langsung minuman pada pria tampan itu. Namun sayang, usahanya tak berhasil, Natalie berakhir diabaikan dan bahkan Rexi sama sekali tak melirik pada wanita yang mengenakan pakaian kerja begitu sexy itu.
"Apa yang Anda mainkan itu, Tuan Rexi?" tanya Natalie memberanikan diri. Suaranya terdengar halus dan manja. Pria dingin dan tak ramah seperti Rexi ini bagaikan sebuah tantangan dan mainan baru bagi wanita seperti Natalie.
Dan pertanyaan itu ternyata berhasil menghentikan gerakan tangan Rexi yang dari tadi asyik memutar-mutar kotak hadiah kecil yang bentuknya tak lagi rapi.
Rexi tak menatap pada Natalie yang tadi bertanya padanya, melainkan pada Raffael yang pembicaraannya terjeda bersama Jack.
"Kau ingin tahu?"
Akhirnya suara rendah dan berat begitu khas itu terdengar. Natalie sampai tersenyum dibuatnya karena merasa berhasil memancing pria sedingin kutub utara untuk bisa membuka suaranya.
"Ini hadiah dari kekasihku."
Natalie menelan kekecewaan saat mendengar jawaban Rexi. Tapi itu hanya sesaat. Sudah memiliki kekasih bukanlah halangan besar, buktinya Raffael yang bahkan telah memiliki istri cantik seperti Rania saja bisa jatuh ke dalam pelukannya.
"Aku ingin sekali membukanya," kata Rexi lagi dengan tetap menatap Raffael. Ia kembali memutar-mutar kotak hadiah itu di tangannya.
Raffael bingung, terutama pada tatapan Rexi yang terus tertuju ke arahnya. Ia merasa ada sesuatu, tapi tidak tahu apa.
"Buka saja, Tuan Rexi. Kami jadi ikut penasaran apa yang kekasih Anda berikan." Natalie tersenyum manis, meski Rexi sama sekali tak menoleh padanya.
Raffael mengangguk. "Ya, sebaiknya buka saja. Anda terlihat tidak sabar dan pasti sangat penasaran dengan isinya."
Belum Raffael menyelesaikan ucapannya, Rexi sudah lebih dulu membuka hadiah itu dan mendapati sebuah tie clip berdesain elegan.
Yang lain hanya memperhatikan. Raffael dan Natalie sedikit terperangah saat melihat pria sekaya raya Rexi hanya mendapatkan hadiah sederhana yang tak seberapa nilainya itu dari kekasihnya.
"Aku boleh memilikinya?"
Pertanyaan itu entah Rexi lontarkan untuk siapa, Raffael dan Natalie terlihat tidak mengerti. Sampai Rexi mengangkat wajah dan kembali menatap serius pada Raffael.
"Tentu saja." Refleks Raffael memberikan anggukan. Jika itu dirinya, jelas ia tidak akan menerima hadiah murahan seperti itu. Tapi ia tidak ingin menyinggung perasaan Rexi. "Anda jelas boleh memilikinya. Tidak ada yang akan melarang."
Rexi tersenyum dingin seraya tangannya memasang penjepit dasi itu. "Setujui semua kerja samanya, Jack," katanya singkat.
Dengan langkah mantap, Rexi berdiri dan meninggalkan ruangan VIP begitu saja, tanpa menoleh ke belakang, tidak peduli dengan tatapan Raffael yang masih terpaku padanya. Jack segera menyusul, setelah memastikan semua detail kerja sama tercatat dengan baik.
Saat memasuki mobil, Jack pun bertanya, "Kita pulang, Tuan?"
Rexi yang duduk di kursi belakang tidak langsung menjawab, tatapannya menerawang ke luar jendela yang dihiasi tetesan hujan. "Cari tahu semua tentang dia," perintah Rexi dengan nada suara yang rendah.
Jack memperhatikan kaca spion tengah untuk bisa melihat Rexi.
"Anda yakin ingin tahu tentang kehidupan Nona Rania, Tuan? Itu berarti melanggar janji Anda padanya," kata Jack terdengar hati-hati.
"Sepertinya kau mulai tuli, Jack."
Kan! Jack sampai menelan pelan salivanya. Suara Rexi sudah berubah semakin berat.
"Aku tidak memintamu mencari tahu tentang kekasihku!" tekan Rexi dengan melempar tatapan ke kaca spion, menyergap pandangan Jack dengan sorot matanya yang begitu tajam.
Jack langsung mengangguk cepat, memahami sinyal bahaya untuk tidak membicarakan topik yang sensitif bagi tuannya. Di dalam hati, ia menggumam, "Anda sepertinya juga mulai lupa, Tuan. Kekasih Anda itu kini sudah menjadi istri orang." Jack hanya bisa menyembunyikan pikirannya itu sambil fokus mengemudikan mobil ke tujuan.
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    