NovelToon NovelToon
BABYSITTER KESAYANGAN CEO

BABYSITTER KESAYANGAN CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Pengasuh / Ibu Tiri / Chicklit
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Kiandra Pravira, baru saja kembali ke Jakarta dengan hati yang hancur setelah dikhianati mantan kekasihnya yang menjalin hubungan dengan adiknya sendiri. Saat berusaha bangkit dan mencari pekerjaan, takdir membawanya bertemu dengan Axton Velasco, CEO tampan dari Velasco Group. Alih-alih menjadi sekretaris seperti yang ia lamar, Kiandra justru ditawari pekerjaan sebagai babysitter untuk putra Axton, Kenric, seorang bocah enam tahun yang keras kepala, nakal, dan penuh amarah karena kehilangan Ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Sesampainya di rumah sakit, Pak Herman turun lebih dulu untuk memanggil perawat. Kiandra masih menggenggam Kenric erat, meraba dahinya yang panas sekali. Perlahan, mata bocah itu terbuka.

“Di… di mana kita?” tanyanya lemah.

“Di rumah sakit, Nak. Kamu akan diperiksa dokter supaya cepat sembuh,” jawab Kiandra lembut, berusaha menenangkan.

Dari luar, ia melihat Pak Herman kembali bersama beberapa perawat yang mendorong brankar. Pintu mobil dibuka, lalu mereka dengan hati-hati memindahkan Kenric.

“Pak Herman, tolong jemput Helena. Suruh bawa barang-barang Kenric ke sini,” pinta Kiandra.

“Baik, Kiandra. kamu jaga di sini dulu.” Pak Herman segera pergi.

“Ki… Kiandra… jangan tinggalkan aku sama mereka,” suara Kenric lirih, penuh ketakutan.

Kiandra tersenyum menenangkan. “Aku tidak akan pergi. Mereka hanya ingin mengobatimu. Setelah itu kamu akan baik-baik saja.”

“Apakah Anda wali dari pasien ini?” tanya salah satu perawat.

“Ya,” jawab Kiandra mantap. Siapa lagi yang bisa bertanggung jawab saat ini selain dirinya?

“Silakan ikut saya, Anda perlu mengisi formulir pendaftaran.”

Kiandra menunduk sebentar menatap Kenric. “Dengar ya, jangan keras kepala. Kalau mau cepat sembuh, turuti mereka. Aku akan menunggu.”

Anak itu hanya mengangguk pelan.

“Sampai di sini saja, Nona,” ucap perawat, lalu mendorong brankar masuk ke ruang IGD.

Setelah mengisi formulir, Kiandra menunggu di ruang tunggu. Pikirannya melayang pada Tuan Axton. Mungkin seseorang sudah menghubunginya, tapi karena masih di pesawat, ia belum bisa tahu kabar.

“Kiandra?”

Ia menoleh kaget. “Aiden?!”

Pria itu tampak terkejut juga. “Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu sakit?”

Aneh. Kiandra tidak merasakan apapun lagi saat melihatnya. Mungkin benar, ia sudah move on.

“Aku tidak sakit. Kamu sendiri kenapa di sini?” tanyanya datar, tanpa senyum.

“Aku sama Anaya. Hari ini jadwal kontrol kehamilannya.”

“Oh.” Kiandra menatapnya tajam. “Kalau begitu, jaga adikku baik-baik. Carilah pekerjaan, jadilah pria yang benar. Kalau sampai kamu meninggalkannya, seperti yang kamu lakukan padaku, aku tidak akan tinggal diam. Dan satu lagi, kalau kita bertemu lagi, jangan ajak aku bicara. Jangan biarkan Anaya tahu. Dan jangan bilang ke siapa pun kalau kamu melihatku di sini. Mengerti? Pergi sekarang.”

Kiandra berdiri, meninggalkannya. Ia menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya. Hatinya ringan. Benar, tidak ada lagi rasa untuk pria itu. Meski ia tak bisa melupakan pengkhianatannya, setidaknya kini ia sadar Aiden hanyalah masa lalu.

Saat keluar, ia lega karena ruang tunggu sudah sepi. Tidak ada bayangan pria itu lagi.

“Kiandra! Rupanya di sini! aku kira ke mana tadi.” Helena datang sambil menenteng beberapa tas.

“Tadi ke kamar mandi. Itu barang-barang Kenric?” tanya Kiandra.

“Iya. aku juga bawakan baju ganti untukmu. Ada di tas yang ini,” jawab Helena sambil menunjuk.

“Terima kasih, Helena.”

“Oh iya, ini nomor telepon Tuan Axton. dia masih di pesawat, tidak bisa dihubungi. kamu saja yang kabari nanti,” katanya sambil menyerahkan secarik kertas. Lalu ia menambahkan dengan senyum nakal, “Kesempatan bagus untuk merayunya."

“Dasar! Kamu memang pantas dipukul.” Kiandra melotot. “Sudah, pulang saja. Aku yang jaga di sini. Kalau ada apa-apa nanti aku telepon.”

Helena hanya terkekeh. “Baiklah. yang jaga Tuan Muda, ya. Sampai jumpa.” Ia melambaikan tangan sebelum pergi.

Kiandra kembali duduk. Helena tidak tahu, sebenarnya ia sudah punya nomor Tuan Axton sejak lama. Nanti saja ia menghubunginya.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang IGD. “Siapa wali dari Kenric Velasco?”

“Saya,” jawab Kiandra cepat.

“Demamnya sudah turun karena diberi obat lewat infus. Kami juga sudah melakukan tes darah. Anak ini positif demam berdarah, itu sebabnya suhu tubuhnya sangat tinggi.”

Kiandra mengangguk. Dugaan awalnya benar. Bintik-bintik merah di tubuh Kenric bukan tanpa alasan.

“Bagaimana kondisinya, Dok? Sudah stabil?” tanyanya hati-hati.

“Ya, sejauh ini sudah stabil. Tapi tetap harus dipantau. Ada kemungkinan perlu transfusi darah jika trombositnya turun. Setelah dipindahkan ke kamar, saya akan kabari lagi.”

“Terima kasih banyak, Dok.”

Setelah dokter pergi, ponselnya bergetar. Nama ayahnya muncul di layar.

“Ya, Yah? Ada apa?”

“Kiandra, ayah cuma mau berterima kasih. Uang yang kamu kirim kemarin besar sekali.”

“Ah, ayah tahu kan, Gavin dan Anaya butuh biaya. Tidak apa-apa, Yah. Selama bisa membantu, aku senang.”

“Ayah tahu ibumu kadang keras padamu. Sabar, ya. Lidahnya memang tajam.”

Kiandra tersenyum tipis. “Sudah biasa, Yah. Aku sudah kebal dengan ocehannya. Aiden masih belum dapat kerja, ya?”

“Belum. Ayah malu sama kamu. Uangmu terus yang kami pakai untuk kebutuhan mereka. Padahal adikmu masih muda, hamilnya juga sensitif.”

“Tidak apa-apa, Yah. Yang penting Anaya jangan sampai kekurangan. Kalau Aiden macam-macam, bilang ke aku. Aku yang akan hadapi dia.”

“Iya, hati-hati di sana, Nak. Terima kasih sekali lagi.”

Sambungan terputus. Kiandra menarik napas panjang. Ia lebih suka menerima ucapan terima kasih dari ayahnya, daripada cacian ibunya. Ia anak kandung, tapi selalu diperlakukan seakan hanya mesin ATM.

Tak lama, seorang perawat keluar. “Pasien sudah dipindahkan ke kamar VIP. Silakan menjenguk, Nona.”

“Terima kasih.” Kiandra menerima kertas berisi nomor kamar.

Ia bergegas ke sana, berharap kondisi Kenric terus membaik. Ia tidak tahu dari mana anak itu bisa tertular. Rumah mereka bersih, nyaris mustahil ada nyamuk. Mungkin Kenric terkena saat beraktivitas di luar.

Yang jelas, dokter bilang kondisinya sudah stabil. Semoga Tuan Axton tidak panik saat mendengar kabar ini.

1
Rohana Omar
up date .....up date jgn di gantung seperti baju di jemuran athor
Melon: Update terusss ko tiap harii, 1 hari 3 bab yaa☺️
total 1 replies
kayahhh
lanjut thierr
kayahhh
rame
Anonymous
🩵
Lina ayuu
oke
Silvi
gud
Sania Anugrah
👍👍
Anonymous
lanjut 🤭
Lira
God
Diana sabila
lanjut 😍😍😍
Dewi sartika
bagus
sumiati
la jut
sumiati
bagus
erin
lanjut 😍
Asyatun 1
lanjut
Mira Hastati
bagus
Asyatun 1
lanjut
Sastri Dalila
👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!