Perjalanan Leanor Bersama Sistem Pertanian

Jika ia mengeluarkan sayur yang berbeda ia tidak dapat memberikan alasan kepada ibunya dari mana ia mendapatkan sayuran tersebut.

Pertama sekali Lea menanak nasi di Periuk ia menanak nasi di tungku ala desa, warga desa sini masih banyak yang menggunakan tungku untuk memasak karena tidak sanggup membeli kompor gas, dan membeli gas atau ganti gas juga sangat jauh harus ke pasar kecamatan.

Bagi warga desa yang dapat membeli kompor gas ia kesusahan membeli gas bila mereka kehabisan gas, harus berjalan kaki bila tidak ada kendaraan yang lewat.

Jadi masih banyak yang menggunakan tungku, mereka hanya cukup mencari kayu bakar ke gunung dan tidak mengeluarkan biaya apapun lebih irit dan hemat untuk warga desa dengan mata pencarian yang sedikit.

Setelah selesai menanak nasi Leanor memasak sayuran hijau yang ada di dapur dan ia tambahkan sayuran yang ia keluarkan dari sistem, ia memasak memakai air spiritual yang sudah di encerkan di jamin masakan pasti enak.

Didapur tidak ada yang namanya daging, hanya kentang dan cabe keriting merah, bawang merah hanya beberapa buah yang tersisa dan satu siung bawah putih.

Leanor melihat ada sedikit minyak goreng jadi Leanor menggoreng kentang karena kentangnya tidak cukup ia membeli kentang dari sistem, setelah itu ia menggiling cabe merah dengan batu ulekan benar-benar sederhana, tetapi ia senang melakukan.

Tidak lama setelah itu semua masakannya sudah selesai, masakannya hanya sederhana tapi cukup mengenyangkan karena ia masak sedikit banyak dari pada Biasanya yang ibunya masak. Ia menata semua makanan di meja makan setelah semuanya selesai Bastian kembali dari bermain.

" Kak Putri aku kembali, apa ayah dan ibu belum pulang." Ucap Bastian saat sampai di rumah ia tidak melihat ayah dan ibunya.

"Mandilah dan ganti pakaian mu, setelah itu tunggu ayah dan ibu untuk makan bersama, aku sudah masak banyak hari malam ini." Ucap Lea kepada adiknya.

" Benarkah kak put sudah masak." Bastian melihat masakan sudah tertata rapi di atas meja lebih banyak dari masakan ibunya " banyak sekali kak apa kamu menghabiskan semua bahan di dapur, ibu sudah susah payah berhemat nanti ibu marah bagaimana." Tambah Bastian lagi.

" Tidak masih ada kok, ibu tidak akan marah, cepatlah mandi jangan banyak tanya!" Ucap Lea lagi lalu Bastian segera mandi.

"Baiklah, aku tidak sabar untuk makan seperti masakan kak putri pasti enak." Ucap Bastian sambil berlari kedalam menuju arah sumur.

"Uf.. aku harus mengadakan rapat keluarga nanti, aku kurang suka bila di panggil Putri." Gumam Lea lalu ia pergi ke dalam kamarnya untuk mandi di ruang dimensinya.

Setelah ia selesai mandi bastian juga selesai mandi, kebetulan kedua orang tuanya juga pulang, hari sudah senja karena matahari sudah mulai terbenam menimbulkan cahaya kemerahan.

" Ibu ayah, mengapa kalian hari ini terlambat pulang, biasanya kalian pulang tepat pukul 4 sore." Ucap Leanor melihat ayah dan ibunya pulang yang lelah ia memberikan minum air putih untuk ibu dan ayahnya.

" Ayah, ibu minum lah dulu setelah itu baru ceritakan apa yang terjadi." Leanor memberikan gelas berisi air putih kepada ayahnya setelah itu baru kepada ibunya.

Kedua orang tua itu terkejut melihat putrinya yang menyambut kepulangan meraka dan memberikan mereka minum juga, mereka berdua saling pandang lalu tersenyum sambil meminum air yang di berikan oleh putri mereka.

" Air ini sangat segar, lelahku hilang seketika dan tubuhku kembali segar." Ucap pak Dadang dengan senang.

"Kamu benar mas!, aku juga merasakannya lelahku juga hilang seketika." Ucap Nining juga merasakan apa yang di rasakan oleh suaminya.

Leanor hanya tersenyum " tentu saja lelah mereka hilang, karena meraka meminum air spiritual yang sudah di encerkan" gumam Leanor, sebelum memberikan air kepada mereka berdua Lea memasukkan setetes air spiritual kedalam gelas.

"Ayah mengapa kalian terlambat pulang, apa juragan sawah itu mempersulit kalian." Ucap Lea kepada ibunya juga ayahnya.

Ayah Leanor bekerja dengan jurangan sawah di desa tersebut. Mengapa di namakan juragan sawah karena hanya dia yang memiliki sawah yang terluas di desa dan ia juga memiliki tanah yang terluas didesa, juragan sawah adalah orang yang terkaya didesa ini. Dan keluarga pak kades bisa di katakan orang terkaya nomor dua di desa ini. Yang memiliki kendaraan hanya di desa hanya keluarga juragan dan keluarga pak kades.

"Pekerjaan kami tanggung bila di tinggalkan jadi ketua meminta para pekerja menyudahinya sekarang juga, dengan upah tambahan." Ucap pak Dadang sambil mengeluarkan uang Rp.200. 000 dan memberikan kepada Leanor.

Upah harian pak Dadang bekerja bersama juragan sawah hanya 150.000 per hari karena ada kerja tambahan jadi upahnya dinaikkan 50.000, karena itu ia mendapatkan uang 200 ribu.

Bu nining juga mengeluarkan uangnya 150.000 dan memberikannya kepada Leanor

" ibu juga mendapatkan upah, kamu simpan saja uang ini buat biaya pengobatanmu, sekarang uangnya sudah terkumpul 350.000, kamu simpan saja jika kami yang menyimpan pasti akan habis buat beli bahan keperluan dapur." Ucap bu Nining sambil memberikan uang itu kepada Leanor.

"Ibu kamu saja yang simpan uang ini buat keluarga, hanya ibu bisa membagi uang ini dengan adil dan aku tidak perlu berobat lagi aku sudah sembuh, dan lihat aku tidak pucat lagi." Ucap Lea.

Kedua orang tua itu memang memperhatikan wajah putrinya memang tidak pucat lagi justru tambah cantik.

"Tapi kamu tetap cek ke rumah sakit, apakah penyakitmu benar-benar sembuh." Ucap pak Dadang yang disetujui oleh bu Nining.

" Iya ibu setuju kamu juga harus cek kerumah sakit, kalau masalah uang ini ibu akan menyimpannya untukmu." Ucap bu Nining kembali mengambil uang itu.

" Ayah ibu, kalian mandilah lebih dulu setelah itu kita makan bersama-sama, sebentar lagi hari hampir gelap kita tidak bisa lagi makan karena gelap, soalnya lilin dirumah ini sudah habis." Ucap Leanor.

"Kamu masak, apa kamu tidak kelelahan mengapa tidak menunggu ibu pulang lebih dulu." Ucap bu Nining khawatir mendengar putrinya yang memasak.

" Tidak apa bu!, aku tidak lelah dan kelamaan bila menunggu ibu pulang lebih dulu, oh ya ibu cepatlah mandi nanti makanan yang aku masak kedinginan tidak enak lagi." Ucap Leanor lalu ia pergi kekamarnya.

"Kelihatannya kamu benar-benar sudah sehat nak, terimakasih tuhan engkau memberikan keajaiban untuk putriku." Gumam Nining lalu ia kekamarnya untuk mengambil baju ganti, kebetulan suaminya juga sudah selesai mandi,setelah itu ia juga mandi dengan cepat.