Erina (29th) dipaksa Ayahnya bercerai dari suaminya. Erina dipaksa menikah lagi untuk menebus kesalahan Ayahnya yang terbukti telah menggelapkan uang perusahaan.
Agar terbebas dari hukuman penjara, Erina dipaksa menikah dengan Berry, seorang CEO dari perusahaan ternama tempat Ayahnya bekerja.
"Tolong Nak. Ayah tidak ada pilihan lain. Bercerai lah dengan Arsyad. Ini jalan satu-satunya agar ayahmu ini tidak masuk penjara," Wangsa sangat berharap, Erina menerima keputusannya,
"Tinggalkan suamimu dan menikahlah denganku! Aku akan memberimu keturunan dan kebahagiaan yang tidak kau peroleh dari suamimu." pinta Berry tanpa peduli dengan perasaan Erina saat itu.
Bagaimana Erina menghadapi polemik ini? Bagaimana pula reaksi suami Erina ketika dipaksa bercerai oleh mertuanya sebagai syarat agar Erina bisa menikah lagi?
Yuk baca kisah selengkapnya, seru dan menegangkan! Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 Menolak Lamaran
"Tidak!" jawab Erina tegas. Seraya menatap tajam Berry dengan geram. Lalu tatapannya beralih pada Ayahnya.
" Ayah lupa, Erina sudah menikah. Dan suami Erina masih hidup, sehat. Kenapa ayah tidak membicarakan hal ini padaku sebelumnya? Bagaimana kalau suamiku tahu hal ini, tentu akan menyakitkan, Yah," protes Erina tidak mau Ayahnya asal menjodohkan.
Wangsa hanya tersenyum miring, membalas tatapan anaknya dengan tajam pula.
"Ayah tidak peduli dengan perasaannya. Suamimu itu, orang yang tidak berguna. Rumah saja numpang di sini, ga ada harga dirinya jadi suami. Dengarkan Ayah, kamu akan bahagia jika kamu menikah dengan Tuan Berry, iya kan Tuan Berry?" tanya Wangsa meminta dukungan langsung dari orang yang akan menjadi menantu barunya itu.
Pandangan Berry menatap lurus. Sebenarnya perjodohan ini sangat kontra dengan hatinya yang paling dalam karena Erina milik orang lain. Namun Berry sangat membutuhkan Erina untuk menyelamatkan jiwa anaknya. Tidak ada pilihan lain. Erina orang yang tepat untuk dia dan anaknya. Erina harus segera dihalalkan.
Berry butuh sosok wanita yang bisa mengendalikan anaknya. Anaknya butuh ibu seperti Erina. Dia yakin Erina mampu menjadi ibu yang baik buat anaknya.
"Aku yang akan memberimu keturunan. Jika memang suamimu tidak bisa memberimu anak," ujar Berry cukup membuat Erina marah.
"Kami sudah punya anak!" ujarnya tegas dengan nada tinggi.
Berry tertawa sumbang, "Saya tahu anakmu yang sekarang bukan anak kandungmu. Anak itu anak yang kau temukan dari tempat sampah, bukan?"
Erina terhenyak, seraya menatap geram Sang Ayah yang sudah membocorkan rahasia tentang anaknya. Erina mengepalkan kedua telapak tangannya. Ayahnya sungguh tega menceritakan kondisi rumah tangganya pada orang lain.
"Apa pun yang terjadi pada kehidupanku, bukan urusan Tuan. Suamiku masih bisa memberikan kebahagiaan pada keluargaku. Dan Ayah, aku kecewa sama Ayah. Tega ya, ayah menawarkan Erina pada atasan ayah sendiri, demi apa Yah? Kedudukan, jabatan atau uang?" Erina mulai emosi.
"Ayah kamu sudah mengambil uang perusahaan sebesar 500 juta dan tidak bisa membayarnya...."
Erina kembali terhenyak.
"Jadi aku...." ujar Erina menggantungkan kalimatnya sambil menunjuk dirinya, seraya menatap geram ayahnya yang tega melibatkan dirinya dalam kasusnya di perusahaan.
Begitu hancur hati Erina mendengar penjelasan Berry. Ayah yang selama ini ia banggakan rela mengambil uang perusahaan demi menghidupi ibu tirinya. Ternyata rumah baru, mobil baru, yang Ayahnya berikan pada ibu sambungnya adalah uang perusahaan.
"Tolong Nak. Ayah tidak ada pilihan lain. Bercerai lah dengan Arsyad. Ini jalan satu-satunya agar ayahmu ini tidak masuk penjara," Wangsa sangat berharap, Erina menerima keputusannya, suaranya dibuat serendah mungkin dengan harapan ucapannya bisa meluluhkan hati Erina.
Erina menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa menerima kenyataan ini. Ia sangat mencintai suaminya. Walaupun suaminya tidak memberikan harta yang banyak, namun suaminya bertanggung jawab dengan pekerjaannya sebagai tukang ojek online.
"Jadi gara-gara terhasut oleh Ibu yang ga tau diri itu, Ayah rela menjual anaknya sendiri, padahal anaknya sudah berkeluarga. Yah kenapa tidak menjodohkan Erita saja? Erita sudah dewasa dan belum menikah. Jangan pernah mengganggu rumah tangga kami!"
Erina memberi solusi agar Berry menikah dengan adik tirinya yang belum menikah.
"Tidak, Erita itu hanya anak tiri. Kriteria yang diinginkan Tuan bukan dia, tapi kamu. Tuan menginginkan kamu, Sayang!" jelas Wangsa agar Erina mengerti.
Erina kembali menatap Berry yang masih terdiam dengan pandangan lurus ke depan. Berry terlihat lebih tenang, seraya duduk dengan posisi tubuh yang tegak.
"Hey Tuan yang terhormat, tidakkah ada rasa empati sedikit saja untuk aku. Aku ini istri orang. Walaupun kami miskin, suamiku sanggup membiayai kami. Tuan salah orang jika Tuan datang meminangku. Aku tegaskan sekali lagi, aku ini istri orang. Kenapa Tuan mau menikahiku? Aku tidak memiliki apa pun yang bisa kau banggakan. Aku hanya wanita miskin yang sudah bersuami dan memiliki anak," jelas Erina memohon pengertian dari lelaki yang yang datang meminangnya.
"Aku tidak peduli. Keputusan Ayahmu menyerahkan dirimu padaku sudah final. Ayahmu tidak bisa mengembalikan uang yang sudah dia korup selama ini. Jadi kamu jangan main-main denganku. Bercerai lah dengan suamimu. Aku akan memberimu kebahagiaan lahir dan batin. Begitu pun anakmu. Aku akan membuat kalian bahagia," Janji Berry pasti, setiap ucapannya pasti terwujud.
"Tidak. Aku hanya mencintai suamiku!" tegas Erina memajukan tubuhnya tepat di depan lelaki sombong yang berlindung pada kekayaan yang dimilikinya.
Tidak bisa dipungkiri pesona Berry begitu menawan. Terlalu sempurna untuknya. Namun ia bertekad untuk tetap mempertahankan rumah tangganya. Cintanya hanya pada Arsyad bukan pada yang lain. Laki-laki di luar memang lebih menggoda, namun suami tetap harus menjadi nomor satu yang bertakhta di hatinya. Selama suaminya tidak berpaling ke lain hati, tidak boleh ada yang mengusik rumah tangganya.
"Aku tidak peduli. Cinta bisa lahir setelah hidup bersama. Aku benar-benar mencari sosok ibu pengganti untuk anakku. Dia butuh sosok ibu yang menyayanginya. Sejak ibunya meninggal, ia jadi sulit diatur. Aku yakin kamu bisa menjadi ibu yang baik buat anakku," jelas Berry penuh keyakinan dengan pilihannya.
"Kenapa kau begitu yakin aku bisa menaklukkan anakmu?" tanya Erina masih penasaran dengan pilihan Berry yang tidak bisa diubah. Padahal banyak wanita di luar sana yang lebih cantik dan tentunya masih perawan. Mengapa Berry lebih memilih wanita yang sudah menikah seperti dirinya? Sungguh pertanyaan macam ini yang tidak habis dalam pikiran Erina.
"Ya aku sangat yakin, karena kamu...." Berry menggantungkan kalimatnya saat melihat bola mata Erina yang sangat indah. Seraya tersenyum tipis.
"Apa? Kenapa?" tanya Erina penasaran.
nahh lohh Bu Emmi ... bersiap lahh
Tenang Bu gurumu ngk kan biarkan mu pergii
gimana dia bisa di atur kalau papanya aja ngk ngertii
Byk yg gk suka ma razan apalg guru” pdhl mereka bs aja dipecat dan dikluarkan sm papa razan