NovelToon NovelToon
REINKARNASI BERANDALAN

REINKARNASI BERANDALAN

Status: tamat
Genre:Kebangkitan pecundang / Action / Time Travel / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:250
Nilai: 5
Nama Author: andremnm

Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21. perlindungan surya...

Di bawah cahaya fajar yang baru menyingsing, Surya memimpin Maya dan Dion menuruni tangga batu curam yang tersembunyi di balik dinding air terjun kecil. Mereka memasuki sebuah bunker tua era kolonial yang tersembunyi jauh di balik perbatasan hutan. Udara di dalam terasa dingin dan kering.

Surya: (Berbicara keras) "Letakkan dia di ranjang besi itu! Cepat! Aku tidak punya banyak waktu sebelum tim Naga Hitam menemukan jejak kita lagi!"

Mereka dengan hati-hati meletakkan Arya di ranjang. Wajah Arya pucat pasi, dan lukanya di bahu terus mengeluarkan darah, meskipun perban Dion sudah dililitkan sekuat mungkin.

Surya: (Memeriksa luka Arya, ekspresinya serius) "Peluru itu bersarang. Dia kehilangan terlalu banyak darah. Dan demamnya... dia akan mati dalam beberapa jam jika kita tidak mengeluarkannya. Siapa yang menembaknya?"

Maya: "Komandan Jaya sendiri. Di markasnya di Sarana Biru."

Surya: (Menggelengkan kepala karena tak percaya) "Bocah itu... Dia selalu mencari masalah. Baik. Kita harus melakukan operasi darurat sekarang. Maya, kau bantu aku. Dion, kau jaga pintu dan jelaskan kepadaku mengapa Naga Hitam mengejarmu sampai ke perbatasan."

Surya mengambil kotak peralatan medis militer tua dari loker besi. Kotak itu berisi alat bedah sederhana dan persediaan obat bius yang kuat.

Surya: "Kita akan menggunakan anestesi lokal yang kuat. Maya, kau harus menahan bahunya. Ini akan menyakitkan."

Maya: (Wajahnya tegang, tetapi mengangguk) "Aku mengerti."

Surya memberikan suntikan bius ke sekitar luka tembak Arya. Ia menunggu beberapa saat, lalu mulai bekerja. Ia menggunakan penjepit logam untuk memperbesar lubang luka, mencari peluru yang bersarang di antara tulang belikat.

Surya: "Kau harus kuat, Maya. Aku akan mencabutnya sekarang."

Arya, meskipun sudah dibius, menjerit tertahan saat Surya mencabut peluru berkarat itu. Peluru itu jatuh ke nampan logam dengan bunyi 'klik' yang memuakkan.

Di sisi lain ruangan, Dion duduk di ambang pintu besi, menggenggam senapan tua yang diberikan Surya. Ia berusaha mengatasi traumanya sambil menjelaskan situasi kepada Surya.

Dion: "Kami... kami mencuri buku. Daftar Hitam asli. Buku itu berisi semua informasi rahasia Komandan Jaya. Arya ingin merilisnya untuk menghancurkan Komandan Jaya dan mencegah masa depan yang buruk."

Surya: "Aku tahu tentang Daftar Hitam. Aku dulu bekerja untuk orang-orang di atas Komandan Jaya. Mereka sudah lama mencarinya. Tapi buku itu sudah hilang sepuluh tahun lalu. Bagaimana bocah ini mendapatkannya?"

Dion: "Dia... dia tahu segalanya. Dia tahu masa depan. Dia datang dari... masa depan."

Surya mendengarkan Dion tanpa berkomentar, matanya menatap tajam ke kejauhan.

Surya: "Dia datang dari masa depan... Itu gila. Tapi itu menjelaskan mengapa Komandan Jaya sangat marah. Mengapa dia menembak bocah itu sendiri. Jadi, di mana buku itu sekarang?"

Dion: (Mengikuti perintah Arya) "Kami menyembunyikannya. Di tempat yang aman. Hanya kami yang tahu. Kami hanya membawa buku palsu yang sudah dibakar untuk mengelabui tim pelacak."

Surya: "Cerdik. Tapi kebohongan itu tidak akan bertahan lama. Komandan Jaya akan segera tahu buku yang ia temukan adalah palsu. Lalu dia akan tahu kalian bersembunyi di perbatasan ini. Apa rencana Arya selanjutnya?"

Dion: "Kami akan pergi ke Kota Serang. Arya bilang, ada kontak yang bisa membantunya merilis buku itu. Tapi kami harus sembuh dulu."

Surya berjalan ke ranjang Arya, melihat luka yang sudah dijahitnya.

Surya: "Dia tidak akan bisa berjalan selama seminggu. Perjalanan ke Serang sangat berbahaya. Itu melintasi zona pengaruh Naga Hitam yang paling kuat. Kau tidak akan bisa melaluinya sendirian."

Dion: "Tapi kami harus melakukannya! Kami tidak bisa tinggal di sini. Kami akan membahayakanmu, Surya."

Surya: "Aku sudah memutuskan untuk membantunya, Dion. Aku berutang nyawa padanya, meskipun dia belum mengetahuinya. Bocah itu pernah menyelamatkan adik perempuanku dari perdagangan manusia di masa lalunya... yang akan terjadi di masa depan. Aku harus melunasi utang masa depan itu sekarang."

Di ranjang, Arya mulai sadar. Ia meraih tangan Maya, matanya yang berkaca-kaca menatap Surya.

Arya: (Berbisik lemah) "Surya... kau yang terbaik. Terima kasih. Kita harus... kita harus bergerak."

Surya: "Diam, bocah. Kau akan bergerak setelah seminggu. Sekarang, kau harus istirahat. Aku akan melindungimu. Tapi ada satu hal yang harus kau ketahui, Arya."

Arya: "Apa?"

Surya: "Komandan Jaya tidak akan berhenti. Dan ia tidak datang sendirian. Aku mendengar pesan radio sebelum kau sampai. Komandan Jaya telah meminta bantuan kepada Pemerintah Pusat di Jakarta. Dia telah berhasil meyakinkan mereka bahwa kau adalah teroris asing yang mencoba menggulingkan pemerintah. Sekarang, yang mengejarmu bukan hanya Naga Hitam. Yang mengejarmu adalah militer negara."

Wajah Arya, meskipun kesakitan, menunjukkan kepahitan yang mendalam.

Arya: "Itu skenario terburuk. Aku sudah menduganya. Perang ini... meluas."

Setelah selesai menjahit luka Arya, Surya memastikan bocah itu stabil di ranjang besi. Demamnya masih tinggi, tetapi peluru sudah keluar. Surya beralih fokus sepenuhnya ke pertahanan bunker.

Surya: (Berbicara tegas) "Dengarkan baik-baik, kalian berdua. Bunker ini aman karena tidak ada yang tahu lokasinya. Tapi jika militer bergabung dalam perburuan, itu hanya masalah waktu sebelum mereka menggunakan drone panas dan sonar. Kita punya waktu, tapi itu terbatas."

Maya: "Apa yang harus kami lakukan? Arya bilang, kita harus pergi ke Serang."

Surya: "Kita akan pergi, tapi tidak sebelum Arya sadar penuh dan bisa berjalan. Sampai saat itu, aturan di bunker ini berubah. Aturan #1: Tidak ada suara. Tidak ada api yang terlihat di luar. Tidak ada sinyal radio."

Dion: "Sinyal radio? Aku sudah membuang ponselku dan pengacak sinyal darurat tadi."

Surya: "Bagus. Tapi ingat, Naga Hitam mungkin sudah memasang alat pendengar atau bug di pakaian atau ransel kalian. Periksa semuanya. Kita tidak boleh meninggalkan jejak digital apa pun."

Surya: "Aturan #2: Rotasi penjagaan. Dion, kau jaga pintu masuk. Maya, kau jaga Arya dan persediaan. Kita akan bergantian empat jam sekali. Tidur harus bergantian. Aku akan mengurus jalur air dan pertahanan luar."

Dion: (Menggenggam senapan tua yang diberikan Surya) "Aku tidak pernah menggunakan senjata sungguhan. Aku hanya tahu kode dan chip."

Surya: "Kau akan belajar. Senapan ini tua, tapi akurat. Kau tidak perlu menembak, Dion. Kau hanya perlu memberi tahu aku jika ada yang datang. Jika kau melihat bayangan, langsung lari ke sini dan kunci pintu. Jangan pernah berhadapan dengan mereka. Naga Hitam di luar sana adalah yang paling kejam."

Surya kemudian mengambil peta tua dan meletakkannya di atas meja, di sebelah Daftar Hitam palsu yang hangus.

Surya: "Kita harus berasumsi mereka akan menemukan lokasi pondok yang terbakar. Dari sana, ada dua jalur utama ke sini: Jalur Penebangan Timur dan Jalur Sungai Kering. Naga Hitam akan memblokir Jalur Penebangan Timur. Mereka akan mengira kita pergi ke utara."

Maya: "Jadi, mereka akan mencari kita di sana?"

Surya: "Ya. Dan mereka akan menyia-nyiakan waktu mereka. Masalah sebenarnya adalah militer. Komandan Jaya tidak akan meminta bantuan militer untuk menangkap dua remaja dan satu bocah gila. Dia meminta bantuan militer karena dia bilang kalian adalah agen asing yang mengancam kestabilan nasional."

Surya: "Itu berarti mereka tidak akan menggunakan tim pelacak Naga Hitam. Mereka akan menggunakan Pasukan Khusus atau setidaknya Kopassus. Mereka tidak mencari jejak kaki di lumpur. Mereka mencari kelemahan strategis dan titik persembunyian logis."

Dion: (Wajahnya kembali pucat) "Pasukan Khusus... Mereka akan menemukan kita dalam sehari."

Arya: (Meskipun lemah, ia memaksa dirinya berbicara) "Dion... Jangan... panik. Surya... bunker ini. Apakah ada... saluran ventilasi atau... air yang terhubung ke... markas utama?"

Surya dan Maya terkejut. Meskipun terluka parah, Arya masih berpikir secara strategis.

Surya: "Bunker ini dibangun oleh Belanda sebagai gudang amunisi. Tidak ada yang terhubung ke markas modern. Tapi ada saluran pembuangan air yang mengalirkan air terjun di luar. Itu adalah satu-satunya kelemahan kita."

Arya: "Mereka akan menggunakan... gas air mata atau... peledak kecil di saluran air itu. Kau harus... menutupnya. Gunakan semua... batu yang kau punya."

Surya: (Terkesan) "Bagus. Itu adalah prediksi yang akurat. Aku akan menyumbat saluran itu dengan cepat. Maya, bantu dia minum air. Dion, jangan tinggalkan pintu itu."

Surya segera mengambil sekop dan palu, bergegas keluar untuk menyegel saluran air yang menjadi satu-satunya kelemahan bunker.

Maya kembali ke ranjang, memberikan Arya air dan sisa pereda nyeri.

Maya: "Kau harus istirahat, Arya. Jangan memaksakan diri."

Arya: (Menatap Daftar Hitam palsu) "Kita harus... kita harus memikirkan pengalihan perhatian skala nasional. Kita harus melepaskan umpan yang membuat Komandan Jaya dan militer terpecah. Aku perlu... Dion."

Maya: "Dion sedang menjaga pintu."

Arya: "Panggil dia. Kita harus merencanakan pengalihan perhatian terbesar yang pernah ada di Cakra Manggala."

Di dalam bunker tua yang gelap, Dion kembali dari pintu, masih menggenggam senapan tua. Ia mendekati ranjang Arya yang terbaring lemah. Maya berdiri di samping, siap mencatat setiap instruksi kritis. Di luar, suara dentuman keras terdengar saat Surya menyegel saluran air.

Arya: (Berbisik, suaranya serak) "Dengarkan aku, Dion. Kita menghadapi militer negara. Kita tidak bisa melawannya. Kita tidak bisa bersembunyi. Kita harus memaksa mereka untuk berhenti mencari kita."

Dion: "Bagaimana? Kita hanya punya satu pisau, satu senapan tua, dan beberapa baterai bekas."

Arya: "Kita akan melawan mereka dengan informasi. Surya bilang Komandan Jaya meyakinkan Jakarta bahwa kita adalah teroris asing yang mengancam kestabilan. Kita harus membalikkan narasi itu. Kita harus membuat Jakarta sibuk dengan masalah internal mereka sendiri."

Maya: "Maksudmu, kita rilis Daftar Hitam sekarang?"

Arya: "Tidak. Buku aslinya harus tetap aman. Jika kita merilisnya sekarang, Komandan Jaya akan tahu itu aslinya, dan dia akan fokus pada kita dengan kekuatan penuh. Kita harus merilis sesuatu yang cukup besar untuk menciptakan kekacauan tetapi tidak cukup detail untuk membuatnya panik."

Dion: "Aku mengerti! Kita butuh bom informasi terenkripsi! Sesuatu yang membuat mereka saling curiga, tapi tidak bisa dibuktikan kebenarannya."

Arya: "Tepat sekali, Dion. Aku butuh kamu meretas Server Utama Kota Cakra Manggala."

Dion: (Terkejut) "Server Utama? Itu di bawah kendali penuh militer sekarang! Itu sistem keamanan quad-layered! Itu tidak mungkin diretas tanpa peralatan super komputer!"

Arya: "Aku tahu. Tapi aku tahu kelemahan jaringan listrik lama mereka. Dion, kau ingat Sistem Pengarsipan Kota 1970? Sistem itu masih terhubung ke Server Utama melalui kabel fiber optic cadangan yang ditinggalkan."

Dion: (Matanya mulai bersinar dengan tantangan teknis) "Sistem 1970... itu menggunakan jaringan dial-up analog. Itu seperti pintu belakang yang dilupakan semua orang! Aku bisa menggunakan frekuensi radio rendah untuk mem-ping jaringan analog itu dan menyuntikkan kode!"

Arya: "Ya. Ini adalah rencananya: Kita akan membuat Pengalihan Perhatian Skala Nasional dalam tiga langkah."

Arya: "Langkah Satu: Kau harus membuat virus. Virus yang akan menyuntikkan tiga informasi palsu ke Server Utama. Informasi Pertama: Detail pertemuan rahasia antara petinggi militer dan Komandan Jaya di luar protokol. Informasi Kedua: Pemalsuan kontrak pembangunan besar-besaran yang mencurigakan. Informasi Ketiga: Detail palsu tentang lokasi persembunyian para pengkhianat internal di Jakarta."

Dion: "Itu akan membuat paranoia di seluruh jajaran pemerintahan! Mereka akan sibuk membersihkan internal daripada mencari kita!"

Maya: "Tapi bagaimana kau mengirimkan virus itu dari sini? Kita tidak punya peralatan radio."

Arya: "Kita menggunakan radio komunikasi lama milik Surya. Surya menggunakannya untuk komunikasi darurat di hutan. Dion, kau harus memodifikasi radio itu. Kau harus mengubah radio komunikasi frekuensi tinggi menjadi alat injeksi data Burst frekuensi rendah yang mampu mencapai jaringan analog itu."

Dion: "Itu membutuhkan daya yang sangat besar. Baterai radio itu tidak cukup kuat. Itu akan memakan waktu 24 jam untuk mengisi ulang dan mengirimkan data sekecil itu!"

Arya: "Itu adalah langkah Dua: Kita harus mencuri daya. Surya bilang di perbatasan ini, ada gardu listrik kecil yang digunakan untuk menara sinyal seluler yang sudah tidak terpakai. Kita akan menyalurkan daya dari gardu itu ke radio komunikasi Surya. Itu akan memberi kita satu kali tembakan data yang kuat."

Maya: "Kita mencuri listrik? Itu sangat berbahaya! Itu akan membuat kita terekspos!"

Arya: "Itu risiko yang harus kita ambil. Dion, kau dan Maya akan pergi. Kau akan meretas gardu itu untuk mendapatkan daya, sementara Maya mengawasi. Dan Langkah Tiga: Begitu virus disuntikkan, kita segera menghilang. Kita harus meninggalkan bunker ini sebelum militer menganalisis lonjakan energi."

Arya memejamkan mata, memaksakan diri untuk menyelesaikan instruksi terakhirnya.

Arya: "Kalian berdua akan melakukan misi ini besok malam. Dion, kau harus menyiapkan kode virus itu sekarang. Buat itu tidak terdeteksi oleh firewall baru mereka. Maya, kau harus membantu Dion. Kita harus selamat dari perburuan ini dan membawa Daftar Hitam ke tempat yang aman."

Dion: (Mengangguk, meletakkan senapannya, matanya kembali bersemangat sebagai hacker) "Aku akan melakukannya, Arya. Aku akan membuat mereka saling memburu. Aku akan menciptakan kekacauan terbesar dalam sejarah Cakra Manggala."

1
Calliope
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
andremnm: makasih🙏🙏
total 1 replies
Deqku
Aku jatuh cinta dengan ceritamu, tolong update sekarang juga!
andremnm: makasih ya
total 1 replies
tae Yeon
Terlalu emosional, sampai menangis.
andremnm: makasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!