Dua orang sahabat dekat. Letnan satu Raden Erlangga Sabda Langit terpaksa harus menjadi presiden dalam usia muda karena sang ayah yang merupakan presiden sebelumnya, tutup usia. Rakyat mulai resah sebab presiden belum memiliki pasangan hidup.
Disisi lain presiden muda tetap ingin mengabdi pada bangsa dan negara. Sebab desakan para pejabat negara, ia harus mencari pendamping. Sahabat dekatnya pun sampai harus terkena imbas permasalahan hingga menjadi ajudan resmi utama kepresidenan.
Nasib seorang ajudan pun tak kalah miris. Letnan dua Ningrat Lugas Musadiq pun di tuntut memiliki pendamping disaat dirinya dan sang presiden masih ingin menikmati masa muda, apalagi kedua perwira muda memang begitu terkenal akan banyak hitam dan putih nya.
Harap perhatian, sebagian besar cerita keluar dari kenyataan. Harap bijaksana dalam membaca. SKIP bagi yang tidak tahan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Rekam jejak ( 1 )
"Hei, anak presiden..!! Jangan terlalu serius, kau. Hidup itu harus dinikmati..!!" seru Bang Lugas sambil menepuk pundak Bang Erlang.
Bang Erlang terkejut, namun ia tidak marah. Ia justru tertarik dengan keberanian dan ketegasan Bang Lugas. Apalagi alasannya kalau bukan karena malas, setiap dirinya kenal dengan seseorang namun mereka selalu mencari muka untuk mendapatkan keuntungan tersendiri.
Sejak saat Bang Erlang mengenal Bang Lugas, mereka berdua menjadi sahabat karib. Ia banyak tertular sifat urakan Bang Lugas. Mereka selalu bersama, baik dalam suka maupun duka.
Di akademi, Bang Erlang dikenal sebagai kadet yang cerdas, disiplin, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Ia selalu mendapatkan nilai terbaik bersaing dan menjadi teladan bagi kadet lainnya. Sementara Bang Lugas lebih menonjol dalam kemampuan fisik dan taktik lapangan. Ia jago menembak, bela diri, dan memiliki insting yang tajam.
Namun, di balik itu, Bang Erlang dan Bang Lugas juga memiliki sisi gelap. Mereka berdua sering melanggar aturan akademi, mulai dari keluar malam tanpa izin, bermain kartu di asrama, hingga terlibat perkelahian dengan kadet lain. Mereka melakukan itu bukan karena nakal, tapi karena mereka ingin merasakan kebebasan dan menghilangkan stress.
Suatu malam, Bang Erlang dan Bang Lugas menyelinap keluar dari akademi untuk menonton konser musik di kota. Mereka berdua sangat menikmati suasana konser, bernyanyi dan menari bersama para penonton lainnya. Namun, saat mereka hendak kembali ke akademi, mereka dihadang oleh sekelompok preman yang mencoba mengganggu seorang gadis.
"Weehh.. Ada yang jawil-jawil nih, piye kang?" Tanya Bang Erlang meminta pendapat sahabatnya.
"Yo ayo, di walik wae..!!" Ujar Bang Lugas kemudian membuang puntung rokok nya dengan santai.
Tanpa pikir panjang, Bang Erlang dan Bang Lugas langsung membela gadis itu. Perkelahian pun tak terhindarkan. Meskipun kalah jumlah, Bang Erlang dan Bang Lugas berhasil mengalahkan para preman itu dengan kemampuan bela diri yang mereka miliki.
Namun, akibat perkelahian itu, Bang Erlang dan Bang Lugas terjaring razia polisi militer. Mereka berdua terancam dikeluarkan dari akademi. Beruntung, komandan akademi, Kolonel Dirman, memberikan mereka kesempatan kedua.
"Saya tau kalian berdua memiliki potensi yang besar. Tapi, kalian harus belajar mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas perbuatan kalian," kata Kolonel Dirman.
Bang Erlang dan Bang Lugas berjanji tidak akan mengulangi kesalahan mereka. Mereka berdua belajar dari pengalaman itu dan berusaha menjadi kadet yang lebih baik, meskipun hanya di mulut saja. Sejak saat itu, mereka berdua semakin solid dan saling mendukung.
Siapapun tau, meskipun dikenal sebagai kadet yang berprestasi, Bang Erlang dan dan Bang Lugas memiliki catatan 'kenakalan' yang cukup panjang selama pendidikan. Namun, setiap kali mereka melakukan kesalahan, mereka selalu bisa membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Seperti deretan peristiwa yang terjadi :
1. Malam Konser.
Malam yang Berujung Baku Hantam, Insiden keluar malam tanpa izin untuk menonton konser musik hampir membuat mereka dikeluarkan dari akademi. Namun, saat diinterogasi, mereka berhasil meyakinkan komandan akademi bahwa mereka hanya ingin menikmati masa muda dan menghilangkan stres.
Selain itu, mereka juga menceritakan tentang bagaimana mereka membela seorang gadis dari gangguan preman.
"Dalam janji delapan wajib, bunyi butir ketiga apa, Pelatih?? Menjunjung tinggi kehormatan wanita. Masa menjunjung tinggi kehormatan wanita masih di salahkan juga??" Omel Bang Lugas.
Komandan akademi akhirnya memberikan mereka kesempatan kedua, dengan catatan mereka harus mengikuti pelatihan tambahan bela diri dan meningkatkan prestasi akademik. Hasilnya, Bang Erlang berhasil meraih nilai tertinggi dalam ujian akhir tingkat nasional, sementara Bang Lugas menjadi juara utama kompetisi bela diri antar militer Internasional.
Taruhan gaple di barak.
Suka diam-diam bermain kartu di asrama juga menjadi masalah bagi Bang Erlang dan Bang Lugas. Dalam laporan, mereka sering berjudi dengan taruhan yang cukup besar. Suatu malam, mereka ketahuan oleh petugas piket dan dibawa ke hadapan komandan disiplin. Namun, saat diinterogasi, mereka berkelit.
"Ijin, komandan. Kami main kartu hanya untuk mengasah kemampuan analisis dan strategi. Mungkin komandan mau ikut gabung dengan kami sekalian, siapa tau akal pelatih dan komandan bisa ikut berkembang..!!" Ajak Bang Lugas.
"Benar Komandan. Lagipula kami bukan taruhan uang, tapi camilan dan minuman isotonik." Imbuh Bang Erlang.
"Banyak alasan, kalian..!!" Komandan sampai murka dan menggebrak meja. "Saya tidak mau tau. Sebagai sanksi disiplin, kalian harus kerja bakti membersihkan lingkungan akademi selama dua bulan..!!!!!"
Protes tawar menawar pun terjadi. Komandan pun kalah debat. Namun, sebagai gantinya, mereka diminta untuk memberikan pelatihan strategi kepada kadet lain, yang ternyata sangat diminati dan berhasil meningkatkan kemampuan para kadet dalam memecahkan masalah. Kerja bakti di putuskan hanya satu bulan saja.
.
.
.
.