NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:177.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesona Guru Chang

Pelayan perempuan itu datang dengan langkah ringan, membawa sebuah buku menu tebal bersampul kulit merah tua yang dihiasi ukiran naga emas. Ia membungkuk dengan sopan, lalu meletakkan buku itu di atas meja dengan kedua tangan.

“Ini daftar menu kami, Tuan Muda,” katanya lembut, suaranya sedikit bergetar saat menatap Boqin Changing.

Boqin Changing membuka buku itu perlahan. Di dalamnya, setiap halaman dipenuhi tulisan indah dan gambar-gambar makanan yang tampak menggoda. Aroma teh wangi di ruangan bercampur dengan bau harum daging panggang yang datang dari dapur bawah.

Tanpa mengangkat kepala, ia bertanya dengan nada tenang.

“Rui’er, kau ingin makan apa?”

Gao Rui yang duduk di depannya refleks menunduk.

“Terserah Guru saja,” jawabnya cepat, dengan nada penuh hormat. “Apa pun yang Guru pilih, aku akan ikut.”

Boqin Changing menatapnya sekilas, lalu menutup buku menu itu dengan satu tangan.

“Kalau begitu, aku yang pesan.”

Ia memalingkan wajahnya ke arah pelayan yang berdiri di samping meja dengan kepala sedikit menunduk.

“Bawakan kami seporsi bebek panggang, dua mangkuk sup tulang, sepiring besar ikan salju merah, dan beberapa jenis sayur segar. Oh, dan teh bunga salju yang baru diseduh.”

Pelayan itu mengangkat kepalanya sedikit, matanya membulat karena terkejut. Pesanan itu bukan hanya banyak, tapi semuanya termasuk menu termahal di restoran itu. Ia berusaha tetap tenang, namun matanya terus menatap wajah Boqin Changing tanpa bisa berpaling.

Wajahnya tampan luar biasa, garis rahangnya tegas, matanya tajam namun teduh, dan kulitnya bersih dengan cahaya alami yang seolah memantulkan sinar dari jendela. Gerak-geriknya berwibawa, tapi tidak dibuat-buat. Setiap kata dan tatapan mengandung pesona yang sulit dijelaskan.

Bagi pelayan itu, Boqin Changing tampak seperti tuan muda dari keluarga bangsawan besar yang terbiasa memimpin banyak orang, bukan sekadar pelanggan biasa.

“I–iya, Tuan Muda,” ucapnya cepat sambil menunduk lagi. “Pesanan segera kami siapkan.”

Boqin Changing hanya mengangguk tenang.

“Baik. Pastikan semuanya hangat dan disajikan bersamaan.”

“Baik, Tuan Muda.”

Pelayan itu membungkuk sekali lagi, lalu berjalan cepat ke arah tangga, tapi sebelum benar-benar pergi, ia sempat menoleh diam-diam sekali lagi ke arah Boqin Changing. Tatapannya mengandung rasa kagum yang sulit disembunyikan, seolah ia baru saja melihat sosok dari dongeng, seorang bangsawan muda yang turun dari langit.

Begitu pelayan itu pergi, Gao Rui menatap gurunya dengan sedikit gugup.

“Guru… apakah tidak terlalu banyak?” tanyanya hati-hati.

Boqin Changing menyender santai di kursinya, memandangi pemandangan Sekte Bukit Bintang yang terbentang di luar jendela.

“Tidak masalah. Kita sudah berlatih lima tahun tanpa menikmati dunia luar. Hari ini… anggap saja ini perayaan kecil.”

Senyum tipis menghiasi wajahnya, sementara sinar matahari pagi menembus kaca jendela dan memantul di matanya yang tajam, memantulkan kesan hangat namun berbahaya, seperti naga yang sedang beristirahat di atas awan.

Beberapa saat kemudian, aroma harum masakan mulai menyeruak dari arah dapur. Pelayan perempuan yang tadi melayani mereka kembali muncul, diikuti tiga pelayan perempuan lain yang membawa nampan besar dari perak. Setiap langkah mereka tampak hati-hati, penuh perhatian, seolah takut menumpahkan sedikit pun kuah atau mengacaukan penyajian.

Satu per satu, hidangan mewah itu diletakkan di atas meja. Bebek panggang dengan kulit keemasan yang berkilau disiram saus madu, uapnya menari di udara, sup tulang mendidih lembut dengan aroma kaldu yang dalam,ikan salju merah dihidangkan di atas piring giok dengan saus pedas manis yang menggoda, sayur segar berwarna hijau cerah, dan teko teh bunga salju yang masih mengepulkan uap wangi.

Para pelayan itu menunduk sopan setelah menyajikan semuanya. Namun diam-diam, pandangan mereka terus mencuri kesempatan untuk menatap wajah Boqin Changing. Tatapan mereka seolah tersihir. Sosok di depan mereka tampak lebih seperti tokoh besar ketimbang remaja biasa. Pakaiannya sederhana tapi berkelas, postur tegap, dan tatapan mata yang tajam namun lembut.

Beberapa dari pelayan perempuan itu bahkan menahan napas saat Boqin Changing mengucapkan “terima kasih” kepada mereka. Nada suaranya dalam dan berwibawa, membuat dada mereka bergetar tanpa alasan yang bisa dijelaskan.

Setelah mereka keluar, Gao Rui yang sedari tadi diam, menatap punggung para pelayan itu sambil menarik napas panjang. Ia menoleh ke arah gurunya dengan wajah pasrah.

“Guru,” katanya perlahan, “wajah Guru sepertinya akan menimbulkan banyak masalah di sekte ini.”

Boqin Changing menatapnya sekilas, lalu tertawa pelan.

“Masalah?” ujarnya sambil mengangkat cangkir teh. “Selama bukan masalah yang kubuat sendiri, biarkan saja datang. Aku sudah terbiasa soal itu.”

Nada suaranya tenang, tapi senyum tipis di ujung bibirnya menandakan bahwa ia tidak sedikit pun khawatir. Gao Rui hanya bisa menghela napas kecil, sementara Boqin Changing mulai menuangkan teh untuknya.

“Kau terlalu serius, Rui’er. Makanlah. Kita jarang mendapat kesempatan seperti ini.”

Keduanya kemudian mulai makan bersama. Suara sumpit beradu dengan piring, berpadu dengan aroma rempah dan uap teh yang lembut. Di luar jendela, matahari mulai condong ke barat, memantulkan cahaya keemasan ke dalam ruangan menyinari sosok dua orang guru dan murid yang makan dalam ketenangan.

Setelah beberapa waktu, kedua guru dan murid itu akhirnya menyelesaikan hidangan mereka. Di atas meja, hanya tersisa tulang ikan, piring kosong, dan teko teh yang hampir habis. Aroma masakan masih samar tercium di udara, bercampur dengan wangi teh bunga salju yang mulai mendingin.

Gao Rui meletakkan sumpitnya perlahan, lalu mengusap mulutnya. Ia menarik napas panjang dan tersenyum puas.

“Guru,” katanya sambil menghela napas kecil, “aku baru tahu kalau makanan di restoran ini seenak ini. Setiap hidangannya kaya bumbu dan terasa segar… sepertinya koki di sini memang ahli.”

Boqin Changing mengangguk ringan sambil menyeruput sisa tehnya.

“Mm. Tidak buruk,” jawabnya singkat namun berwibawa, seolah hanya satu anggukan darinya sudah cukup menjadi pengakuan tertinggi.

Gao Rui tertawa kecil, tampak benar-benar menikmati suasana santai itu. Namun beberapa saat kemudian, ia terlihat sedikit gelisah. Ia menatap gurunya sambil menunduk.

“Guru, aku… sepertinya ingin ke kamar kecil sebentar,” katanya dengan nada sungkan.

Boqin Changing meletakkan cangkirnya dan mengangguk pelan tanpa banyak bicara.

“Pergilah. Aku tunggu di sini.”

“Baik, Guru.”

Gao Rui segera berdiri, merapikan jubahnya, lalu keluar dari ruangan pribadi itu. Ia berjalan menyusuri lorong restoran yang mewah. Dindingnya dipenuhi lukisan naga dan burung phoenix, sementara lampu gantung dari batu giok hijau bergoyang lembut diterpa angin.

Setelah beberapa saat, ia menemukan tempat yang dituju. Setelah selesai buang air kecil, ia mencuci tangannya di kolam kecil dengan air bunga, lalu berbalik, bersiap kembali ke ruangannya.

Namun sebelum sampai di tikungan menuju tangga atas, sebuah suara memanggil namanya dengan nada sinis.

“Gao Rui? Kau… Gao Rui, bukan?”

Langkahnya terhenti. Ia menoleh. Dari arah kanan, seorang pria berusia sekitar enam belas tahun lebih sedikit berjalan mendekat sambil menyipitkan mata. Rambutnya diikat tinggi, wajahnya penuh keangkuhan. Ia mengenakan pakaian murid Sekte Bukit Bintang dengan lambang merah di dada.

Gao Rui mengenali wajah itu seketika, Chian Ta. Rekan satu sektenya, sekaligus teman dari orang yang dulu pernah membuangnya ke sungai, Yai Feng.

Chian Ta melangkah lebih dekat, alisnya bertaut. Pandangannya naik turun meneliti penampilan Gao Rui, dan wajahnya perlahan berubah. Tubuh Gao Rui kini tegap dan kekar, posturnya bagus dan percaya diri. Pakaian yang dikenakannya adalah jubah biru tua dengan hiasan perak di tepinya. Kainnya tampak halus yang bahkan murid-murid elit belum tentu punya.

Dahi Chian Ta berkerut. Ia tampak kebingungan beberapa detik, lalu senyumnya berubah menjadi cemoohan.

“Heh… rupanya kau masih hidup,” katanya sambil tertawa kecil. “Tapi apa ini? Pakaian mahal, rambut rapi, dan sepatu kulit? Jangan bilang kau datang ke restoran ini untuk menipu orang dengan berpura-pura jadi bangsawan?”

Ia menatap Gao Rui dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan.

“Tempat ini bukan untuk murid miskin sepertimu, Gao Rui,” ia terkekeh sinis, “Kau…sepertinya ingin berpura-pura jadi orang kaya.”

Nada suaranya pelan, tapi setiap katanya mengandung penghinaan yang menusuk. Beberapa pengunjung dan pelayan yang lewat sempat melirik, membuat suasana di lorong itu terasa menegang.

Gao Rui terdiam sesaat. Tatapannya perlahan berubah dingin. Ia menatap Chian Ta tanpa ekspresi. Ia tetap tenang, tapi di balik ketenangan itu ada aura tajam yang belum pernah dimiliki Gao Rui sebelumnya.

1
Yurisman Aris
lanjutkan
opik
cuma satu Thor?
Hendra
sangat membantu untuk di baca 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
/Good//Good//Good/🤭🤭
BOIEL-POINT .........
very niCe Thor ..........
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
/Good//Good//Good//Doge//Doge/
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
/Good//Good//Good//Ok//Ok/
Rinaldi Sigar
lanjut
Rinaldi Sigar
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!