NovelToon NovelToon
Second Chance To Love You More

Second Chance To Love You More

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ericka Kano

Sebuah kisah cinta rumit dan menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyesakan hari nurani

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teater Mawar Berduri (2006)

"Semangattt Ty," teriak Intan sambil melambaikan tangannya.

Aku membalas dengan memberi tanda cium jarak jauh. Sementara kru dan para talent sementara bersiap untuk tampil. Ini penampilan yang tidak biasa. Berkenaan dengan bulan bahasa, ini adalah puncak peringatannya dan teater kami mendapat kesempatan untuk pentas. Padahal banyak juga grup teater lain yang tidak kalah bagus.

Semua terlihat sibuk. Hanya aku yang sesekali melihat dari balik kain pintu ruang persiapan, menengok ke arah tempat duduk penonton untuk melihat apakah dia jadi datang atau tidak.

Rai berjanji untuk datang, tetapi aku sadar ini bukan weekend apalagi hari libur. Hari ini hari kerja di mana Rai juga harus masuk kantor. Belum lagi perjalanan dari kotanya ke kotaku sekitar dua jam. Benar-benar butuh effort untuk menonton pertunjukan ku. Namun ku rasa dia sudah paham bahwa ini adalah pementasan yang sangat spesial buatku.

Dia jatuh cinta pertama kali ketika membaca puisi-puisi yang aku tulis untuk mengisi salah satu rubrik di sebuah koran harian. Kakak sepupuku, Anthon, yang juga teman kantornya adalah orang pertama yang memperkenalkan karyaku pada Rai. Sejak itu, Rai akan membeli koran itu setiap hari supaya bisa membaca karya-karyaku. Hingga suatu hari, aku bertamu di kantor kakak sepupuku dan kami berkenalan, tukaran nomor handphone dan memulai komunikasi. Dan sejak saat itu juga, Rai selalu mendukung karya - karyaku dalam dunia sastra.

"Ty, semua properti sudah ready. Sudah disusun sesuai urutan pemakaiannya," lapor Edis, asisten sutradara.

"Terbaik, Dis. Bagaimana dengan pemain figuran? Semua sudah datang, kan?" tanyaku

"Sudah, Ty. Semua sudah isi absen supaya ketahuan kalau ada yang belum datang. Kamu sudah siap untuk memimpin briefing?"

"Sebentar, Dis," aku melangkah mendekati kain pintu pembatas dan menengok ke arah kursi penonton yang sudah mulai memenuhi tribun. Berharap wajah yang aku harapkan untuk datang bisa kulihat. Ternyata tidak ada.

Tak ada waktu untuk menelpon atau sekadar sms karena semua harus serba cepat.

"Ayo, kita mulai briefingnya," ujarku setelah memastikan tidak ada Rai di deretan kursi penonton.

"Di ruang ganti pemain, Ty," ucap Edis sambil berjalan di depanku.

Setiba di ruang ganti pemain, semua pemain utama dan figuran serta kru sudah berdiri siap menunggu briefing. Seperti biasa, sebagai sutradaranya, aku pun memimpin briefing. Kurang lebih 10 menitan, briefing ditutup dengan doa bersama dan yel-yel khas teater kami, teater Mawar Berduri.

Aku pun mulai memberi aba-aba bersiap karena Kepala Dinas Pendidikan kota kami sudah hampir selesai memberi kata-kata sambutan. Aku menghampiri tim lighting dan sound, karena mereka lah yang akan jadi pembuka pementasan kami. Anggukan dan jari jempol yang diangkat pertanda mereka sudah siap. Kami melihat ke arah panggung dari balik layar besar di belakang panggung.

Riuh tepuk tangan bergema, pertanda Kepala Dinas selesai memberi sambutan.

"Blackout," komando ku melalui HT. Seketika panggung menjadi gelap.

"Opening sound," musik pembuka menggema.

Dan pementasan pun dimulai. Naskah drama yang kami mainkan berjudul "Perempuan", dengan jenis pementasan drama kontemporer.

Ketika pementasan berlangsung, aku harus sangat fokus memperhatikan segalanya. Namun tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Dis, coba pegang dulu. Ada yang mau aku cek dulu sebentar," ujarku pada Edis yang sedari tadi berdiri di belakang kursiku sambil menyerahkan HT.

"Baik, Ty"

Aku berjalan menuju kain pembatas lagi. Satu per satu aku memperhatikan wajah-wajah penonton yang duduk sambil berharap dia datang. Namun, hasilnya tetap tidak ada. Dengan sedikit rasa kecewa di hati, aku kembali lagi ke ruangan kontrol.

Pementasan berjalan dengan lancar. Semua pemain berakting dengan sangat baik. Tidak terasa, 60 menit berlalu dan terdengar gemuruh tepuk tangan penonton. Tandanya, pementasan kami berakhir.

Sutradara dan kru diundang ke atas panggung. Sementara di ruang kontrol, kami saling berpelukan dengan tawa lepas karena pementasan berjalan dengan lancar. Lalu kami semua menuju panggung.

MC menyodorkan mic untuk aku memberikan sedikit kata-kata penutup. Lampu sorot tepat menyoroti ku dan itu membuat agak silau.

"Selamat sore," sapaku

"Selamat sore," riuh jawaban penonton memenuhi ruangan

"Saya dan keluarga besar teater Mawar Berduri mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan tim Balai Bahasa yang sudah memberikan kami kesempatan untuk tampil. Saya juga berterima kasih atas antusias kita semua untuk menonton pertunjukan kami. Selamat bulan bahasa dan kami berharap kesusastraan Indonesia semakin berjaya di tanah sendiri," ucapku dengan penuh semangat disambut tepuk tangan.

Lampu sorot bergeser, semua lampu dinyalakan, dan kami serentak menundukkan badan sebagai tanda penghormatan. Dan ketika aku mengangkat wajah, berapa terkejutnya, ternyata wajah yang ku nantikan kedatangannya ada di depanku. Rai duduk di bangku kelima dari depan. Tepat di bangku terakhir. Dia tersenyum dengan senyuman bangganya sambil mengangkat jempol.

Seketika rasa bahagia dan haru menyelimuti hatiku. Ingin rasanya cepat-cepat turun dari panggung dan menemuinya.

"Kakaaaa, kami berhasil," seruku ketika akhirnya bertemu dengan Rai selesai acara.

Dia menyambut ku dengan senyuman lebar dan memberi buket bunga mawar putih artifisal. Bunga favoritku.

"Untuk sang sutradara," ucapnya

"Wahh mawar, terima kasih," aku langsung memeluknya.

Teman-teman tim teaterku langsung riuh rendah.

"Cie cie, jadi nyamuk nih kita di sini," canda Adit.

"Ngekost aja yuk soalnya dunia ini hanya milik mereka berdua," timpal Elin.

Aku dan Rai hanya bisa senyum malu dan pipi yang memerah.

1
.
/Rose//Rose//Rose/
eyyyy: Ikuti sampai episode terakhir ya kak🤗🙏🏻
total 1 replies
Bipana Telaija Gurung
Terbaik! Worth to read!
eyyyy: Thank u kak🤗🙏 Ikuti hingga episode terakhir ya🌹
total 1 replies
Gatita✨♥️😺
Wah, ini baru karya yang bikin aku ngerasa terngiang-ngiang, keren banget thor!
eyyyy: Thank u kak🤗🙏 Ikuti hingga episodenya terakhir🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!