NovelToon NovelToon
Cinta Di Dalam Cerita

Cinta Di Dalam Cerita

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Mengubah Takdir / Romansa / Idola sekolah / Ruang Ajaib
Popularitas:349
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ciptaanku

Novel CINTAI AKU

Kisah cinta seorang remaja yang tengah menduduki bangku SMA, konon katanya kisah cinta terindah terukir saat masa-masa SMA.

Tania seorang anak dari kalangan menengah yang tidak kaya maupun miskin menjadi murid pindahan dari bandung karena pekerjaan orang tuanya yang sekarang berpindah tugas di jakarta.

Queensha International High School (QIHS), sekolah bertaraf internasional dengan SPP sebulan setara harga mobil tersebut menjadi pilihannya waktu itu.

Hanya butuh waktu satu minggu ia bersekolah di sekolah terpopuler di jakarta ini, ia sudah membuat pangeran sekolah tersebut jatuh cinta dengan pandangan pertama.

Auryn yang mengingat betul bab pertama dari novelnya ini menjadi sangat malu, kenapa ia menciptakan novel yang sangat pasaran di bab pertamanya.

Dan satu hal yang ia rutuki, kenapa dari sekian banyaknya novel yang ia buat ia harus menjadi anak SMA lagi dan parahnya ini bukan hanya kisah romansa biasa di putih abu-abu namun juga kisah kelam di kehidupan masing-masing setiap tokoh ditambah dark romance di kisah tokoh utama apalagi ada adegan panas di pertengahan bab.

Tapi ia sedikit bersyukur setidaknya ia bukanlah tokoh utama atau tokoh yang sering muncul dalam novel ini karena ia hanyalah figuran yang namanya disebutkan satu kali karena sebagai anak pemilik sekolahan ini.

"Huft, bagaimana keadaan tubuhku di dunia nyata." Gumamnya.

"Sepertinya aku harus menyelesaikan bab terakhir buku ini, mungkin aku bisa pulang."

Ya, ia harus menyelesaikan bab terakhir buku novel ini agar ia bisa pulang, mungkin itu adalah jalan keluar ia bisa kembali.

"Jadi bab berapa sekarang?" Tanya Auryn pada dirinya sendiri.

"Non, sudah sampai." Pak Adit yang menjadi supir pribadinya tersebut menyadarkan Auryn dari lamunannya.

"Eh- iya pak, terima kasih." Ucap Auryn dengan sopan.

Hal itu membuat pak Adit terkejut karena nona yang selama ini ia layani sangat cuek pada sekitar dan sekarang ia terlihat ramah dan sangat sopan.

"Apakah nona Auryn sedang sakit?" Gumamnya karena sejak tadi ia merasakan ada perubahan dari anak tuannya tersebut.

Di sisi Auryn ia melihat gerbang sekolah yang sudah tutup tersebut dengan kagum karena sekolah yang dulunya hanya dalam imajinasinya sekarang ia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Non Auryn tumben telat, kelas sudah masuk lima menit lalu." Tiba-tiba seorang satpam berbicara di depan Auryn.

Auryn pun menatap satpam tersebut dengan senyum manisnya.

"Maaf pak, tadi bangun kesiangan." Ucap Auryn dengan nada sangat lembut.

Satpam pun juga terkejut seperti halnya pak anton tadi, karena biasanya ia selalu menghadapi gadis cantik itu dengan wajah cuek dan juteknya.

Ia yang merasa aneh pun langsung membukakan pintu karena takut itu adalah wajah sebelum ia dipecat dari sini.

Melihat wajah ketakutan sang satpam membuat Auryn menaikkan salah satu alisnya.

Apakah ada yang aneh dengannya?

Auryn membatin apa sikapnya berbeda? tapi ia sendiri tak tak tahu dulu seperti apa karena ia tak menyebutkan atau menggambarkan lebih rinci karena ia hanya menganggapnya sebagai figuran tak penting.

Namun ia tak peduli, entah gimana sifat dulu sekarang ia adalah dirinya sehingga ia tak ingin mencari tahu atau mengubah sifat aslinya, ia hanya ingin menjadi penonton kisah novelnya disini sampai akhir bab dan pulang kembali ke dunia nyata.

Auryn berjalan dengan santai setelah satpam membukakan pintu tersebut.

Ia mengingat jika anak pemilik sekolah ini adalah siswa kelas 12 IPA 1.

"Oke, setidaknya aku dulu sekolah ngambil jurusan IPA." gumamnya.

Lorong sekolah ini sangat sepi hanya beberapa siswa yang keluar karena ini masuk jam kelas sehingga semua masuk ke kelasnya masing-masing.

Kelas 12 IPA 1 berada di lantai tiga, untung saja ada lift untuk naik ke lantai tersebut hingga ia tak perlu lagi capek naik ke atas.

Saat sampai di depan kelasnya ia mengetuk pintu ruang kelas tersebut dan membuka pintu tersebut.

"Permisi, maaf bu saya terlambat karena ada masalah di rumah." Bohong Auryn saat ia sudah masuk ke dalam kelas dan melihat sudah ada guru wanita yang sedang mengajar.

Guru tersebut hanya mengangguk saja tak berkomentar banyak, mungkin karena ia anak pemilik sekolah sehingga tak diberikan komentar atau hukuman.

Namun ia tak peduli itu ia segera duduk di bangku kosong disana yang ia yakini adalah bangkunya, sesuai dengan ekspektasinya jika bangkunya berada di pojok belakang karena ia hanyalah figuran yang tak terlalu dianggap sehingga banyak orang yang tak memperhatikannya lebih.

Ia bernafas dengan lega, ia segera mengeluarkan bukunya dan menyimak wanita yang sedang mengajar tersebut dengan malas.

Ia sudah mempelajari ini dulu tapi ia harus mengulangnya kembali, Auryn hanya bisa menghela nafas dengan pasrah saja sambil melihat kanan kiri.

Ia melupakan jika ia sekelas dengan Naren Aksara Gavindra tokoh utama pria di novelnya.

Ia tersenyum tipis, setidaknya ia tak akan repot untuk mencari.

"Jadi ini sampai bab mana?" Gumamnya.

Seharusnya tokoh utama wanita juga berada di kelas yang sama dengan pangeran sekolah tapi ia belum menemukan ciri-ciri yang sesuai dengan tokoh utama wanita.

"Apakah cerita belum masuk bab pertama?" Gumamnya lagi.

"Jadi aku harus disini sampai satu tahun kedepan?" Ia menggerutu dengan kesal, bisa-bisanya ia harus melihat adegan awal hingga akhir cerita ini.

"Auryn Athaya Queensha!" Suara tegas wanita yang sedang mengajar di depan tersebut membuat Auryn tersentak.

"I-iya bu?"

"Maju kedepan kerjakan soal di papan tulis!" Ucapnya dengan ketus, sepertinya ia terlalu asik melamun hingga guru tersebut menghukumnya untuk mengerjakan soal.

Ia pun dengan terpaksa maju ke depan dan melihat soal di papan tulis.

Ini pelajaran Fisika yang tak terlalu ia pahami di sekolah dulu tapi setidaknya ia ingat cara pengerjaannya sehingga dengan otak pintarnya yang suka mengarang ia mengerjakannya sesuai instingnya.

Bu Lisa yang melihat Auryn mengerjakan soal di depan papan tulis dengan lancar sangat terkejut.

Semua siswa disini juga terkejut karena mereka tak menyadari jika anak pemilik sekolah ini pintar karena terlalu cuek dan jutek pada setiap orang bahkan pada sekolahnya.

"Apakah ada yang salah?" Tanya Auryn dengan bingung karena melihat semua orang terlihat terkejut dengan jawabannya apa.

"Kau sudah mempelajari materi ujian nasional?" Tanya bu Lisa pada Auryn.

Auryn hanya menggeleng saja.

"Tapi jawabanmu sangat tepat dan benar Auryn, apa kau sudah mengikuti les untuk masuk ke universitas?" Tanya bu Lisa lagi.

"Tidak, jika pun aku ikut les aku tak mengambil matkul fisika yang sulit." Ucap Auryn dengan santai lalu duduk kembali.

Semua siswa langsung terkejut, mereka terkejut karena Auryn menganggap fisika sulit tapi ia bisa mengerjakan soal fisika yang sulit itu. Jadi tingkat kesulitan macam apa yang menjadi tolak ukur Auryn?

Tanpa disadari oleh Auryn, ia telah menarik perhatian tokoh utamanya.

......................

Waktu istirahat adalah waktu yang paling ditunggu oleh semua siswa, tak terkecuali Auryn yang sudah sangat jenuh dengan mata pelajaran yang harus ia ulang kembali.

Jiwanya sangat lelah karena memang tak siap dengan apa yang ia hadapi sekarang.

Ia pun dengan wajah lesunya menuju ke kantin karena ia lupa tak sarapan tadi karena masih syok dengan kepindahan dunianya.

Ia segera memesan makanan di sana dengan santai dan tak memperdulikan apapun bahkan tubuh ini sepertinya tak memiliki seorang teman satupun karena tak ada yang mendekatinya.

"Huft apakah aku akan hidup disini sampai satu tahun kedepan?" Gumamnya.

Ia pun segera mengambil makanan yang sudah ia pesan tadi dan mencari meja makan dan duduk tenang disana.

Tiba-tiba semua orang ramai dengan kebisingan, Auryn sedikit familiar dengan suasana ini hingga ia melihat ke arah pintu masuk kantin.

Benar saja apa tebakannya, pangeran sekolah sedang menuju ke kantin. Banyak murid perempuan yang histeris dengan kedatangan para pangeran sekolah yang terdiri dari lima orang tersebut.

Lima orang tersebut biasanya disebut geng Stofor, itu adalah nama yang diberikan Auryn untuk geng tersebut karena menggambarkan para anggota yang tampan bak dewa yunani yang bersinar.

Namun memang benar apa yang ia lihat sekarang, jika anggota Stofor sangat tampan tapi entah kenapa bagi Auryn terlihat biasa saja karena mungkin ini cerita tak nyata sehingga ia tak terlalu mengagumi ketampanan mereka.

Ketua dari Stofor sendiri adalah sang tokoh utama yaitu Naren aksara Gavindra orang yang dingin, cuek dan tak berperasaan namun di hadapan tokoh utama wanita tentu saja sifat itu hilang hanya dihadapan gadisnya.

Wakilnya sendiri adalah Haizar Luca Kalundra, seorang yang memiliki sikap hangat namun dibalik hangatnya sifatnya ia adalah seorang psikopat gila yang melebihi Naren. Pria itu yang masuk blacklist Auryn untuk ia jauhi.

Anggota inti lainnya adalah Angkasa Gevario Arlanka, Elang Dengan Maheswara, Rion Arleonsa Navarez.

Tak diragukan lagi tokoh-tokoh penting novelnya ini memiliki paras dan kekayaan yang tak perlu diragukan lagi hingga geng mereka disebut paling ditakuti oleh semua orang.

Auryn yang mengingat tersebut menjadi bangga, tokoh imajinasinya ternyata bisa ia lihat secara langsung.

Ia memakan makanannya dengan lahap hingga tak sadar jika geng Stofor duduk di mejanya yang membuat ia menaikkan alisnya.

"Auryn, kita boleh duduk disinikan?" Orang yang bertanya itu adalah Elang, ia adalah orang yang paling humble dari yang lainnya.

"Tidak. Cari saja tempat lain karena masih banyak meja kosong." Ucap Auryn dengan cuek, ia tak ingin terlalu dekat dengan para tokoh utamanya karena itu akan membuat alurnya tak sesuai dengan naskahnya dan membuatnya tak bisa kembali ke dunianya.

Namun Ketua Stofor dengan tak pedulinya dengan tolakan Auryn malah duduk langsung di kursi kosong di meja yang ditempati Auryn dan diikuti yang lain.

"Ini bukan meja milik lo jadi terserah gue duduk dimana." Ucap Naren dengan dingin.

Auryn pun menaikkan alisnya lalu tersenyum miring.

"Apa lo lupa siapa pemilik sekolah ini?"

"Benar bos, ini sekolah milik ayah Auryn. " Ucap Elang membetulkan ucapan Auryn.

"Kalian gunakan saja meja ini, gue udah selesai." Ucap Auryn sembari berdiri, ia tak ingin terlalu berinteraksi dengan para tokoh utama disini karena terlalu rumit.

Auryn akhirnya beranjak disana dan pergi ke arah taman. Ia membutuhkan udara segar sambil menulis kembali naskah novelnya agar ia tak melupakan setiap adegan.

Ia harus memastikan setiap adegan sesuai dengan naskah agar novel berjalan semestinya.

Taman sekolah ini berada tepat di belakang sekolah, disini sangat sepi karena tak terlalu banyak diminati oleh para siswa disini kecuali untuk berpacaran.

Tapi untungnya saat Auryn datang kesini tak ada orang yang berpacaran disini sehingga tak membuat ia dongkol.

Ia memilih duduk di kursi taman yang berada tempat di bawah pohon besar karena tak terkena panas sehingga nyaman untuknya bersantai.

saat ia sudah duduk ia segera mengeluarkan sebuah buku catatan yang ia bawa dan menulis disana dengan serius.

"Jika tokoh utama belum pindah dan sekarang baru semester awal seharusnya sebentar lagi ia akan pindah kesini dan perkiraan adalah besok." Gumam Auryn sambil menulis sesuatu disana.

"Adegan pertama adalah di ruang kelas dan selanjutnya kantin. Apakah aku harus melihat adegan itu atau tidak? tapi kalau tidak melihat aku tak tahu perkembangan progress novelku." Gumam Auryn sambil mengetuk-ngetukkan pulpen yang ia pegang ke dagunya.

"Oke aku harus melihat semua adegan penting novel ini, aku harus memastikan semua jalan cerita harus sesuai dengan naskah." Putus Auryn, dia sangat optimis dengan hal ini karena ia semangat ingin kembali.

"Bagaimana keadaan tubuhku disana? apakah baik-baik saja?"

Ia khawatir jika tubuhnya sedang tak baik-baik saja di dunianya, karena ia pindah tubuh dengan tiba-tiba tanpa sebab apapun karena biasanya ia membaca novel dengan jiwa berpindah tubuh harus dengan melalui kematian ada kecelakaan sang tokoh utama.

Tapi ia hanya tidur bukannya mati, tak mungkin bukan ia tiba-tiba serangan jantung dan langsung berpindah disini.

"Apakah sebelum tidur aku tak sengaja mengirimkan naskah bab terakhir dan aku dikutuk oleh fans antagonis karena mati??" Ucap Auryn dengan logikanya yang gila karena sebelum ia membuat bab terakhir tersebut ia sudah mendapatkan pro dan kontra dari komentar pembaca dari bab sebelumnya agar antagonis dibunuh saja dan ada yang bilang tak seharusnya antagonis harus mati.

"Huft, bisakah aku kembali sekarang? Aku ingin gila rasanya disini." Ucapnya dengan keras namun ia berpikir jika disini sangat sepi sehingga tak mungkin ada yang mendengarnya.

Ia tak ingin berada di ceritanya sendiri yang banyak psikopat gila dan haus darah disini, ia tak sekuat tokoh utama wanita yang akan menjadi rebutan para tokoh gila.

Ia juga belum bertemu bertemu dengan antagonis pria disini dan semoga saja ia tak memiliki kontak dengan antagonis tersebut karena ia tak ingin melihat darah dimana-mana karena ia sangat phobia terhadap cairan merah tersebut dan antagonis cerita ini bahkan hampir setiap hari berurusan dengan darah.

"Tenang Auryn, tak perlu takut. Hanya setahun ya setahun saja kau harus bertahan." Gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

TING! TONG!

Suara bel masuk terdengar menggema di seluruh sekolah untuk murid segera bergegas masuk. Auryn yang juga mendengar hal tersebut langsung beranjak dari sana untuk masuk ke dalam kelas.

Tanpa dia sadari sejak ia datang, ia sudah diamati oleh seseorang dan orang tersebut tersenyum miring di balik persembunyiannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!