NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Transmigrasi

Suara itu… suaranya mirip Mulya…”

Aku tersadar. Tubuhku masih terbaring, menatap atap-atap yang terlihat asing. Tanganku meraba sekitar—bukan kasur lipat yang aku beli online dengan voucher potongan harga.

“Yang benar saja…” Suaraku berbeda. Sontak aku terbangun dalam posisi duduk.

Rambut panjang menyentuh leher hingga bahu.

“Suara anak perempuan?!”

Aku menyentuh rambutku. Halus, panjang, dan bersih—tidak seperti rambutku. Panik? Tentu saja. Ini menakutkan. Aku melihat kaki yang pendek, kemudian menatap tanganku sendiri yang kecil dan gemulai.

“Jadi… bukan mimpi ya?”

Aku mencoba bangun, tapi bukankah aku sudah bangun? Semuanya terasa nyata: panas tubuhku, semua indra, nafas yang kencang, detak jantung yang terdengar sampai ke telinga. Tekanan darahku naik.

Aku menoleh ke kanan. Seorang perempuan dewasa tertidur di lantai dengan kepala di atas kasurku. Menoleh ke kiri, seorang pria dewasa dengan posisi serupa.

"Ah… jadi ini nyata… Apa ini dunia Pe and Kob?" Aku menyeringai, karena dunia Pe and Kob adalah humor yang kubuat dari kata Pekob.

Suara yang memanggilku ke dunia ini sama persis dengan suara mantanku. Bahkan sistem loading bar yang kulihat sebelum transmigrasi ke dalam novel yang kutulis—premisnya, prolognya bahkan belum jadi.

Aku mundur ke ujung kasur dan bersandar.

“Takdir kejam banget,” keluhku dengan beban pikiran berat.

Bukan hanya transmigrasi—aku bahkan menjadi seorang perempuan.

“Jadi ini maksud sistem tentang tubuh…”

“Kenapa tidak kirim aku ke naskah yang sudah jadi? Malah ke dalam naskah yang prolognya saja belum…”

Tanpa sadar, aku menangis sesegukan kecil. Sesegukan itu terdengar, membangunkan pria dewasa di sebelah kiri kasur.

“Lala!! Kamu sudah sadar?!” Suaranya keras, panik.

Dia membangunkan wanita dewasa di sebelah kanan kasur.

“Lala?!! Syukurlah, nak, kamu buat ibu khawatir.”

Refleks, wanita dewasa itu memelukku erat, tubuhku yang sudah berhenti sesegukan.

“E-ehh?”

Aku terheran. Situasi apa ini?

“Ada apa, nak?”

Pria dewasa itu bertanya sambil mengusap kepalaku.

“K-kalian siapa?”

Sudah jelas aku ingin tahu. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi situasi ini terlalu ambigu.

“A-apa maksudmu, Lala?”

Wanita dewasa itu bertanya dengan ekspresi bingung.

Pria dewasa itu menambahkan, nadanya lembut, menenangkan:

“Lala, jangan bikin kami jantungan…”

Tapi serius, aku memang tidak tahu siapa mereka.

“...Aku memang tidak tahu siapa kalian,” ucapku. Aku berharap mereka menjelaskan siapa aku, siapa mereka, di mana kita, dan Lala… apakah itu namaku?

“Lala itu siapa?” tanyaku pada mereka.

“Sayang, apa maksudnya ini?”

Wanita dewasa itu menatap pria di sebelahku.

“Gak mungkin…?!” lirih pria itu. Wajahnya pucat.

Aku melihat mereka berkeringat deras. Wanita dewasa itu menangis. Pria dewasa mencoba tenang, tapi matanya menampung banyak beban.

Aku tersadar. Mereka adalah orang tua tubuh ini. Aku masih merasa menjadi Yoga. Kini aku harus menjadi Lala.

“Nak, kamu nggak ingat beneran?”

Wanita dewasa itu gelisah, keringat menetes dari dahinya, air mata masih mengalir.

“Aku nggak ngerti,” gumamku, meski enggan mengungkapkan lebih jauh.

Pria dewasa itu memeluk kami berdua, nadanya lembut dan menenangkan:

“Gak apa, Lala. Ayah dan Ibumu akan menjagamu.”

Sebagai pria di kehidupan lamaku, aku mengerti perasaannya. Ia mencoba tetap rasional—pria selalu mengandalkan logika dan pengalaman. Dulu, saat menjadi Yoga Permana, aku sering duduk di teras, menenangkan diri dan mencari solusi dari masalah yang datang. Pria tidak bercerita, itulah definisinya.

Setelah mereka tenang dan menjelaskan, aku akhirnya mengerti:

Aku adalah Lala Rosalia, putri Dave Rodriguez dan Liria Elphene.

Usiaku saat ini empat tahun, tapi jiwaku adalah pria dewasa berusia dua puluh lima tahun, dengan ingatan kehidupan lama yang utuh.

Keluarga ini tinggal di desa Carrington, desa kelahiran protagonis novel ini. Mereka menjelaskan latar waktu: tahun 666, bulan 6, tanggal 6.

Artinya, premis naskahnya memang seperti ini. Novel ini terjadi saat protagonis berusia empat tahun.

“Usia protagonis sama denganku…”

Aku semakin yakin, dunia ini memang Pe and Kob.

Masalahnya, novel ini belum ditulis. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi aku tahu garis besar cerita. Sebagai penulis, aku tahu naskah bisa berubah drastis. Aku teringat komik bajak laut yang kubaca: penulis bilang komiknya akan tamat lima tahun, tapi dua puluh tahun kemudian, komiknya masih berjalan, lebih dari seribu chapter, dan belum tamat.

Ini novel yang prolognya bahkan belum jadi. Jadi ini bukan lagi sekadar novel—ini kehidupan nyata dengan garis besar yang sudah kupahami.

James adalah protagonis Pe and Kob.

Ryan, rival sekaligus sahabat protagonis, juga teman masa kecilnya.

Natasya, heroine utama, teman masa kecil mereka.

Mereka hidup di desa ini, di desa yang sama denganku.

“Coba kuingat-ingat dulu…”

Mereka jelas calon pahlawan. Dunia ini kelak akan menghadapi perang.

“Bisakah aku hidup tenang dan nyaman?”

Aku sudah menentukan dua ending:

Good ending: protagonis berhasil menyelamatkan dunia.

Bad ending: jika villain terlalu kuat, protagonis gagal dan kalah.

“Bagaimana jika aku tidak ikut campur? Lagipula kisah akan tetap berjalan tanpa aku.”

Yang kusyukuri saat ini hanyalah menjadi tokoh extra, NPC desa yang tidak penting.

Namun aku berpikir:

“Apa Lala juga salah satu tokoh penting? Karena konflik yang berkembang.”

Terlebih ini novel fantasi. Logika kehidupan lamaku tak bisa dipakai di dunia ini. Tapi pengalamanku sebagai orang dewasa mungkin bisa membimbing mereka.

Di luar rumah, dari jendela kamarku, aku melihat desa dengan sawah di sekitarnya, seperti yang kubuat untuk Carrington. Tapi ada buku tentang sihir.

“Pe and Kob, Pekob… kalau dibalik bisa banned platform ini…”

Aku hanya ingin menulis humor, tapi mengapa terjebak dalam humor ini.

“Ya Tuhan, janji deh… aku nggak bakal malas nulis lagi…”

Kupikir sistem itu akan muncul lagi, mungkin karena ini tubuh seorang extra, mungkin.

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!